Pesawat Sipil Amerika Dipaksa Mendarat di Sepinggan

Pesawat sipil asal AS tujuan Singapura akhirnya diturunkan paksa oleh TNI-AU ke Bandara Sepinggan, Balikpapan.

Penulis: Fransina Luhukay | Editor: Fransina Luhukay
zoom-inlihat foto Pesawat Sipil Amerika Dipaksa Mendarat di Sepinggan
TRIBUN KALTIM/FACHMI RACHMAN
Proses pemaksaan turun (force down) oleh personel TNI terhadap pesawat sipil Amerika yang terbang dari Singapura menuju Papua, 23 September 2012.

BALIKPAPAN, tribunkaltim.co.id - Insiden udara terjadi atas langit Indonesia, Minggu (30/9). Sebuah pesawat sipil asing asal Amerika Serikat (AS) tujuan Singapura akhirnya diturunkan paksa (force down) oleh TNI-AU ke Bandara Sepinggan, Balikpapan.

Pesawat Cessna 208 dengan nomor registrasi N354RM tersebut ditindak karena terbang memasuki wilayah udara Indonesia tanpa membawa dokumen izin resmi seperti flight spproval (FA) dan flight security (FS), Minggu (30/9).


Untuk menurunkan paksa pesawat dengan pilot Michael A Boyd ini, dua pesawat tempur Sukhoi dari Skuadron 11 Makassar dikerahkan untyk memburu.

Pesawat yang tak membawa penumpang ini terbang dari Wichita, AS, pada tanggal 25 September ini rencananya akan digunakan oleh PT Rajawali Dirgantara Mandiri melalui Global Flyer Inc. "Sebenranya pesawat ini akan dioperasikan di daerah Papua oleh Hawker Pasific Jet milik PT Rajawali Dirgantara Mandiri", kata Danlanud Balikpapan Kolonel Pnb Djoko Senoputro saat ditemui Tribun usai proses Interogasi pilot pesawat Cessna di Base Ops Lanud Bandara Sepinggan Balikpapan, kemarin.

Perlu diketahui bahwa sebelum menuju ke Papua, pesawat satu baling-baling ini terbang dari Wichita dengan singgah di beberapa tempat seperti Santa Maria California, Honolulu, Korsje, Markonesia, Kepulauan Koror Republik Palau Pasific, dan akhirnya Singapura.


Saat terbang menuju Singapura, pesawat yang seharusnya melalui FIR (flight information range) Filipina dan Malaysia malah memotong jalan melalui wilayah udara Indonesia. Padahal menurut keterangan yang disampaikan oleh Danlanud bahwa pilot sudah diberi peringatan oleh perusahaan untuk tidak terbang di wilayah udara Indonesia.


"Si pilot tidak mematuhi aturan-aturan yang ada dan melakukan unschedulle flight.  Padahalah operatornya di Amerika sudah bilang tidak boleh melewati Indonesia karena perusahaannya tidak mengurus izin di Indonesia." terang Djoko


Pesawat ini pertama kali terdeteksi pada pukul 09.01 Wita oleh radar tower Bandara Sam Ratulangi Manado, namun saat dikontak si pilot mengindahkan peringatan dan pertanyaan tentang FA dan FS tower Manado hingga pesawat tersebut melintas di Daerah Gorontalo. Di kawasan pecahan Sulawesi Utara ini, radar kembali menangkap keberadaan pesawat tersebut dan kembali meminta identitas dari pesawat tersebut. Karena pesawat tersebut tidak memberikan respon positif, akhirnya radar Kuandang Gorontalo memberi kabar kepada Panglima Komando

Sektor (Pangkosek) II Komando Pertahanan Udara Lanud Hasanuddin Makassar.
Setelah menerima kabar dari Gorontalo, akhirnya Pangkosek II memberikan perintah untuk memberangkatkan Thunder Flight berupa dua unit pesawat sukhoi TS 2705 dan TS 3004 dari Skuadron Udara 11 Makassar. Dalam hitungan menit pada pukul  13.02, pesawat dengan warna putih dengan garis kuning tersebut tertangkap di atas perairan Selat Makassar 40 mil laut daro Balikpapan dengan ketinggian 12.000 feet.


Kemudian dua Sukhoi tersebut memerintahkan kepada Michael A Boyd untuk mendaratkan pesawat di Bandara Internasional Sepinggan Balikpapan. Dengan diawasi dua pesawat tempur tercanggih yang di miliki oleh TNI-AU ini, akhirnya pesawat jenis terbaru Cessna ini mendarat di Bandara Sepinggan pada Pukul 13.21 Wita. Setelah pesawat kecil itu mendarat, dua sukhoi tersebut tidak serta merta meninggalkan Balikpapan begitu saja. Dua pesawat tempur tersebut kembali terbang di atas runway Bandara Sepinggan untuk memastikan agar pesawat tidak melarikan diri. Setelah dinyatakan aman dan sudah menerima perintah pengalihan tugas Force Down kepada Lanud Balikpapan, dua Sukhoi tersebut kembali ke pangkalan di Makassar.


Setelah mendarat, pesawat Cessna tersebut di giring menuju Base Ops Lanud Balikpapan yang terletak di ujung barat Bandara Sepinggan. Pesawat kemudian dihentikan tepat di depan bangunan utama Base Ops.

Enam orang pasukan TNI-AU Lanud Balikpapan dengan senapan laras panjang mendekat mengitari pesawat menunggu berhentinya mesin pesawat tersebut. Setelah baling-baling pesawat berhenti berputar, Kadis Ops Lanud Balikpapan Kapten Hari langsung menuju pintu dimana Michael A Boyd mengemudikan pesawat. Kadis Ops langsung meminta pria dengan rambut putih itu untuk turun dari pesawat.


Setelah turun dari pesawat, Michael langsung ditemui oleh Danlanud Balikpapan yang didampingi oleh Dansat POM TNI-AU dan Ka Intel Lanud Balikpapan. Kemudian Danlanud meminta surat-surat resmi seperti FA dan FS serta identitas yang harus diperiksa. Tidak lama berselang, Michael langsung diminta untuk menghadap badan pesawat untuk selanjutnya digeledah. Karena dirasakan aman, akhirnya Michael A Boyd dibawa menuju ruang interogasi yang berada di bagian tengah bangunan Base Ops.

Sebelum menjalani interogasi, Michael harus menjalani beberapa prosedur, seperti pemeriksaan kesehatan, pendataan diri, dan pengambilan gambar. Usai tahapan-tahapan tersebut dilakukan maka Michael akhirnya diinterogasi.

Usai diinterogasi lebih dari dua jam, akhirnya Michael diajak menuju pesawat untuk menyaksikan pengeledahan muatan pesawat, " Tidak ada barang membahayakan yang dibawa, hanya perlengkapan pribadi dan sebuah kamera yang isinya adalah foto dan video yang sedang kita analisa. apakah gambar-gambar yang ada itu membahayakan untuk negara kita." ujar Danlanud

Usai pemeriksaan selesai, Michael kemudian diserahkan kepada Otoritas Bandara untuk menjalani pemeriksaan kembali.

Danlanud Balikpapan menjelaskan bahwa alasan si pilot untuk melewati wilayah udara Indonesia adalah menghindari cuaca buruk dan agen dari Hawker Pasific Jet memberikan dua no clearance (registrasi), tetapi bukan nomor registrasi yang digunakan di Indonesia, tetapi no registrasi malaysia dan singapura. "Si Pilot mengira dia tidak akan diapa-apakan oleh otoritas keamanan udara Indonesia, makanya dia masuk ke wilayah udara Indonesia. Tapi kenyataannya pesawatnya langsung diadang oleh dua Sukhoi. Inilah bukti bahwa TNI-AU tidak tidur dan selalu menjaga kedaulatan NKRI dari segala bentuk pelanggaran di wilayah udara Indonesia," tandas Djoko.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved