Sudah Berapa Kali Matahari Mengelilingi Bimasakti? Ini Jawaban Ilmiahnya

Apakah Matahari mengelilingi galaksi bimasakti ? Jika ya, berapa lama kala revolusinya ?

zoom-inlihat foto Sudah Berapa Kali Matahari Mengelilingi Bimasakti? Ini Jawaban Ilmiahnya
NASA.GOV
Inilah galaksi Bima Sakti di mana bumi dan matahari kita berada di dalamnya

TRIBUNKALTIM.CO - Apakah Matahari mengelilingi galaksi bimasakti ? Jika ya, berapa lama kala revolusinya ?

Pertanyaan awam semacam ini acapkali terlontar dalam pikiran kita, seperti yang ditanyakan Irvan Ary Maulana Nugroho dari Garut sebagaimana dikutip dari laman Langitselatan.

Menurut astronom pengasuh laman itu, matahari dan semua planetnya berada di dalam sebuah galaksi yakni Galaksi Bima Sakti. Kalau Bumi dan seluruh planet di Tata Surya bergerak mengelilingi Matahari, maka Matahari dan seluruh sistem di dalamnya bergerak mengelilingi pusat galaksi Bima Sakti yang selama ini jadi rumahnya.

Di dalam galaksi Bima Sakti, Matahari berada di salah satu lengan spiralnya pada jarak 26.000 tahun cahaya dari pusat Bima Sakti. Dan pusat galaksi BImasakti merupakan sebuah lubang hitam supermasif. (Baca juga: Mungkinkah Ada Alam Semesta Lain?)

Matahari bergerak mengelilingi pusat galaksi Bima Sakti dalam orbit yang hampir lingkaran dengan kecepatan 782.000 km/jam. Waktu yang dibutuhkan oleh Matahari untuk menyelesaikan satu putaran mengelilingi pusat Bima Sakti adalah 226 juta tahun dan semenjak pertama kali terbentuk 4,6 milyar tahun lalu Matahari baru 20,4 kali mengelilingi pusat Bima Sakti.

Matahari akan terus berputar mengelilingi pusat Bima Sakti. Ia masih akan melakukan 31 putaran lagi sampai ia kehabisan bahan bakar hidrogn di inti dan masuk tahap evolusi berikutnya sekitar 7 milyar tahun dari sekarang.

Bima Sakti adalah galaksi spiral yang besar termasuk dalam tipe Hubble SBbc dengan total masa sekitar massa matahari, yang memiliki 200-400 miliar bintang dengan diameter 100.000 tahun cahaya dan ketebalan 1000 tahun cahaya.

Di dalam bahasa Indonesia, istilah "Bimasakti" berasal dari tokoh berkulit hitam dalam pewayangan, yaitu Bima. Istilah ini muncul karena orang Jawa kuno melihat susunan bintang-bintang yang tersebar di angkasa yang jika dihubungkan dan ditarik garis akan membentuk gambar Bima dililit ular naga, maka disebutlah "Bimasakti".

Sementara itu, masyarakat Barat menyebutnya "milky way" sebab mereka melihatnya sebagai pita kabut bercahaya putih yang membentang pada bola langit.

Pita kabut atau "aura" cemerlang ini sebenarnya adalah kumpulan jutaan bintang dan juga sevolume besar debu dan gas yang terletak di piringan/bidang galaksi. Pita ini tampak paling terang di sekitar rasi Sagitarius, dan lokasi tersebut memang diyakini sebagai pusat galaksi.(Langitselatan)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved