Breaking News

Kampung Tenun Digital, Dorong Penjualan Pengrajin hingga ke Mancanegara

Tampak beberapa etalase terbuat dari kaca berada di sana, memamerkan bentuk karya kreativitas. Mulai dari sarung, pakaian, hingga pernak pernik

Penulis: Nevrianto |
Ilustrasi penenun sarung Samarinda 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Beberapa penenun terlibat pada peresmian "Kampung Tenun Digital" yang digelar oleh PT Telkom Indonesia beberapa hari lalu di Balai Cagar Budaya Kampung Tenun, Jl Pangeran Bendahara, Samarinda seberang, Kalimantan Timur.

Tampak beberapa etalase terbuat dari kaca berada di sana, memamerkan bentuk karya kreativitas. Mulai dari sarung, pakaian, hingga pernak pernik dengan warna yang indah.

Ace Endun Suwarta, General Manager Micro Business DBS PT Telkom Indonesia mengatakan, kehadiran kampung tenun digital dapat mendorong penjualan para pengrajin meluas hingga ke mancanegara. Sebab, menurutnya, sebanyak 200 pengrajin tenun tersebut progress penjualannya masih bersifat konvensional.

BACA juga: Pedagang Sembako Senang Dapat Bantuan Modal dari PT Telkom

Hadirnya kampung tenun digital juga ditanggapi positif oleh seorang pengrajin tenun, Rahma.

Dia mengisahkan jika penjualan karyanya tersebut pernah dibeli oleh wisatawan asing.

"Ada yang dari Jepang, Singapura, paling jauh dari Australia. Mereka datang ke sini (rumah bu Rahma sekaligus toko)," katanya.

Hasil jualannya itu, lanjut Rahma, dibantu oleh para konsumernya dengan mengunggah barang dagangan yang dibeli. Rahma sendiri mengaku tidak begitu mengerti teknologi ponsel berbasis sosial media. Namun, dibantu oleh para konsumer yang mengerti teknologi sehingga penjualannya bisa dikenal ke pasaran Indonesia.

"Saya ada aja sih pembeli dari lokal. Terus mereka foto dan disebarkan lewat HP (handphone). Saya sendiri nggak begitu ngerti soal HP. Tapi, langganan saya nanti yang bantu jual dagangan lewat HP-nya," ujarnya.

BACA juga: Perbankan Lirik Potensi Wisata Kampung Tenun Samarinda

Di rumah Rahma, ada sebuah alat pembuatan sarung tenun atau pakaian yang diolah. Dia sendiri baru tiga tahun memulai usaha penjualan pakaian, pernak pernik dan sarung khas Samarinda. Sebelumnya, dia hanya menjadi pengrajin selama 27 tahun.

"Tahun 1983 saya pindah ke sini (Kampung Tenun). Di situ saya lihat tetangga-tetangga buat kerajinan sarung sama pernak perniknya, belajarlah saya. Baru ditekuni selama 10 tahun dan menjadi pengrajinnya 17 tahun. Nah, saya sudah niat bakal berdagang usaha ini. Ternyata baru kesampaian tiga tahun lalu," urainya.

Omzet yang dia dapatkan dalam sebulan lumayan besar. Disebutkan sebanyak Rp 30-50 juta per bulan bisa dia terima. Sarung tenun dengan kualitas bahan bagus, tentu saja ditawarkan harga tinggi.

"Penghasilan paling rendah Rp 30 juta per bulan, paling banyak Rp 50 juta per bulannya," ucapnya.

Bahan sarung atau pakaian dengan kualitas benang yang didatangkan langsung dari Tiongkok itu bermacam-macam harga yang dipasarkan.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved