Penjual Bakso Pertanyakan Kompensasi Tempat Tinggal ke TNI

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Warga Jalan Milono, Kelurahan Bugis, Samarinda Kota, mempertanyakan kompensasi yang diberikan TNI/Korem 091/ASN, pasca penertiban. Dari 9 kepala keluarga yang ditertibkan, 7 kepala keluarga mendapatkan kompensasi setelah bangunan rumahnya digusur pada (17/1) bulan lalu.

Warga yang menjadi korban penertiban lahan yang diklaim milik TNI, sedianya akan digunakan kantor Denpom Samarinda. Mereka didampingi penasihat hukumnya Sutrisno dan Syamsul Bahri, mempertanyakan kompensasi dari TNI.

Kabul yang bekerja sebagai tukang bakso, menanyakan kompensasi pasca penertiban. Sejak ia digusur/tertibkan TNI bulan lalu, hanya diberikan kompensasi tempat tinggal ukuran bangsalan di Jalan Damanhuri.

Kompensasi tempat tinggal pasca dibongkar rumahnya, ia dan warga lainnya, mempertanyakan kepada TNI. Apakah ia masih ditanggung untuk biaya tempat tinggal saat ini.

"Apakah ditanggung lagi atau tidak untuk bulan depan. Kalau tidak ditanggung lagi, yang terpaksa kita hidup di jalanan," ucap Kabul, yang hadir dalam Jumpa Pers, di halaman Kampus Universitas 17 Agustus 1945, Samarinda, Minggu (7/2/2016).

Tinggal 10 hari lagi, Kabul dan keluarganya siap-siap pindah atau menggelandang di jalanan. Pasalnya, di bangsalan dengan ukuran 4 X 6 meter di Jalan Damanhuri, Kecamatan Samarinda Utara, ditanggung biaya sewanya oleh TNI hanya satu bulan.

Di tempat bangsalan itu, kata Kabul, tidak mampu menampung keluarganya. Pasalnya, ia tinggal bersama-sama anak dan isteri, serta adiknya.

"Tidak cukup mas. Barang-barang saya saja, sudah empat truk. Saya tinggal satu rumah saja ada empat kepala keluarga, sekitar 7 orang," tutur Kabul, yang ikut hadi jumpa pers ditemani isteri dan korban penertiban/penggusuran TNI.(bud)