Berita Eksklusif
Tak Lagi Andalkan Sektor Migas, Ancaman PHK Karyawan pun Menanti
Setelah sektor tambang batu bara 'terjun payung' dari dominasi pertumbuhan ekonomi di Balikpapan, kini sektor migas pun perlahan melorot.
Penulis: Cornel Dimas Satrio Kusbiananto |
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Setelah sektor tambang batu bara 'terjun payung' dari dominasi pertumbuhan ekonomi di Balikpapan, kini sektor migas pun perlahan melorot.
Padahal Balikpapan tak bisa melepaskan diri dari ketergantungan kedua sektor bisnis tersebut. Pasalnya, kota ini tak memiliki sumber daya alam signifikan yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi.
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Balikpapan Rendy S Ismail menuturkan situasi sulit saat ini tengah mengancam sektor migas.
Dua perusahaan migas raksasa yang berbasis di Kota Balikpapan yakni, Chevron Indonesia dan Total E&P Indonesie tengah galau akibat lesunya bisnis minyak dunia dan akan berakhirnya masa kontrak.
"Belum adanya kejelasan pengelolaan blok-blok migas yang ada di Kaltim, terutama Blok Mahakam, ditambah lagi harga minyak dunia yang terus anjlok. Paling tidak satu tahun ke depan kita menghadapi ketidakjelasan Chevron dan Total," ujar Rendy kepada Tribun, Senin (8/2/2016).
Rendy menilai ketidakjelasan situasi itu berdampak pada aktivitas eksplorasi, akibatnya dua perusahaan tersebut terancam angkat kaki dari Kota Minyak. Keduanya cukup lama menopang perekonomian Balikpapan.
Dua perusahaan tersebut memiliki banyak rekanan penunjang, dan kontraktor-kontraktor yang mendukung aktivitas mereka. Tak dipungkiri situasi sulit itu turut mempengaruhi perekonomian Balikpapan.
Baca: Ekonomi Masih Lesu, Bisnis Rumah Mewah Anjlok
Selain itu, juga mempengaruhi rekanan penunjang dan kontraktor lainnya. Kalau kedua perusahaan tersebut hengkang dari Balikpapan tentunya akan sangat mengganggu stabilitas dan pertumbuhan ekonomi Balikpapan.
Informasi yang ia terima, saat ini Total Indonesie sudah melakukan restrukturisasi dan efisiensi melalui pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap beberapa perusahaan dan dibarengi beberapa karyawannya. Bahkan saat ini kondisi serupa mulai mengarah ke Chevron.
Ancaman terbesar adalah PHK bagi karyawan sektor migas dan perusahaan turunannya. Namun Rendy menilai PHK terhadap karyawan Total dan Chevron mungkin tidak terjadi besar-besaran. Justru yang paling terancam yaitu perusahaan rekanan penunjang dan kontraktor perusahaan tersebut.
"Walaupun ada solusi itu nanti akan ditangani Pertamina, tapi kita tidak tahu persis seperti apa kebijakan-kebijakan lebih lanjut dari pemerintah. Ini yang barangkali perlu diantisipasi Pemkot Balikpapan, sektor yang selama ini menjadi penopang itu harus segera dicarikan alternatif. Kalau pertumbuhan, sebenarnya ini jalan di tempat antara 5 -6 persen," jelasnya.
Di sisi lain, melorotnya sektor migas juga mengancam sektor transportasi, jasa hiburan, swalayan, dan mal. Namun menurut Rendy, mal yang paling serius terancam.
"Saya juga bertanya pada teman-teman yang berprofesi sebagai manajemen di mal, omset mereka paling tidak 30-40% turun dari tahun sebelumnya. Itu menegaskan, baru satu sektor saja yang lesu (pertambangan) itu sudah turut mempengaruhi daya beli masyarakat. sekarang ditambah lagi dengan sektor migas yang akan melakukan efisiensi sampai PHK, saya kira semakin menurun daya beli masyarakat," ujarnya.
Geliat perekonomian mengarah ke sektor properti. Dikemukakan, saat ini perumahan, perhotelan, dan kawasan perdagangan mulai menunjukkan pertumbuhan luar biasa. Namun hal itu belum dapat menjadi indikator pertahanan ekonomi Balikpapan.