Berita Video
VIDEO - Inilah Masjid Muhammad Cheng Hoo Jadi Tempat Singgah
Cheng Ho adalah sang legenda. Namanya demikian harum di negeri ini. Sang pelayar dunia dan penjelajah muslim dengan karakter penuh keteladanan.
Penulis: Muhammad Fachri Ramadhani | Editor: Martinus Wikan
Laporan Wartawan TribunKaltim.co, Fachri Ramadhani
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Saat melintas dari Samarinda maupun Balikpapan di jalan provinsi yang menghubungkan keduanya, di kecamatan Loa Janan, Kutai Kartanegara. Sepintas kita akan melihat bangunan seperti klenteng lengkap dengan warna khasnya, merah dan kuning.
Namun, ketika dicermati lebih dalam dengan melambatkan laju kendaraan atau memutuskan berhenti untuk singgah. Niscaya pendapat bahwa bangunan tersebut adalah klenteng, merupakan pendapat yang keliru. Bangunan yang memiliki kubah tersebut tidak lain adalah masjid Muhammad Cheng Hoo.
Cheng Ho adalah sang legenda. Namanya demikian harum di negeri ini. Sang pelayar dunia dan penjelajah muslim dengan karakter penuh keteladanan.
Barangkali, kebesaran sang legenda tersebut yang membuat Yos Sutomo seorang muslim tionghoa, mendirikan dan menamainya Masjid Muhammad Cheng Hoo di Jalan Soekarno-Hatta tersebut.
Hal tersebut diungkapkan, La Jibe (71) penjaga Masjid Muhammad Cheng Hoo kepada Tribun Kaltim.
Simak juga berita lainnya:
VIDEO - Bukan Sulap Bukan Sihir, Kini Anda Bisa Rapikan Kursi Hanya dengan Menepuk Tangan
VIDEO – Gaji Dipotong, Diintimidasi, Ratusan Pasukan Kuning Kepung Kantor Dewan
VIDEO – Sungai Kotor Itu Sekarang Jadi Lokasi Favorit Anak-anak Bermain
"Ada yang singgah untuk sholat lima waktu, ada juga hanya sekedar beristirahat setelah melakukan perjalanan jauh. Di pagi hari juga banyak yang datang untuk sholat duha," tuturnya.
Laki-laki berumur asal Pinrang tersebut mengutarakan disamping sebagai tempat umat muslim menunaikan sholat.
Masjid tersebut memiliki Taman Pembelajaran Al Quran bagi warga sekitar, yang didominasi oleh anak-anak. Setiap habis maghrib sekitar 20 anak belajar mengaji menuju waktu isya. "Rutin setiap hari anak-anak mengaji disini," katanya.
Dilain pihak, Sumanto (28) warga desa Batuah sekaligus pengurus Masjid yang bisa menampung sekitar 500 tersebut mengungkapkan kepada Tribun, pembangunan dilaksanakan mulai dari tahun 2005, diresmikan dua tahun setelahnya.
Gaya arsitektur Masjid ini dipilih oleh donatur tunggal, pengusaha muslim keturunan tionghoa, Jos Sutomo. "Beliau mantan pengusaha kayu di Samarinda. Salah satu pemilik Hotel Grand Senyiur, kawasan Lamaru, saat ini ia menetap di Surabaya. Sesekali ia bisa datang kemari," katanya kepada Tribun.
*** klik ikonnya


