Berita Eksklusif
Satu per Satu Lokalisasi Ditutup, Para PSK pun Pulang Kampung
Saat ini, satu bulan pasca sosialisasi, kawasan yang terletak di jalan poros Bontang-Sangatta terlihat masih beroperasi.
TRIBUNKALTIM.CO, SANGATTA - Satu per satu lokalisasi di wilayah Kutai Timur segera ditutup. Di antaranya lokalisasi Tenda Biru yang berada di wilayah Teluk Pandan.
Pemkab Kutim melalui Asisten Kesejahteraan Rakyat Mugeni telah memberi tenggat waktu pada para mucikari dan seluruh pekerja seks (PSK) di lokalisasi tersebut mengosongkan kawasan tersebut dalam dua bulan pasca sosialisasi.
Saat ini, satu bulan pasca sosialisasi, kawasan yang terletak di jalan poros Bontang-Sangatta terlihat masih beroperasi. Maklum, jalan poros tersebut dikenal cukup ramai dilalui kendaraan dari luar daerah. Terutama kendaraan-kendaraan besar seperti truk pengangkut barang.
"Ya kalau tiba waktunya, mau tidak mau ya saya pulang ke kampung. Mau bagaimana lagi. Di sini kan juga merantau. Nggak ada keluarga. Semua ada di Jawa," ungkap Uci, seorang PSK di kawasan Tenda Biru.
Baca: Disnakersos Klaim Balikpapan Sudah Bersih dari Praktik Prostitusi
Untuk mengikuti pelatihan yang ditawarkan pemerintah, Uci mengaku tidak ingin mengikutinya. Seperti tahun-tahun sebelumnya, saat puasa, lokalisasi juga dilarang beroperasi dan para pekerja pulang kampung sampai lebaran tiba. Ia pun akan pulang menikmati Ramadhan dan Lebaran di kampung halaman.
Di kawasan Tenda Biru, terdapat 11 kafe atau wisma yang letaknya saling berdekatan. Dengan jumlah pekerja seks yang terdata mencapai 80 orang.
Informasi salah satu masyarakat setempat mengatakan, Tenda Biru belum lama berdiri. Awalnya hanya deretan tempat makan sekaligus istirahat untuk mereka yang melakukan perjalanan jauh menuju Sangatta atau Berau. Kemudian, rumah makan pun diramaikan dengan hingar bingar musik dan layanan pijat.
"Dari rumah makan, pakai musik hingga ada layanan pijat, ya jadinya seperti sekarang. Ramai dengan kafe dan pekerja seks. Terus berkembang sampai sekarang," ujar warga tersebut.
Baca: Lokalisasi Akan Ditutup, Ini Ungkapan Pengelola Rumah Bordil: Kami seperti Dibuang ke Laut. . .
Sebagian warga setempat, mengaku diuntungkan dengan keramaian. Warung makan dan kios jajanan menjamur di sekitar kawasan tersebut.
"Lumayan saja penghasilannya, karena kalau di dalam (kafe) hanya sedia minuman dan makanan ringan. Kalau lapar, mau makan nasi ya mereka ke warung," ujar Sri, pemilik warung nasi di sekitar lokasi itu. (*)
***