Kecelakaan
Matanya Berkaca-kaca, Ini dia Pengakuan Supir Nahas Kangaroo Usai Kecelakaan Maut
"Saya sempat lihat dia terjepit dan berhasil dievakuasi petugas, saya juga kejepit tapi tidak kena bagian tajam seperti orang yang di samping saya itu
Penulis: Muhammad Fachri Ramadhani |
Ini dia Pengakuan Supir Nahas Kangaroo Usai Kecelakaan Terjadi
Supir Minibus, Hasto Supriyanto (30) tercengang tak percaya mendengar kabar bahwa salah satu penumpang yang ia bawa menghembuskan nafas terkahir di RSKD Balikpapan, Sabtu (3/9/2016).Matanya tiba-tiba saja berkaca, raut penyesalan tergambar jelas saat tribunkaltim.co menghampirinya usai sholat dzuhur di Mushalla Polres Balikpapan, Sabtu (3/9/2016) sekitar 12.30 Wita. "Innalillahi, ya tuhan," ucapnya lirih sambil menaruh kedua telapak tangannnya di kepala.
Ia tak menyangka bahwa penumpang yang duduk di sebelahnya saat melakukan perjalanan dari Samarinda menuju Balikpapan, harus meregang nyawa akibat insiden nahas dinihari sebelumnya.
"Saya sempat lihat dia terjepit dan berhasil dievakuasi petugas, saya juga kejepit tapi tidak kena bagian tajam seperti orang yang di samping saya itu," kenangnya.
Pria yang melakoni pekerjaan sebagai supir minibus di salah satu penyedia jasa transportasi antar kota selama 9 bulan tersebut harus rela diamankan oleh petugas ke Mapolres Balikpapan untuk menjalani pemeriksaan.
"Tadi pagi saya sudah diperiksa, tapi masih belum dibolehkan pulang karena belum selesai. Bilang petugas masih ada pemeriksaan lanjutan," akunya.
Warga Gunung Malang tersebut mengaku mengantuk saat minibus yang ia kendarai melintas memasuki kawasan kota Balikpapan sekitar 04.45 Wita.
Tepatnya di Jalan Syarifudin Yos saat menuruni gunung, ia kehilangan kendali minibusnya. Selain mengantuk faktor permukaan jalan yang tak rata dan berlubang turut andil dalam terjadinya insiden laka tunggal tersebut.
Pasalnya hal itulah yang membuat hentakan kepada minibusnya, yang mengakibatkan Hasto kaget dan refleks membanting stir ke arah kiri.
"Entah kenapa saat memasuki kawasan itu (Harmoni) tiba-tiba mengantuk, padahal dari Samarinda sampai simpang Kariangau saya masih segar," tuturnya.
Dari penuturan ayah beranak dua tersebut, laju kendaraan sebelum menabrak pagar tembok berada di kisaran 50 km per jam. SOP perusahaan tempat dia bekerja menyatakan bahwa seorang supir tak boleh mengendarai kendaraan melewati 80 km per jam, ia mengaku selama perjalanan maksimal memacu kendaraannya di angka 70 km per jam.
"Kalau di dalam kota maksimal 50 km per jam, mas. Terkesan laju karena pengaruh turunan gunung saja," katanya.
Ditanya firasat, Hasto mengungkapkan sebelum berangkat ada kebiasaan yang tak lazim ia lakukan. Biasanya setelah sampai di Samarinda sekitar 01.30 Wita dari perjalanan terakhir dari Balikpapan. Dirinya jarang istirahat tidur, kebanyakan setelah sampai Samarinda dirinya hanya melakukan peregangan santai sambil menyeruput secangkir kopi.
Pasalnya selang 1 jam, ia harus bersiap mengangkut penumpang dari Samarinda menuju Balikpapan.
Namun pada (3/9/2016) kemarin, sesampainya di Samarinda dirinya tertidur di shutle cabang Samarinda di jalan WR Soepratman.
"Ndak sempat minum kopi lagi, bangun langsung bersiap jalan menuju Balikpapan. Musibah gak ada yang tahu kita mas, pasrah saja saya," tuturnya sambil mengelus dadanya yang sakit. (Muhammad Fachri Ramadhani)
***
Baca berita unik, menarik, eksklusif dan lengkap di Harian Pagi TRIBUN KALTIM
Perbarui informasi terkini, klik www.TribunKaltim.co
Dan bergabunglah dengan medsos:
Join BBM Channel - PIN BBM C003408F9, Like fan page Facebook TribunKaltim.co, follow Twitter @tribunkaltim serta tonton video streaming Youtube TribunKaltim