Pekan Paralimpik Nasional
Atlet Difabel Cabor Renang Andalan Kaltim Ini Beli Perlengkapan Latihan Pakai Uang Sendiri
Guntur Amani, atlet difabel cabang olahraga renang andalan Kaltim sudah menjadi langganan meraih medali di setiap ajang kejuaraan renang nasional.
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Di ruang tamu, dekat pintu masuk rumah terlihat lemari kaca berukuran 200x70 cm.
Di dalam lemari tampak puluhan medali emas dan maskot boneka yang diraih saat kejuaraan nasional maupun internasional terpajang rapi. Termasuk sertifikat penghargaan dari Walikota Balikpapan juga dipajang berada di samping lemari.
Guntur Amani, atlet difabel cabang olahraga renang andalan Kaltim sudah menjadi langganan meraih medali di setiap ajang kejuaraan renang nasional hingga internasional.
Kulitnya terbakar matahari, rambutnya dipotong agak cepak, berbadan sedang namun berotot. Tatapan matanya tajam, namun seperti menyimpan sejumlah permasalahan.
Baca: Ini Kata Ketua NPC Kaltim Terkait Anggaran Peparnas yang Minim
Selasa (11/10/2016) kemarin, Guntur bersama atlet difabel asal Kaltim lainnya berangkat ke Jawa Barat mengikuti Pekan Paralympic Nasional (Peparnas) XV 2016 Jawa Barat.
Di balik prestasi yang diraihnya, dengan suara setengah tertahan dan begitu emosional, ia membuka uneg-uneg mengenai persiapan dan permasalahan dirinya selama menjadi atlet Kaltim.
Seperti persiapan Peparnas Jabar ini, latihan, biaya akomodasi, transportasi, peralatan, dan lain sebagainya harus ditanggung sendiri.
"Sudah lama saya ingin menceritakan masalah ini dengan wartawan, agar masyarakat atau pemerintah tahu bagaimana kami ini. Terus terang, persiapan ini , ada atau tidak ada kejuaraan atau pertandingan, seminggu saya latihan tiga kali. Kami hanya menggunakan biaya sendiri. Tak ada biaya provinsi ataupun biaya dari daerah. Saya pakai uang pribadi," lirih atlet peraih medali 2 emas dan 1 perak di Asian Para Games Singapore 2015 kepada Tribunkaltim.co di rumahnya, Jalan Selili, RT 44, Kelurahan Manggar, Balikpapan Timur.
Baca: Miris, Atlet Difabel Berangkat ke Peparnas Pakai Uang Sendiri
Semuanya seakan telah menutup mata, mencuci tangan dan tak membuka hati nurani.
Ya, seperti itulah yang dialami Guntur, pria yang tidak mempunyai tangan kiri sejak 2000 akibat kecelakaan mesin kapal ketika ia pergi melaut.
Untuk biaya latihan, tabungan bonus yang tak seberapa dari hasil jerih payahnya mendapatkan medali, sudah menjadi langganannya untuk mencabut uang tunai.
Bukan seperti bak kecil yang setiap hari bisa diisi dengan air kran yang mengalir deras. Lama kelamaan, apabila air kran berhenti mengalir dan terus digayung, pastinya akan terkuras habis.
Untuk menutupi biaya keperluannya sehari-hari, Guntur memilih bekerja lepas sebagai pembantu nelayan. Pekerjaannya sejak awal sebelum ia menjadi seorang atlet difabel.