Kekurangan Air Bukan Hambatan Bertani di Daerah Kering, Ternyata Ini Rahasianya
Dalam satu kali masa tanam, misalnya, penyiangan gulma bisa sekitar 3-4 kali, sedangkan pada sistem konvensional hanya perlu sekali.
TRIBUNKALTIM.CO - Menurut pendapat konvensional, menanam padi membutuhkan cukup air untuk irigasi, terutama saat dimulainya masa penanaman.
Air diperlukan untuk merendam bibit padi terlebih dahulu sebelum padi muncul ke permukaan.
Namun, bagaimana bila curah hujan rendah dan kodisi air irigasi tidak memadai?
Dengan periode musim kemarau yang lebih panjang, kekeringan adalah kejadian umum di Nusa Tenggara Timur.
Untuk mengatasi hal itu, penanaman padi bisa dilakukan dengan cara System of Rice Intensification (SRI).
Teknik yang berasal dari Madagaskar ini sebetulnya telah masuk ke Indonesia sejak tahun 2002, tetapi hingga kini belum banyak yang menerapkannya.
Baca juga:
Belasan Tahun Berpisah Kekompakan Tetap Terjaga, Ini yang Dibahas Prajurit TNI Angkatan Milenium
Lecehkan Profesi Wartawan, Warga Samarinda Dilaporkan Ke Kepolisian
Semarak! Begini Jadinya Jika Ribuan Murid di Balikpapan Ikut Gebyar PAUD 2017
Rebutkan Hadiah Mobil, Ribuan Orang Kumpul di GOR Sempaja Sejak Pagi
Penggemar Burung Berkicau Kumpul di Kantor KNPI sejak Pagi
Kapolda Gabung Bersama Warga, Jalan Santai di Kutim
Hari Santri Bukan Sekadar Seremonial
Sekretaris Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Gajah Mada (UGM), Murtiningrum mengatakan, jika menggunakan SRI, kondisi tanah tetap lembab tetapi tidak sampai merendam bibit padi.