Ada 1.000 PKL di Kota Tua, Semrawut. . . Akankah Anies-Sandi Menatanya seperti di Tanah Abang?

Trotoar dan jalan diokupasi pedagang kaki lima (PKL) sudah bukan perkara mengangkut satu-dua gerobak lagi.

KOMPAS.com/NIBRAS NADA NAILUFAR
Pedagang kaki lima (PKL) memenuhi sudut kawasan Kota Tua di Jalan Lada, Senin (1/1/2018). 

TRIBUNKALTIM.CO, JAKARTA - Kesemrawutan sudah menjadi wajah sehari-hari Kota Tua di Jakarta Barat.

Trotoar dan jalan diokupasi pedagang kaki lima (PKL) sudah bukan perkara mengangkut satu-dua gerobak lagi.

Pembiaran yang berlarut-larut telah membuat setiap sudut kawasan Kota Tua diduduki PKL.

Di Jalan Lada yang memiliki tujuh lajur misalnya, tiga dari tujuh lajur diokupasi PKL.

Trotoar di kanan kiri juga sama sesaknya oleh gerobak PKL.

Akibatnya, pejalan kaki tumpah ke jalan dan menghambat laju kendaraan.

Kemacetan lalu lintas ada akhirnya berimbas pada perjalanan bus transjakarta.

Di hari libur seperti Senin (1/1/2017) kemarin, dampak kesemrawutan itu sangat terasa sebab akses ke halte sampai dibatasi karena bus harus bergantian menembus kemacetan.

Seperti Tanah Abang

Fahrial, seorang pengunjung, mengeluhkan kondisi itu.

Ia mengatakan seharusnya pedagang ditertibkan karena sudah sangat mengganggu ketertiban dan kelancaran lalu lintas orang dan kendaraan.

"Kalau pedagang satu-dua mungkin enggak apa-apa. Tapi kalau sudah nutupuin begini sampai susah lewat ya nggak bisalah, harus ditertibkan," kata dia.

Baca: Kewalahan Atur PKL, Anies Terpaksa Tutup Badan Jalan. Ups, Begini Kritikan Menteri Perhubungan

Baca: Sandiaga Pastikan Tak Ada Penambahan Tenda untuk PKL, Ini Alasannya!

Baca: Gagal Paham dengan Penataan Tanah Abang, Peneliti: Sayang, Miliaran Bangun Jalan Hanya untuk PKL

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved