Tiki Berencana Siapkan Mesin Otomatis
Menurut Tomy, sejak awal berdiri di tahun 1970, Tiki semakin berkembang karena ditopang oleh bisnis konvensional.
> Mengatasi Lonjakan Pengiriman Barang
TRIBUNKALTIM.CO, JAKARTA - PT Citra Van Titipan Kilat (Tiki) semakin gencar melakukan ekspansi. Tak hanya menambah gerai penjualan, tahun ini Tiki juga tengah menyiapkan mesin dengan sistem otomatis untuk mengakomodir pengiriman barang yang melonjak.
Tomy Sofhian, Managing Director Tiki mengatakan, rata-rata pertumbuhan pengiriman barang tahun lalu tumbuh 25% dibandingkan tahun sebelumnya. Namun dia tidak bisa menyebut angka pengiriman barang secara pasti.
Adapun, lanjut Tomy, pihaknya berencana untuk mengadakan pembangunan mesin otomatis guna melakukan efisiensi dalam pengiriman paket sekaligus mengakomodir pertumbuhan jumlah kiriman barang yang terus bertumbuh.
"Rencananya sih kita ada. Lagi kita analisa, apakah mau dieksekusi tahun ini atau tahun depan," ungkap Tomy Sofhian, Managing Direktor Tiki kepada KONTAN.co.id, Jumat (9/2/2018).
Menurut Tomy, pembangunan mesin otomatis perlu mempertimbangkan beberapa hal, di antaranya terkait pendanaan.
Sayangnya, dia enggan membeberkan berapa investasi yang dibutuhkan untuk membangun mesin tersebut. "Belum ada informasi tepatnya. Masih dalam kalkulasi," ujarnya.
Yang jelas, pembangunan mesin otomatis tersebut rencananya akan dilakukan di Jakarta lantaran kota metropolitan ini memiliki jumlah rata-rata pengiriman paling banyak dibandingkan kota-kota lain.
Tomy menyebut, meski bisnis e-commerce semakin berkembang, sebagian besar kontribusi pengirimannya belum didominasi oleh bisnis e-commerce, melainkan bisnis konvensional yang berasal dari perusahaan-perusahaan termasuk UMKM.
"Online itu bukan semata-mata, meski sekarang lagi primadona. Online sebagian dari salah satu penyumbang revenue kita, tetapi tidak semata-mata online," ungkap Tomy.
Meski tidak bisa menyebut angka secara pasti, kontribusi bisnis e-commerce terhadap total pengiriman barang belum mencapai 60%.
"Market structure saja masih lebih besar konvensional daripada online," imbuhnya.
Menurut Tomy, sejak awal berdiri di tahun 1970, Tiki semakin berkembang karena ditopang oleh bisnis konvensional. Pasalnya, semua perusahaan di Indonesia sering melakukan pengiriman, sementara bisnis online baru booming beberapa tahun terakhir.
Berdasarkan catatan KONTAN.co.id, kontribusi pendapatan Tiki sebagian besar atau 60% berasal dari sektor ritel, dan sisanya korporasi.
Kendati begitu, dia yakin akan ada tren perubahan pengiriman dari konvensional ke bisnis online. Bahkan, Tiki sudah meluncurkan layanan jemput online untuk mengikuti tren pembelian barang secara online.