Bocah Korban Bom Oikumene Berjuang Sembuhkan Tangan, Trinity Trauma masih Takut Api

Tahun depan, usia Trinity Hutahaean, salah satu bocah korban bom di gereja Oikumene, Samarinda, 2016 lalu kini menginjak usai 5 tahun.

Penulis: Christoper Desmawangga | Editor: Sumarsono
tribunkaltim.co/christoper desmawangga
Juhanda (33) pelaku utama saat berada di depan gereja Oikumene, Samarinda Seberang, Kamis (9/3/2017). 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Tahun depan, usia Trinity Hutahaean, salah satu bocah korban bom di gereja Oikumene, Samarinda, 13 November 2016 lalu kini menginjak usai 5 tahun. Trinity kini sudah bersiap bersekolah. Namun, fungsi tangan serta luka bakar di tubuhnya masih belum sembuh total.

Putri bungsu dari tiga bersaudara yang mengalami luka bakar hampir seluruh tubuh akibat ledakan bom tersebut harus menjalani operasi lanjutan di rumah sakit Guangzhou, China. Sejak kejadian 13 November 2016 silam itu, fungsi tangan kirinya tidak dapat beroperasi secara normal, terutama bagian siku dan jari-jarinya. Trinity tidak dapat menggerakan jari dan bagian tangannya.

Secara keseluruhan kondisi Trinity memang dalam keadaan baik dan sehat. Ibunda Trinity, Sarina Gultom (46) mengungkapkan, saat ini dirinya dan Trinity berada di Samarinda berkumpul dengan keluarga lainnya.

Baca: Trinity, Bocah Korban Bom Oikumene yang Berjuang Sembuhkan Tangannya agar Bisa Sekolah

"Kabarnya baik kondisi Trinity baik dan sehat, tapi harus menjalani operasi lanjutan di Guangzhou, China, terutama bagian tangan kirinya, agar dapat digerakan secara normal," ucapnya, Selasa (8/5).

Januari lalu, Trinity menjalani operasi di bagian tangannya di negeri Tirai Bambu itu. Pasalnya tulang tangannya mengalami kerusakan yang membuatnya tidak dapat menggerakan tangan.

"Sebelum operasi pada Januari lalu, saya dan Trinity sudah berada di China sejak September tahun lalu. Bulan delapan nanti akan kembali lagi, untuk jalani operasi lanjutan," terangnya.

"Tahun depan kan dia mulai masuk sekolah, makanya kami kejar bulan delapan nanti dia bisa operasi lagi, agar tangannya bisa bergerak lagi," harapnya.

Tercatat Trinity telah menjalani operasi sebanyak 29 kali yang dilakukan di Samarinda, dan juga di China, mulai dari operasi terhadap luka lukanya, operasi tempel kulit, hingga operasi di bagian tangan kirinya.

Baca: Masih Ingat Alvaro, Bocah Korban Bom Gereja Oikumene? Ini yang Harus Dilakukannya Sekarang

Menurut Sarina, trauma akibat kejadian itu masih dirasakan oleh Trinity, bahkan bocah kecil itu masih merasa takut saat melihat api, serta adanya bunyi petasan, termasuk ke gereja.

"Kalau teman-teman di sekitar rumah ini sudah paham, kalau keluar dia agak malu, takut diolokin. Kalau trauma masih ada, termasuk ke gereja, tapi dia tetap ke gereja," ungkapnya.

Sarina menambahkan, terkait biaya operasi dan perawatan Trinity, dia sangat berterima kasih masih banyak orang yang peduli dengan anaknya, terdapat sejumlah dermawan yang membantu biaya berobat anaknya itu, salah satunya pengusaha asal Palembang, warga Samarinda, serta warga China yang tinggal di Jakarta.

"Kita juga dibantu oleh pendeta yang ada di China, termasuk dokter di rumah sakit yang bantu kita selama disana, termasuk translate bahasa," tutur Sarina.

Baca: Terungkap, Driver Ojek Online yang Dikabarkan Hilang Ternyata Bohongi Orangtua; Bikin Rekaman Palsu

"Sekali operasi Rp 60 juta, itu belum dengan ongkos perjalanannya, makanya kami sangat terbantu dengan bantuan yang diberikan kepada Trinity. Bulan delapan nanti kami berdua saja yang berangkat, karena biayanya sangat mahal," tutupnya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved