Liga Indonesia

Di Mata Najwa, PKT Bontang Disebut tak Pernah Telat Bayar Gaji Pemain, Begini Sekarang Kondisi Klub

Fakhri Husaini, mantan Pelatih Timnas U16, narasumber di acara Mata Najwa PSSI Bisa Apa sempat menyebut nama klub yang menurutnya sehat, PKT Bontang

Editor: Amalia Husnul A
Tribun Jateng/Wahyu Sulistiyawan
Pemain Bontang FC (yang sebelumnya bernama PKT Bontang), Achmad Setiawan (kiri) merebut bola dari pemain PSM Makasar, Aswar Amirullah pada Play Off IPL 2013 di Stadion Gelora Bumi Kartini, Jepara, Jateng, Selasa (22/10/2013) lalu. 

Di Mata Najwa, PKT Bontang Disebut tak Pernah Telat Bayar Gaji Pemain, Begini Sekarang Kondisi Klub

Laporan wartawan Tribun Kaltim, Ichwal Setiawan 

TRIBUNKALTIM.CO, BONTANG — Acara Mata Najwa yang mengangkat tema PSSI Bisa Apa, Rabu (28/11/2018) sejumlah fakta soal borok di dunia sepak bola terungkap. Mulai dari pengaturan skor hingga isu suap. Mengelola sebuah klub sepak bola memang tidak mudah. 

Perlu dukungan finansial yang tidak sedikit. Fakhri Husaini, mantan Pelatih Timnas U16 yang menjadi salah satu narasumber di acara Mata Najwa PSSI Bisa Apa sempat menyebut nama klub yang menurutnya sehat, yakni PKT Bontang.

Menurut Fakhri Husaini, mafia-mafia yang merusak sepak bola ini masuk menawarkan uang ke klub-klub yang tidak sehat.

"Pupuk Kaltim (PKT Bontang) pernah punya tim sepak bola (klub sepak bola) satu hari pun tidak pernah terlambat bayar gaji pemain. Tapi, sekarang berapa banyak klub-klub yang bisa membayarkan hak-hak pemainnya tepat waktu," kata Fakhri Husaini di Mata Najwa PSSI Bisa Apa, Rabu (28/11/2018).

Pernyataan Fakhri Husaini ada dalam video di bawah ini di menit ke 10:28

Nama klub PKT Bontang tidak asing bagi penggemar sepak bola di Kalimantan Timur (Kaltim).

Beberapa tahun lalu Provinsi Kaltim pernah mempunyai empat tim yang cukup disegani, Persiba Balikpapan (homebase Kota Balikpapan), Persisam (home base Kota Samarinda), Mitra Kukar (homebase Kota Tenggarong), dan PKT Bontang (homebase Kota Bontang).

Sayangnya, euforia sepak bola di Kota Bontang sudah 6 tahun redup.

PKT Bontang berganti menjadi Bontang FC hingga satu-satunya klub idola warga Bontang akhirnya terdegdradasi ke kasta paling rendah Liga Nusantara 2013 lalu.

Bontang FC diduga terlibat dalam pengaturan skor. Komisi Disiplin PSSI menjatuhkan sanksi berat. Bontang FC tersungkur di liga tiga.

Laga Puncak Linus ISC Kaltim, Persikutim Siap Hadang Bontang FC

PBFC Unggul Telak Atas Bontang FC di Babak Pertama

Toha Bawa Bontang FC Yunior Lolos ke Semifinal Piala Soeratin

Jauh sebelum sanksi dijatuhkan, Bontang FC- yang sebelumnya PKT Bontang- pernah berjaya di tangga klasemen liga utama (sekarang Liga 1).

Dua kali menduduki posisi runner up klasemen hingga bermain ditingkat Asia, pada perburuan trofi Asian Winners Cup. Tercatat tiga kali PKT Bontang mewakili Indonesia berlaga di ajang ini.

Puncaknya, pada 1992, PKT Bontang berhasil masuk semifinal. Namun kandas oleh tim asal Jepang- Nissan FC-.

Di samping itu, sejak berdiri 1988, PKT Bontang menjadi satu-satunya klub mitra perusahaan yang mampu bertahan di liga utama.

Capaian ini bisa bertahan selama dua dekade.

“Puncaknya yah kita masuk seminfinal Asian Winners Cup,” ujar Sekretaris Umum PKT Bontang kala itu, Jaka Kirwanto kepada tribunkaltim.co saat dikonfirmasi.

Mantan Sekretaris Umum Klub Sepak Bola, PKT Bontang, Jaka Kirwanto
Mantan Sekretaris Umum Klub Sepak Bola, PKT Bontang, Jaka Kirwanto (tribunkaltim.co/ichwal setiawan)

Prestasi yang berhasil diraih PKT Bontang tak terlepas dari dukungan keuangan klub yang merupaan binaan dari PT Pupuk Kaltim-saat itu.

Anggaran dari produsen pupuk terbesar se-Asia Tenggara itu berhasil menjaga penampilan klub dengan julukan suporter Bontang Mania ini tetap bertengger di liga utama.

Ketika itu, dana sekitar lebih dari Rp 10 miliar per musim selalu dikucurkan perusahaan untuk membiayai klub ini.

“Semua sudah diatur, mulai dari Office Boy (OB) dan gaji karyawan. Manajemen keuangannya dikelola dengan baik,” ujar Jaka.

Jaka enggan membeber rupiah yang diterima para pemain. Bayaran para pemain tergantung nilai kontrak diteken.

“Yah ada yang kontraknya Rp 100 juta misalnya, kami bayar uang muka berapa, sisanya nanti dibayar per bulannya,” ungkap dia.

Ambruk Setelah Dikelola Pemkot Bontang

Pasca-kesepakatan akuisisi Pemkot Bontang, atas PS PKT Bontang 12 Juni 2009 nama klub berubah menjadi Bontang FC.

Liga Super 2010- laga utama manajer Bontang FC dikomandoi Andi Faisal Hasdam-anak kedua Walikota saat itu.

Arus keuangan dari perusahaan terputus pasca peralihan ke Pemkot Bontang.

Bontang FC hanya berharap dari APBD Kota Bontang.

Sejak itu, masalah keuangan mulai mendera klub kesayangan mandau mania ini.

“Lah kaya apa, pencairan anggaran (APBD) itu kan bisa 3-6 bulan. Nah saat anggaran belum dikucur harus berhutang kalau tidak yah gaji pemain tidak dibayar dulu,” ujar Manajer Bontang FC saat itu -Andi Faisal Hasdam saat dihubungi Kamis (29/11/2018) petang tadi.

Andi Fais- begitu biasa diakrab mengaku, kepengurusan dirinya tidak berlangsung hingga tuntas. Hanya dua tahun memimpin Bontang FC, Andi Fais tersandung kasus pidana.

Kesulitan keuangan ini cukup menyulitkan manajemen Bontang FC.

Terlibat Pengaturan Skor, Manajer Bontang FC Dihukum Seumur Hidup

Bontang FC Mundur, Kompetisi IPL Hanya Diikuti 15 Klub

Pelatih Bontang FC Tuntut Haknya

Hingga kemudian justru diketahui ada praktik curang.

Akibatnya, tahun 2013 pelatih Bontang FC, Camara Fode yang juga menjabat sebagai manajer klub dijatuhi sanksi larangan beraktivitas di sepak bola di seluruh dunia selama seumur hidup atas perbuatannya.

“Yah saya tidak tahu saat itu, mungkin sengaja dijual. Tapi kalau ingin kembali berlaga jangan gunakan Bontang FC lagi karena harus bayar denda. Kalau mau cari, cari klub baru saja di Liga 2,” ujar Andi Fais.

(*)

Follow Instagram tribun kaltim

Subscribe official YouTube Channel Tribun Kaltim, klik di sini

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved