Harga Cabai di Kawasan Indonesia Timur Semakin Pedas, Jelang Lebaran Sudah Sentuh Rp 120 Ribu Per Kg

Dahsyat jelang lebaran Idul Fitri 1440 Hijriah, harga cabai rawit melonjak di Pasar Sentral Timika, Papua, naik mencapai Rp 120 ribu per kilogram.

Editor: Budi Susilo
TRIBUN KALTIM/JINO PRAYUDI KARTONO
Suasana Pasar Sepinggan di pagi hari, Senin (6/5/2019). Beberapa harga komoditas di hari pertama Ramadhan 2019 masih tinggi. Nah, jelang lebaran Idul Fitri 1440 Hijriah di kawasan Indonesia Timur, harga cabai rawit melonjak di Pasar Sentral Timika, Papua, naik mencapai Rp 120 ribu per kilogram. 

TRIBUNKALTIM.CO, TIMIKA - Jelang lebaran Idul Fitri harga komoditi cabai semakin pedas, dari hari ke hari semakin terkerek.

Hal ini terjadi di kawasan Indonesia Bagian Timur yakni Timika Papua

Menjelang hari Raya lebaran Idul Fitri 1440 Hijriah, harga cabai rawit di Pasar Sentral Timika, Papua, naik mencapai Rp 120 ribu per kilogram.

Kenaikan harga cabai rawit ini sudah mulai terjadi dalam beberapa hari tekahir.

Sebelumnya, harga cabai rawit ini hanya Rp 60.000 per kilogram.

Menurut sejumlah pedagang, kenaikan harga ini disebabkan stok dari agen maupun dari petani lokal berkurang.

"Semenjak empat hari yang lalu harga cabai ini mahal, karena kita beli dari agen juga mahal apalagi kalau belinya dari petani lokal, itu malah lebih mahal lagi," tutur Ida, salah satu pedagang, Minggu (26/5/2019).

Ida mengaku, cabai rawit yang dibeli dari agen seharga Rp 85.000 per kilogramnya.

Sedangkan dari petani lokal Rp100.000 per kilo.

Mahalnya harga cabai rawit dari petani lokol dipengaruhi akibat cuaca sehingga berdampak pada hasil panen.

"Jadi kalau saya beli dari Agen itu biasa saya jual Rp 100.000 per kilo, tapi kalau dari petani lokal itu kadang saya jual Rp 120.000 per kilo karena mereka jual ke kami juga mahal," ucap Ida.

Sama halnya dengan pedagang lainnya, Hery.

Ia mengatakan bahwa harga cabai rawit selama beberapa hari ini melonjak naik.

"Saya membeli cabai dari agen itu per kilonya Rp 85.000, tapi itupun cabainya banyak yang busuk," ungkap Hery.

Sama halnya terjadi di Kalimantan Timur, Kota Samarinda. 

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved