PPDB SMAN 2 Batu Engau Paser Kombinasi Offline & Online, Akses Jalan Menuju Sekolah Nyaris Putus
Penerimaan Peserta Didik Baru atau PPDB di SMA Negeri 2 Batu Engau mengkombinasikan offline dan online, tapi tetap memperhatikan protokol kesehatan
TRIBUNKALTIM.CO, TANA PASER – Penerimaan Peserta Didik Baru atau PPDB SMA Negeri 2 Batu Engau mengkombinasikan offline dan online, tapi tetap memperhatikan protokol kesehatan dalam rangka pencegahan penularan Covid-19.
Hal ini disampaikan Kepala SMA Negeri 2 Batu Engau Soni Sumarsono, Minggu (21/6/2020). “Sudah ada 20 calon siswa yang mengambil formulir pendaftaran, besok (Senin,22/6/2020) sudah kita mulai pendaftarannya, Selasa (23/6/2020) data siswa yang mendaftar mulai kita onlinekan,” kata Soni.
SMAN 2 Batu Engau menurut Soni, berlokasi di Desa Pengguren, Kecamatan Batu Engau. Sejak beroperasi tahun 2013, SMAN 2 Batu Engau diharapkan menjadi tempat putra-putri Desa Riwang, Lomu, Segendang dan Desa Pengguren, dalam melanjutkan pendidikan setelah lulus SMP/MTs.
“Kemarin ada 3 orang anak dari Desa Keladen yang mengambil formulir. Keladen masuk Kecamatan Tanjung Harapan, kalau SMA disana penuh kita akan terima karena Keladen secara topografi Keladen tidak jauh dengan lokasi sekolah kita,” ucapnya.
Tahun ajaran 2020/2021 ini, lanjut Soni, SMAN 2 Batu Engau menerima 72 siswa baru, kuota PPDB untuk dua kelas karena semua siswa kelas 10 naik kelas. “Tidak ada siswa kelas 10 yang tinggal kelas, jadi kita buka kuota PPDB secara penuh, yakni 72 siswa baru untuk 2 kelas,” sambungnya.
Baca juga; Pansus Pemekaran Kutai Kartanegara Kunjungan Kerja ke DPRD Penajam Paser Utara, Ini yang Dibahas
Baca juga; Kedekatan Zaskia Gotik & Ayah Mertua Bikin Salfok, Istri Sirajuddin Mahmud: Seperti Orangtua Sendiri
Karena sinyal internet di Pengguren dan sekitarnya sangat lemah, PPDB pun menggunakan kombinasi offline dan online. Calon siswa mengambil dan mengisi formulir pendaftaran, kemudian pihak sekolah yang mengentri data pendaftaran calon siswa secara online.
“Entri datanya tidak di Pengguren, tapi di tempat yang terjangkau sinyal seperti di Tanah Grogot atau Paser Belengkong. Itu sulitnya kalau harus menggunakan jaringan internet, termasuk pembelajaran secara daring dan luring di masa pandemi Covid-19,” jelasnya.
Jika guru di sekolah yang ada kota masih bisa memberikan pembelajaran secara daring dan luring, maka guru di sekolah-sekolah di desa yang tak terjangkau internet harus lebih kreatif lagi, bagaimana pembelajaran berjalan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.
Baca juga; 60 Km Jalan Tol Menuju Ibu Kota Negara di Penajam akan Dibangun, Ground Breaking Desember 2020
Baca juga; 12 Dokter Residen FK Unair Surabaya Positif Covid-19, 2 Dokter Kondisi Berat harus Dirawat Intensif
Terkadang penggunaan internet tak terhindarkan, sehingga siswa harus berjuang agar bisa menunaikan tugasnya. “Ulangan kenaikan kelas kemarin, saya dapat laporan ada siswa yang memanjat tower penampungan air agar dapat sinyal untuk mengerjakan soal ulangan, kasihan kan,” ungkapnya.
Dengan status Kecamatan Batu Engau di zona hijau alias tanpa tidak ada penularan Covid-19, kata Soni, sebenarnya pembelajaran tatap muka bisa dilaksanakan di SMAN 2 Batu Engau. Tapi karena acuannya kabupaten/kota, dimana Kabupaten Paser masuk zona kuning, pembelajarannya tetap secara online.
Parahnya lagi, tambah Soni, akses jalan dan jembatan menuju Desa Lomo dan Desa Pengguren terancam putus, semakin sulit lagi bagi siswa dan tenaga pendidik untuk melaksanakan pembelajaran. “Badan jalan tergerus air, kalau dibiarkan akses jalan bisa putus. Jembatan darurat nyaris runtuh, bagaimana siswa bisa ke sekolah kalau nanti diperbolehkan belajar di sekolah,” tambahnya.