Viral di Medsos

Bocah Pemulung yang Viral, Sekeluarga Pemulung, Tak Ada yang Sekolah, Ini Pengakukan Kakak Bocah Itu

Penulis: Aris Joni
Editor: Mathias Masan Ola
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wahaji, kakak bocah pemulung di Balikpapan yang viral di medsos

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Wa Ubi, bocah 8 tahun viral yang di media sosial (medsos) karena sehari-harinya menjadi pemulung dan mendapat perhatian dari warga ini memiliki cerita yang cukup mengharukan dalam keluarganya.

Bocah yang biasanya selalu menemani ibunya memulung ini, ahirnya harus memulung sendiri karena ibunya tengah terbaring di rumah sakit akibat mengidap kanker rahim.

Tribunkaltim.co, mencoba mengulas kondisi dan keseharian keluarga Wa Ubi.

Melalui kakaknya, Wahaji (19) menceritakan kondisi yang ada pada keluarganya.

Dikatakan Wahaji, dirinya memiliki enam saudara dan dia merupakan anak kedua, sedangkan Wa Ubi adalah anak terakhir atau yang paling bungsu dari pasangan Wamiu dan La Badi yang telah meninggal dunia sejak tahun 2011 lalu.

Dirinya bersama keluarga tinggal di RT. 08, Batakan, Balikpapan Timur, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. 

Saat ini ucap Wahaji, ia bersama adiknya tinggal bersama ibu dan ayah tirinya, Amat (50) yang juga bekerja sebagai pemulung.

"Saya sudah nikah, punya anak satu usia 1 tahun. Saya memulung juga mas, sama seperti ibu dan adik saya," ujarnya. Sabtu (18/5/2019).

Menurut pengakuannya, semua keluarganya bekerja sebagai pemulung dengan berjalan kaki dari Batakan ke Sepinggan dan hanya ayah tirinya yang memulung dengan menggunakan motor.

Sedangkan untuk pendidikan, dirinya mengaku semua tidak ada yang pernah mengenyam pendidikan di sekolah.

"Tinggal si bungsu ini aja saya harapkan bisa sekolah.

Kemarin ada orang yang mau bantu dia sekolah, semoga terwujud," harapnya.

Diakuinya, adiknya yang viral itu menjadi pemulung sejak kecil dan dirinya juga mulai menjadi pemulung sejak 12 tahun yang lalu.

Dirinya beralasan, tak adanya yang sekolah karena tidak ada yang menanggung biaya sekolah semenjak kepergian ayah kandungnya sekitar tahun 2011 lalu.

"Kami biasanya mulung mulai jam 4 sore sampai jam 11 malam jalan kaki," ucapnya.

Saat ditanya penghasilannya dari memulung, ia menerangkan hasil mulung dikumpul dua minggu baru kemudian ditimbang dan sekali nimbang kadang mendapat sekitar Rp 200 ribu.

"Itu hasil mulung untuk kami yang jalan kaki, tiap dua minggu sekali nimbang," tututrnya.

Sedangkan untuk ayah tirinya yang menggunakan motor, sekali menimbang ayahnya harus mengumpulkan barang bekas selama sebulan dan hasilnya bisa Rp500 ribu sampai Rp 700 ribu sebulan dalam sekali nimbang.

"Untuk pengepulnya ada yang ambil di rumah hasil memulung kami," pungkasnya.

BACA JUGA:

TERPOPULER: Kisah Bocah Yatim Bekerja jadi Pemulung Sendirian, Ibunya Sakit Keras

TERPOPULER: Fahri Hamzah Bicara Gerakan Massa 22 Mei dan Risiko jika Peluru Meletus

Ramalan Zodiak Hari Ini, Sabtu (18/5/2019): Taurus Dilema, Aquarius Banyak Ketidakpastian

Siswi SMP Tewas Mengenaskan dengan Kondisi 3 Luka Tusuk di Perutnya, Jasadnya Ditemukan di Parit

Bersiap Hadapi Persib Bandung, 2 Pemain Persipura Berduka; Kini Kembali ke Jayapura

Like dan Follow Fanspage Facebook

Follow Twitter

Follow Instagram

Subscribe official YouTube Channel

Berita Terkini