Menelusuri Badak Sumatera di Borneo
Cula Diselundupkan hingga ke Vietnam, Ancaman Konservasi Badak
Temuan badak Sumatra (Dicerorhinus sumatrensis) di Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur memberi harapan baru bagi konservasi badak.
TRAFFIC --organisasi nonpemerintah yang memantau lalu lintas perdagangan satwa liar dan tanaman untuk konservasi keanekaragaman hayati yang berpusat di Cambridge, Inggris--dalam publikasinya menulis, Asia Tenggara adalah salah satu wilayah yang menghadapi tantangan perdagangan satwa liar paling banyak dibandingkan wilayah lainnya.
Asia Tenggara bukan hanya terkenal dengan keanekaragaman spesies hewan dan tanaman, tetapi juga budaya, bahasa, politik dan keberagaman agama.
Gaya hidup di Asia Tenggara bukan hanya mengenai makanan, pakaian, ataupun produk lainnya, tetapi juga satwa liar.
Tiongkok, menurut TRAFFIC, bukan lagi satu-satunya pasar produk satwa liar terbesar. Negara-negara ASEAN termasuk Indonesia juga dapat menjadi pasar akhir.
Dr Richard Thomas, Global Communications Coordinator, TRAFFIC menjelaskan ada pasar yang berbeda untuk komoditas yang berbeda.
Tiongkok adalah pasar terbesar untuk gading gajah dan trenggiling.
“Tetapi, komoditas yang berbeda memiliki rute yang berbeda, karena pasar akhirnya berbeda. Sebagai contoh, reptil yang diselundupkan dari Madagaskar mungkin saja berakhir di pasar Thailand atau Indonesia.
Sementara trenggiling diselundupkan ke Vietnam dan Tiongkok mungkin saja bersumber dari Indonesia atau bahkan Afrika.
Sementara ini, gading gajah dari Afrika kebanyakan menuju Tiongkok dan Thailand. Sedangkan, cula badak Afrika Selatan kebanyakan dibawa ke Vietnam,” katanya.
Vietnam, negara tetangga yang juga anggota ASEAN mempunyai rekam jejak perdagangan cula badak ilegal.
Matinya seekor badak bercula satu terakhir yang hidup di Vietnam, di Taman Nasional Cat Tien, juga akibat perburuan culanya. TRAFFIC menulis, permintaan cula dari Asia terus meningkat, terutama dari Vietnam.
Saat ini permintaan cula ini dipenuhi dari perburuan liar di Afrika Selatan. Tingginya, permintaan membuat perburuan cula di benua Afrika naik 5.000 persen antara tahun 2007-2011.
Di Vietnam cula badak dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk mengobati beragam penyakit, mulai dari demam, halusinasi, sakit kepala, selain juga sebagai simbol dari kekayaan dan kemakmuran.
Bulan Januari 2013, dua pria Vietnam ditangkap di hari yang sama di Ho Chi Minh, Vietnam, dan Bangkok, Thailand, karena menyelundupkan cula badak seberat 16,5 kg dan 10,6 kg.
Seluruh spesies badak masuk dalam daftar Appendix I Convention on International Trade in Endangered Species (CITES) of Wild Fauna dan Flora yang melarang seluruh perdagangan komersial internasional untuk badak dan produk serta turunannya.