Menelusuri Badak Sumatera di Borneo
Ancaman Kerusakan Habitat dan Pemburu yang Berdalih Cari Gaharu
Temuan World Wild Fund (WWF) Kaltim di Kabupaten Kutai Barat ini menjadi harapan baru bagi konservasi badak Sumatra
Lima spesies badak yang tersisa berdasarkan publikasi TRAFFIC, sebuah organisasi non-pemerintah yang memantau lalu lintas perdagangan satwa liar dan tanaman untuk konservasi keanekaragaman hayati yang berpusat di Cambridge, Inggris, adalah badak hitam dan putih di Afrika, sedangkan di Asia ada badak Jawa, Sumatra, dan Indian.
Kedua jenis badak di Afrika jumlah populasinya tidak lebih dari 25.000 ekor sementara di Asia jumlahnya kurang dari 4.000 ekor saja.
Global Communications Coordinator TRAFFIC , Dr. Richard Thomas, melalui surat elektroniknya kepada Tribun menyatakan bahwa populasi badak di Kalimantan yang masih bertahan hidup hingga saat ini sangat kecil.
Oleh karena itu setiap tindakan pencegahan harus dilakukan untuk tetap merahasiakan lokasi keberadaannya, kecuali bagi pejabat yang berwenang.
Salah satu negara tetangga di kawasan Asia Tenggara yang tercatat mempunyai spesies badak adalah Vietnam. Sayangnya, badak terakhir di negara itu telah mati dibunuh hanya untuk mendapatkan culanya pada 2009.
“Keberadaan populasi badak Jawa yang sangat kecil diketahui ada di Taman Nasional Cat Tien (Vietnam).
Sayangnya, hewan terakhir ditemukan tewas, dibunuh untuk mendapatkan culanya tahun 2009 lalu. Karenanya sub-spesies tersebut dinyatakan punah,” ungkap Richard.
Kisah serupa juga dialami pula badak-badak di Afrika Selatan.
Menurut Richard, belum lama ini Departemen Lingkungan setempat melansir data terbaru terkait perburuan badak.
Sedikitnya 558 ekor badak mati di negara tersebut selama kurun waktu 2014--351 di antaranya di taman nasional yaitu Kruger National Park.
“Tahun 2014 tampaknya akan lebih buruk daripada 2013 dengan catatan perburuan 1.004 ekor badak di Afrika Selatan,” tegasnya. Bagaimana di Kalimantan? (AMALIA HUSNUL A'ROFIATI)