Berita Pemkab Kutai Timur
UN Bukan Penentu Kelulusan, Semoga Tak Ada Siswa Bunuh Diri
“Dengan pola seperti sekarang, maka saya rasa tidak akan ada lagi anak-anak yang melakukan bunuh diri," katanya.
TRIBUNKALTIM.CO, SANGATTA – Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Kutai Timur, Ardiansyah Sulaiman, meninjau langsung pelaksanaan Ujian Nasional (UN) 2015 pada sejumlah sekolah di Kutim, pada Senin (13/4) kemarin. Dalam kunjungan yang dilakukan bersama Kepala Dinas Pendidikan, Iman Hidayat, dan Kabag Humas Setkab, Muchtar, tersebut, Ardiansyah ingin memastikan pelaksanaan UN berjalan dengan lancar.
Tepat pukul 08.14 Wita rombongan Bupati menuju SMAN 1 Sangatta Utara, dan langsung melihat ke ruang kelas yang dipergunakan sebagai tempat pelaksanaan ujian. Pada kesempatan tersebut ada sekitar 237 orang peserta yang mengikuti ujian.
Pengambilan soal UN dilakukan di Polsek Sangatta dalam rangka pengamanan dan antisipasi kebocoran soal. Hal ini diterangkan Kepala Sekolah SMAN 1 Sangatta Utara, Hasbi, di hadapan Bupati. Adapun mata pelajaran yang diujikan pada pelaksanaan UN hari pertama adalah Bahasa Indonesia, lalu selanjutnya mata pelajaran Geografi untuk kelas IPS dan mata pelajaran Kimia untuk kelas IPA. (Baca juga: Gandeng Orang Tua, Disdik Kutim Sosialisasi Pemberantasan Kenakalan Remaja)
Pada pelaksanaan UN tahun 2015 ini, keseluruhan SMA/sederajat di Kutim masih menggunakan lembar jawaban tulis, karena memang dalam pelaksanaan untuk UN berbasis komputer belum dapat dilaksanakan secara menyeluruh. Pertimbangannya, selain bukan variable utama penentu kelulusan, juga terkait kelengkapan maupun juga kondisi geografis untuk sekolah-sekolah yang berada di pedalaman dan pesisir Kutim.
"Alhamdulillaah, dari laporan langsung Kadisdik Kutim, bahwa pelaksanaan UN di era Presiden Joko Widodo pada 2015 ini berjalan dengan lancar. Dalam arti tidak ditemukan kendala untuk seluruh sekolah di Kutim, semua melaksanakan secara serentak baik untuk daerah pedalaman maupun pesisir. Semula saya mengkhawatirkan adanya kendala di daerah pesisir, seperti Sandaran. Akan tetapi beruntung hal ini sudah diantisipasi sebelumnya ," ungkap Ardiansyah.
Ardiansyah Sulaiman kemudian menanyakan perihal mengenai dampak UN pada tahun 2015 ini, jika seandainya ada siswa/siswi yang tidak lulus UN. Hal ini dijawab langsung oleh Kadisdik Iman Hidayat didampingi Hasbi, bahwa pelaksanaan UN kali ini berbeda prinsipnya dengan pelaksanaan UN pada tahun-tahun sebelumnya.
Nilai kelulusan UN lebih ditekankan pada pemetaan penerimaan anak didik untuk masuk ke universitas-universitas unggulan, baik di dalam wilayah Kaltim, terlebih untuk kawasan Pulau Jawa. (Baca juga: Plt Bupati Pantau UN di SMAN 1 Sangatta Utara)
"Ini lebih bersifat pemetaan tingkat kemampuan pribadi murid antar wilayah. Sementara untuk kelulusan lebih ditekankan pada pelaksanaan ujian di sekolah masing-masing. Dapat dikatakan hal ini menjadi tugas penting sekolah, untuk kemudian menentukan tingkat kelulusan. Dari pantauan yang ada, universitas-universitas negeri kebanyakan memberikan ruang pada calon mahasiswa dari daerah dengan pemetaan tingkat kemampuan pribadi murid yang diambil dari nilai UN sebesar 20 persen atau seringkali disebut jalur mandiri," ungkap Iman Hidayat.
Lebih jauh Plt Bupati Ardiansyah mengatakan dengan adanya keterangan yang diberikan oleh pihak Disdik Kutim, maka kelulusan siswa/siswi jelas berada langsung ditangan para guru. Dengan demikian maka siswa/siswi tidak lagi perlu ketakutan menghadapi UN, karena hasil kelulusan berada pada bagaimana mereka menempuh pendidikan selama tiga tahun di sekolah.
Selain itu pada kunjungan tersebut Kepala SMAN 1, Hasbi, menunjukkan mengenai pola pengawasan ujian nasional. Untuk setiap ruang ujian dijaga oleh tiga pengawas dan untuk keamanan sekolah secara keseluruhan juga melibatkan pihak Polres Kutim. Bahkan pada ujian yang dilaksanakan di SMAN 1, masing-masing ruang ujian terdapat kamera pengawas (CCTV) dengan kendali utama secara keseluruhan kamera tersebut berada di ruang kepala sekolah.
"Jika melihat proses seperti ini, maka saya teringat pada masa saya sekolah dulu. Dimana kelulusan berada di tangan guru-guru, dengan kata lain hal ini akan memudahkan para siswa/siswi untuk terus menunjukkan kemampuan terbaik. Karena jika dilihat perjuangan anak didik selama tiga tahun, tentu tidak sepadan dengan UN yang hanya dilakukan beberapa hari,” kata Ardiansyah.
“Dengan pola seperti sekarang, maka saya rasa tidak akan ada lagi anak-anak yang melakukan bunuh diri. Perihal yang sungguh luar biasa, dan seringkali muncul karena mereka tidak lulus UN. Karena ini terkait masa depan mereka, semoga dengan pelaksanaan UN kali ini hal itu tidak terjadi.," tegas Bupati. (adv)