Joey Alexander, Pianis Muda Ajaib Indonesia yang Jadi Berita Dunia

"Hal yang berbeda dari kebanyakan pemain muda adalah kematangan pendekatan harmoniknya," kata Wein kepada wartawan AP, Charles J Gans.

The New York Times
Joey Alexander saat tampil di Dizzy’s Club Coca-Cola, Manhattan. 

Joey dilaporkan sangat mencintai dan menghargai bidang seni yang ditekuninya. "Jazz merupakan musik yang keras," katanya saat menjawab sebuah pertanyaan. "Anda harus benar-benar bekerja keras dan harus senang melakukannya. Itulah yang paling penting."

Ia mengatakan, "Bagi saya, jazz merupakan sebuah panggilan. Saya suka jazz karena itu tentang kebebasan untuk mengekspresikan diri dan menjadi spontan, penuh ritme, dan penuh improvisasi."

Ia melanjutkan, "Teknik penting, tetapi bagi saya pertama kali ketika saya bermain itu harus dari hati dan merasakan alur. Saya ingin mengembangkan (permainan) dengan berlatih dan bermain, dan menantang diri untuk menjadi lebih baik setiap hari."

Di Tanah Air, Joey sudah sering manggung di berbagai pentas jazz. Namun, di New York namanya baru muncul. Dia pertama kali dikenal di sana saat muncul di pentas jazz di Lincoln Center dan langsung mendapat standing ovation.

Lahir di Bali Pindah ke New York

Joey pindah ke New York tahun lalu bersama kedua orangtuanya. Sejumlah tokoh jazz, seperti Marsalis, ikut membantu perpindahan itu. Di Facebook, Joey menyebut Wynton sebagai "pahlawan saya".

Joey, yang bernama lengkap Josiah Alexander Sila, lahir di Bali. Perkenalan awalnya dengan musik jazz melalui CD ayahnya, Denny Sila, yang membawa pulang sejumlah CD jazz pada tahun 1990-an, setelah mendapatkan gelar sarjana di bidang keuangan di Pace University di Manhattan.

Denny dan istrinya, Fara, menjalankan bisnis pariwisata. Walau sangat bangga dengan bakat Joey, terkait karier sang anak, mereka mengatakan, "Kami mengikuti saja. Kami tidak pernah berharap apa-apa."

Joey mulai bermain piano saat umurnya enam tahun. Ia pertama kali memainkan sebuah lagu dari Thelonious Monk. Melihat bakat anaknya, sang ayah, yang merupakan pianis amatir, terdorong untuk mengajarinya beberapa dasar bermain piano.

Joey sendiri mengingat, "Saya mendengar rekaman, dan tentu saja YouTube."

Joey kemudian ikut kursus piano di sejumlah sekolah musik di Jakarta ketika mereka pindah ke Ibu Kota. Pada usia delapan tahun, ia telah bermain untuk pianis Herbie Hancock, yang berada di Jakarta sebagai duta UNESCO. (*)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved