Ini Dia, Batu Akik Tujuh Warna dari Pegunungan Menoreh

Selama ini para penggemar batu mulia dan batu akik hanya mengenal batu jenis pancawarna dari Garut, Sukabumi atau beberapa daerah lain di Jawa Barat.

Gusti Sawabi
Batu Pancawarna Gembor Menoreh 

TRIBUNKALTIM.CO, YOGYAKARTA - Selama ini para penggemar batu mulia dan batu akik hanya mengenal batu jenis pancawarna dari Garut, Sukabumi atau beberapa daerah lain di Jawa Barat. Para pecinta batu akik di Yogyakarta menemukan jenis batu yang sama, bahkan dengan warna yang lebih dahsyat.

"Orang menamai batu pancawarna karena ada lima warna dalam satu batu, merah, kuning, hijau, biru, kristal bening. Tapi kami menemukan batu sejenis dengan tujuh warna di pegunungan Menoreh," kata Handoko kepada Tribunnews.com, Kamis (3/7/2015) di rumahnya di Girimulyo, Kulonprogo.

Saat menunjukkan batu temuannya, Handoko bisa menunjukkan tujuh warna dalam satu batu. "Ini kami temukan dengan kedalaman dua meter dari permukaan tanah. Saat itu memang saya tidak sengaja menggali untuk mencari batu mulia atau batu akik, tapi untuk keperluan lain," kata Handoko.

Pada saat yang hampir bersamaan, beberapa teman Handoko juga menemukan batu serupa. "Saat itu para tetangga hanya menjual bebatuan yang sangat bagus tadi hanya dengan harga murah. Karena bagi mereka bebatuan seperti itu hanyalah penghasilan sampingan, sedangkan pekerjaan pokok adalah petani. Saya berpikir, jika di daerah lain batu sejenis bisa berharga mahal, kenapa kami harus menjual murah?" katanya.

Baca: Pria Ini Kenakan 70 Batu Akik di Sekujur Tubuh

Atas jasa seorang perajin dari Yogya bernama Ajie Precil, batu tujuh warna yang kemudian tetap dinamai pancawarna itu bisa naik harga. "Dulu kami menjual asal-asalan, dibeli Rp 50 ribu per kilo kami sudah senang, sekarang kami menjual dengan harga antara Rp 300 ribu s/d Rp 1.500.000 per kg," katanya.

Menurut Ajie Precil, hanya dengan cara seperti itulah petani akan mendapatkan hasil lebih baik. "Batu dengan kualitas sejenis dari daerah lain juga dihargai seperti itu, maka bebatuan dari Pegunungan Menoreh harus dihargai seperti itu," katanya.

Handoko dan Ajie Precil tidak bisa memprediksi berapa deposit batu Pancawarna Menoreh. "Kami tidak ingin lingkungan kami rusak. Kami hanya menemukan, bukan sengaja mencarinya dan memang tidak ada niat untuk mengeksploitasinya," kata Handoko.

Karena penemuan pertama batu pancawarna Pegunungan Menoreh Kulonprogo terjadi di dekat Curug Gembor, maka Handoko menamai batu jenis itu sebagai Batu Pancawarna Gembor Menoreh. (*)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved