Lebaran

Kapten Labani Masih Ingat Kisah Heroik Gagalkan Pembajakan Kapal

"Saya umumkan saja ada sekelompok orang yang ingin mengubah tujuan kapal dan ingin menguasai ruang mesin. Orang-orang pun langsung tergerak semua

TRIBUNKALTIM.CO/GILBERT ROSOK
Kapten KM Labobar Labani (kiri). (TRIBUNKALTIM.CO/GILBERT ROSOK) 


25 Jam Bersama Pemudik Di Atas Kapal Motor Labobar (3-selesai)

Laporan Wartawan TribunKaltim.co, Gilbert Rosok

KEHIDUPAN keras seorang pelaut menghadapi tantangan pekerjaan di atas kapal semakin benar adanya oleh pengalaman Nurhayati. Ia seorang kadet pada Kapal Motor (KM) Labobar yang dioperasikan PT Pelni (Persero).

Nur, sapaan Nurhayati, sudah dua bulan bekerja di kapal. Perempuan asal Dumai, Riau, ini sehari-harinya bekerja membantu tugas kapten kapal. Sebagai kadet atau taruna atau pelajar yang tugas praktik lapangan, Nur mengawasi anjungan.

Tantangan terberat Nur, adalah mabuk laut saat awal pertama bergabung dengan kru KM Labobar. Dia membutuhkan waktu lebih dari satu pekan untuk beradaptasi dengan kehidupan di atas kapal, menggeluti profesi pelaut.

"Iya, saya sempet mabuk laut minggu pertama. Rasanya pusing dan mual-mual," kata Nur ditemui Tribun Kaltim di atas KM Labobar, saat berlayar dari Balikpapan menuju Surabaya mengangkut pemudik, Senin, sebelum Lebaran pekan lalu.

BACA JUGA: Asyik, di Tengah Laut Pun Kini Bebas Menelepon

Penumpang KM Labobar saat mudik Lebaran 2015. Saking padatnya penumpang, sebagian tidak kebagian tempat dan terpaksa tidur beralas tikar di dek kapal yang berlayar dari Pelabuhan Semayang Balikpapan, Kalimantan Timur menuru Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, Senin (13/7/2015). (TRIBUNKALTIM.CO/GILBERT ROSOK)

Selama seminggu itu, dia bahkan sempat ditertawai awak senior di kapal. Tidak hanya ejekan, awak senior tentu memotivasi Nur agar kuat menjalankan praktik lapangan. Bahkan dia sempat mendapat nasihat langsung dari kapten kapal.

Hal ini pun menjadi salah satu alasan mengapa dia segera menyesuaikan diri, dan tidak mengalami mabuk laut lagi.

"Masa tidak kuat sih? Ayo harus kuat. Begitu ejekan para awak senior, tapi justru itu memotivasi saya. Sempet juga kapten ngasih nasihat. Kata beliau, kalau saya ada kemauan pasti saya bisa," ujar Nurhayati sembari tersenyum.

Nurhayati, Kadet KM Labobar. (TRIBUNKALTIM.CO/GILBERT ROSOK)

Niat Nur meneruskan karier sebagai seorang pelaut pun sempat goyah lantaran mabuk laut itu. Padahal sebelumnya, dia haruskan menunggu beberapa bulan sebelum diterima sebagai kadet di KM Labobar.

BACA JUGA:

BACA JUGA: 25 Jam Bersama Pemudik di Atas Kapal Laut Labobar, Puasa Jalan Terus

Penumpang KM Labobar saat mudik Lebaran 2015. Saking padatnya penumpang, sebagian tidak kebagian tempat dan terpaksa tidur beralas tikar di dek kapal yang berlayar dari Pelabuhan Semayang Balikpapan, Kalimantan Timur menuru Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, Senin (13/7/2015). (TRIBUNKALTIM.CO/GILBERT ROSOK)

Namun setelah dua bulan bekerja di atas kapal, perasaan itu hilang dan cita-citanya untuk menjadi pelaut semakin mantap. Hal membuatnya semakin teguh menjadi pelaut adalah dukungan orang tua.

"Ayah dan kakak saya seorang pelaut, jadi mereka selalu support saya, makanya niatan ini semakin mantap," ujar Nur, kelahiran 1994.

Kapten KM Labobar Labani, ternyata memiliki pengalaman yang lebih unik dan medebarkan lagi. Saat ditemui di ruang kemudi KM Labobar, Labani menceritakan masa-masa mencekam ketika menjadi kapten kapal yang berlayar ke daerah timur Indonesia.

BACA JUGA: BREAKING NEWS -- Jalur Ini Lumpuh Lantaran Ribuan Orang Blokir Jalan

Satu waktu, krisis terjadi di Ambon. Labani tidak menyebut waktu kejadian. Berdasatkan catatan Tribun Kaltim, kerusuhan pernah meletup beberapa kali di Ambon, Maluku, yakni antara tahun 1999 - 2002, kemudian tahun 2011.

Kala itu, tutur Labani, sejumlah orang memaksa masuk ke anjungan kapal, dan memaksa kapten mengarahkan kapal ke Kota Ambon. Selaku nakhoda, Labani menolak desakan massa, lantaran kapal sudah memiliki tujuan atau rute tersendiri yang ditentukan kantor pusat, Pelni. Merasa Aspirasinya tidak didengarkan, sekelompok orang itu kemudian melancarkan niat jahat.

"Mungkin mereka kecewa lalu mereka mau menyabotase ruang mesin," ujar Labani.

Setelah melakukan mediasi, belum berhasil juga, Kapten pun mengambil jalan lain. Dengan menggunakan pengeras suara, kapten mengabarkan kepada penumpang lain bahwa ada sekelompok orang yang ingin menyabotase ruang mesin.

Hal ini sontak membuat para penumpang lain bekerja sama dengan pihak keamanan kapal untuk mencari orang-orang tersebut. Hanya butuh waktu 30 menit para pembuat onar ini pun akhirnya berhasil diamankan.

"Saya umumkan saja bahwa ada sekelompok orang yang ingin mengubah tujuan kapal dan ingin menguasai ruang mesin. Orang-orang pun langsung tergerak semua dan membantu. Salah satu oknum tersebut hampir dihajar massa, namun sempat diamankan pihak keamanan kapal," ujar pria kelahiran 1963 yang prtama kali menjadi kapten kapal tahun 2002.

Menurut Labani cerita pembajakan seperti ini membuat semangat dan kecintaannya akan dunia pelayaran semakin bertambah.

Saat ini, Labani sudah tidak mengalami banyak kendala berarti sebagi pelaut. "Peluat susah itu sudah cerita lama, karena zaman sekarang ini pelaut sudah tidak sesusah dulu. Jadi itu cerita lama saja," ujarnya.

Kemudahan telekomunikasi di atas kapal penumpang mempermudah tugas pelaut. Bagaimana tidak? Jika kangen keluarga, ia bisa segera menelepon keluarganya. Sebab kapal penumpang, seperti KM Lobabor telah dilengkapi pemancar sinyal (BTS) telepon seluler milik Telkomsel.

Labani bahkan, saat ini, dua minggu sekali berlabuh ke Pulau Jawa. Jadi tidak sempat pulang ke Blitar, ia bisa meminta Titin Supriatin, istrinya, atau keluarganya yang menemuinya di Surabaya. (*)

Kami hantarkan berita terbaru, unik dan menarik secara gratis ke hadapan sahabat melalui jejaring sosial. Cukup likes fan pages fb TribunKaltim.coatau follow twitter@tribunkaltim

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved