Liputan Khusus

Kisah Saryono Dulu Supervisor Perusahaan Kayu, Kini Dagang Sayur

Siapa sangka, Saryono yang biasa dikenal warga setempat sebagai penjual sayur ternyata dulunya ia bekerja di salah satu perusahaan kayu ternama

Penulis: Cornel Dimas Satrio Kusbiananto |
TRIBUN KALTIM / CORNEL DIMAS SK
Saryono dulu bekerja sebagai supervisor di perusahaan kayu. Akibat hancurnya industri kayu, Saryono beserta istrinya menjadi pedagang sayur pasar malam tiap Sabtu di Jl. Kemangi Kelurahan Karang Asam Ulu, Kecamatan Sungai Kunjang, Samarinda. 

Saryono mengatakan sangat berat ketika pertama kali memutuskan banting setir menjadi pedagang telur di pasar. Pasalnya dulu ia orang kantoran, bekerja di ruangan yang nyaman berhembuskan AC.

Namun kini ia harus berjibaku dengan hiruk-pikuk pasar yang panas dan sumpek. Belum lagi ia harus menahan malu dilihat tetangga dan teman-temannya.

“Awalnya ya malu mas. Dulunya kan saya supervisor. Kalau pas di pasar ketemu tetangga, teman-teman kerja, apalagi kalau ketemu anak buah saya dulu. Memang malu, tapi lama-kelamaan sudah terbiasa. Saya sudah nggak pikir itu lagi. Mau nggak mau sekarang kita pikirannya bertahan hidup,” ujarnya.

Rasa malu itu berhasil dilewati Saryono dan keluarga. Menurut mereka daripada nggak ada yang dikerjakan di rumah, lebih baik berjualan di pasar dengan dagangan halal. Hampir tiap hari mereka berdagang telur dan sembako di pasar Kemangi.

Namun perjalanan dagang mereka tak berjalan mulus. Sekitar tahun 2003 pasar Kemangi terbakar. Kebakaran itu turut menghanguskan lapak beserta barang dagangan Saryono. Merekapun tak bisa lagi berjualan di pasar itu.

Tuntutan kebutuhan memaksa Saryono memutar otak. Beberapa bulan setelah kebakaran, ia memutuskan berdagang di pasar malam. Modal dari sisa-sisa keuntungan berdagang di pasar Kemangi, langsung dipakai untuk modal awal berdagang sayur di pasar malam.

“Habis kebakaran itu, kami jualan sayur di pasar malam sampai sekarang dari modal sisa. Mau nggak mau yang penting kita berjualan biarpun keuntungannya sama saja,” katanya.

Menggantungkan hidup di pasar malam tak membuat Saryono patah arang. Justru dari hasil jerih payahnya sebagai pedagang sayur, ia bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga tamat SMA.

Kini dua anaknya masing-masing sudah berkeluarga dan memiliki rumah sendiri. Keuntungan 200 - 300 ribu per malam baginya sekarang sudah bisa menghasilkan dua sepeda motor.

Belakangan ini industri batu bara dan minyak di Kalimantan Timur sudah mulai marak melakukan pengurangan pegawai. Hal ini bisa memicu banyaknya pengangguran. Namun tak jarang mereka juga beralih profesi layaknya Saryono yang berjibaku di pasar malam.

Saryono pun berpesan kepada mereka agar jangan menyerah dan mengeluh.

“Selama kita masih diberi kesehatan dan fisik yang lengkap, jangan pernah lelah bekerja. Tidak usah malu, memang malu itu wajar, yang penting bisa bekerja halal, kebutuhan anak istri kalian terpenuhi secukupnya, itu sudah harus disyukuri,” ungkapnya. (*)

*** UPDATE berita eksklusif, terkini, unik dan menarik dari Kalimantan.

Like fan page fb TribunKaltim.co 

dan follow twitter  @tribunkaltim 

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved