Liputan Khas

Sukses Kuliah Sukses Berwirausaha

EFEK positif dari semaraknya media sosial adalah tumbuhnya dunia kreatif. Dunia yang banyak digeluti remaja saat ini. Media sosial jadi tempat jitu

NET
ILUSTRASI 

TRIBUNKALTIM.CO - EFEK positif dari semaraknya media sosial adalah tumbuhnya dunia kreatif. Dunia yang banyak digeluti remaja saat ini. Media sosial jadi tempat jitu untuk berpromosi, berniaga, dan berwirausaha. Banyak wirausahawan muda bahkan remaja yang mendulang banyak rupiah dari media sosial ini.
Saat ini banyak remaja usia sekolah hingga perguruan tinggi yang memilih sekolah/kuliah sambil berwirausaha atau bahkan bekerja. Banyak alasan mereka mau memecah konsentrasi untuk bekerja dan kuliah. Ada yang untuk membantu memenuhi biaya kuliah, hobi, kebutuhan, gaya hidup, hingga sebagai wujud eksistensi.

Yola Astrida misalnya, mahasiswa semester 6 ini mengaku sudah dua tahun berjualan di media sosial. Ia menjadi reseller resmi dari beberapa merk pakaian. Ia memilih berjualan online hal-hal yang terkait dengan keperluan muslimah, mulai dari abaya (pakaian panjang dan longgar), khimar, pashmina, hingga kaos kaki. Sudah lebih dari dua tahun ia menggeluti usaha ini. "Dulu modalnya hanya 1 juta dari uang tabungan. Dapat beli 6 baju dan ongkos kirim. Awalnya 3 hari tidak ada yang beli. Ya sempat takut juga bajunya nggak laku. Tapi saya menghibur diri, kalau tidak laku ya nggak apa-apa bajunya saya pakai sendiri. Saya memang sengaja memilih corak, warna, dan ukuran sesuai selera saya. Sehingga kalau tidak laku, masih bisa saya pakai," kata Yola.

Namun, hari keempat ada pembeli yang membelinya bajunya. Hingga akhirnya 6 pcs baju habis dalam waktu seminggu. "Wah senang banget rasanya. Timbul semangat. Jadi keuntungannya saya tambahkan ke modal, begitu seterusnya. Sekarang sekali belanja barang jualan bisa sampai 7 juta. Senang banget," ungkap Yola. Selama setahun pertama, keuntungannya per bulan rata-rata hanya satu juta. Kini sejak tahun kedua, keuntungannya rata-rata hingga Rp 4 juta per bulan. "Alhamdulillah, sudah tidak lagi minta ongkos hari-hari kepada orangtua. Sudah bisa ongkos sendiri. Bahkan uang semesteran pun separuh saya yang bayar," katanya.

Dari keuntungan tersebut selain ia pakai untuk keperluan kuliahnya, sebagian ia tabung, dan sebagian ia tambahkan untuk modal. "Awalnya hanya jadi reseller satu brand pakaian, sekarang sudah jadi reseller lima brand pakaian," kata Yola.
Kesuksesan juga diraih oleh Aviola Karlinda. Baru sekitar tiga bulan menggeluti bisnis di bidang kuliner. Jenis usaha yang pertama dirintis gadis ini yaitu susu.

Ia mengakui di Balikpapan bisnis jualan susu masih belum seramai di kota-kota di Pulau Jawa. Tetapi dengan berani dan inovatif, Aviola terus menggeluti berusaha mengepakkan sayap di dunia wirausaha. "Tujuan jualan susu sih mencari uang dan hidup mandiri. Ya, lumayan untuk tabungan masa depan," katanya.

Awalnya membuka bisnis jualan susu saat dia sedang jalan-jalan di sebuah mall di daerah Jakarta. "Awalnya karena masih skripsi lalu waktu luang lumayan banyak. Saya izin ke orangtua untuk mencari inspirasi di Jakarta. Saat disana (Jakarta) ada sebuah stand yang menjual susu dengan cara unik dengan menggunakan botol bayi," kata Aviola.

Dia merasa di Balikpapan belum ada yang membuka bisnis tersebut. Lalu dengan modal sekitar dua juta yang didapat dari orangtuanya, Aviola lalu membuka usaha susu yang diberi nama Mimiqu. Usaha tersebut dimulai pada 11 September 2015. "Modal 2 juta waktu itu dapat memproduksi 100 botol," katanya.

Untuk bahan-bahannya Aviola membelinya di sebuah distributor susu yang terdapat di Jakarta. Lambat laun usaha yang didirikan Aviola semakin berkembang.
Saat ini ia mampu memproduksi sekitar 500-600 botol. "Kalau sampai 600 botol waktu itu pas Ada acara Pop Up market di Balikpapan Baru. Jadi harus nyetok sekitar 600 botol untuk tiga hari," ucap Aviola. Saat itu dalam sehari dia mampu menjual sekitar 150 botol. "Pas acara Pop Up saya pasang harga Rp 30ribu dan habis 150 botol," ucap Aviola.

BACA JUGA: PROFIL: Sukses Kerja sambil Kuliah

Kalau di hari-hari normal dia hanya mampu menjual sekitar 50 botol. Bisnis yang dia jalani terkadang tidak berjalan lancar. Pernah juga dia mengalami kejadian yang tidak enak dengan pelanggannya.
"Waktu itu pelanggan saya pesan cookies cream. Tapi saudara di rumah yang membantu saya salah buat. Pelanggan saya komplain. Jadi saya bikin lagi dan saya kasih gratis ke pelanggan saya," tutur salah satu Mahasiswa jurusan Culinary Akademi Pariwisata Majapahit Surabaya ini.

Hal serupa pun pernah dialami Yola. Ia mengaku beberapa kali pernah dibohongi pembelinya. Namun baginya itulah salah satu pelajaran berharga agar bisa terus bertahan dan sukses di dunia wirausaha.

Lantas bagaimana keduanya membagi waktu antara usaha dan kuliah? "Untungnya saya jualan online, jadi modalnya hanya gadget dan paket data. Saya bisa jualan dimana saja termasuk saat di kampus. Hanya saja, saat jam kuliah bisanya saya pasang status "Slow Respon" agar customer juga mengerti. Pesanan yang masuk baru saya baca atau saya respon saat break atau usai kuliah," imbuhnya. Baginya berjualan online, memudahkannya mengatur waktu antara jualan, belajar dan kuliah.
Sedangkan Aviola memberi tips harus tetap mengerti dimana kewajiban dan tugas masing-masing. Untuk Aviola sendiri terkadang harus bolak-balik dari Balikpapan ke Surabaya untuk bertemu dengan dosen pembimbing skripsinya.

Namun tidak membuat usahanya berjalan terganggu. "Kalau Ada pesanan dan pas lagi di Surabaya saudara saya yang menghandle," kata gadis yang rencananya akan wisuda bulan Desember ini. (*)

***

  Follow  @tribunkaltim Tonton Video Youtube TribunKaltim


Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved