Lingkungan

Kecam Eksploitasi Lumba-lumba Berkedok Edukasi, #StopSirkusLumba Ramai di Medsos

Namun sebelum pertunjukan ini berlangsung sejumlah aktivis dan netizen terus mengecam keras melalui media sosial (medsos).

Instagram
Aksi lumba-lumba dalam sebuah acara sirkus. Demi tampil di pertunjukan, mamalia ini disiksa mulai dari pejalanan hingga beraksi di atas panggung. 

TRIBUNKALTIM.CO -- Sirkus bukan edukasi, inilah beberapa penggalan dari petisi yang disuarakan oleh sejumlah aktivis lumba-lumba yang ramai di media sosial (medsos).

Para aktivis ini menyuarakan agar kegiatan eksploitasi mamalia laut yang terkenal sangat cerdas untuk segera dihentikan.

Bukan tanpa alasan mengutip dari akun Instagram SavePesutMahakam menjelaskan, sirkus lumba-lumba keliling di beberapa kota di Indonesia masih marak dilaksanakan.

Menurut sejumlah netizen yang juga menyuarakan aksi penolakan terhadap sirkus ini menyampaikan eksploitasi berkedok edukasi ini menjadikan lumba-lumba yang cerdas dengan kelucuannya dimanfaatkan sebagai mata pencaharian dan hiburan masyarakat.

Kali ini sirkus lumba-lumba keliling akan menyambangi Kota Samarinda, Kalimantan Timur yang akan dijadwalkan tampil pada tanggal 13 Oktober 2016 hingga bulan November mendatang.

Tonton juga: VIDEO – Beginilah Penderitaan Lumba-lumba Sirkus yang Perlu Anda Tahu

Pertunjukan sirkus sebagai wisata edukasi ini rencananya akan berlangsung di areal Mal Lembuswana Samarinda.

Namun sebelum pertunjukan ini berlangsung sejumlah aktivis dan netizen terus mengecam keras melalui media sosial (medsos).

Akun Instagram SavePesutMahakam merupakan satu dari sekian akun yang gencar menyuarakan aksi penolakan.

Mereka sengaja dibuat lapar. Mereka diangkut truk yang sempit, gelap, dan pengap. Klorin dalam kolam sering membuat mereka buta. Bunyi yang mereka dengar dalam truk, pesawat, atau musik keras pertunjukkan membuat kerusakan sonar. Tidak heran bila mereka sering ditemukan mati. Dan semua ini dengan dalih pendidikan dan pelestarian? Inilah yang ditemukan pada sirkus lumba-lumba keliling PT. Wersut Seguni Indonesia (WSI) dan beberapa lainnya. Mereka mendapatkan lumba-lumba dari hasil tangkapan di sekitar pulau Karimun Jawa, 2-3 juta per ekor. Saking buruknya industri ini, praktek ini telah dihentikan di seluruh dunia, kecuali Indonesia. Hal ini dapat kita hentikan apabila kita bisa menekan perusahaan-perusahaan lain untuk mendukungnya. Dengan tekanan-tekanan serupa, Carrefour, hero, Giant, Lottemart telah setuju untuk berhenti menyediakan tempat parkirnya untuk area sirkus ini. Begitu pula dengan Garuda, yang telah berkomitmen untuk berhenti mengangkut lumba-lumba dengan pesawatnya dan Teh Botol Sosro, Coca-Cola yang telah berhenti mensponsori.  Namun, praktik sirkus lumba keliling masih ada sampai sekarang, diadakan diberbagai mal daerah, dan bahkan difasilitasi oleh Pemkab, Pemkot, dan Pemda, bahkan di ruang publik! Mari kita berikan mereka kesempatan untuk melakukan hal yang benar. Dukung Petisi yang telah di tanda tangani lebih dari 111.000 orang,  silahkan buka link petisi di profil. #stopsirkuslumba #stopsirkuslumbasamarinda

A photo posted by Pride of Mahakam (@savepesutmahakam) on


Terdapat beberapa postingan yang memperlihatkan kekejaman dan eksploitasi yang dilakukan sejumlah pebisnis untuk meraup keuntungan dari pertunjukan lumba-lumba.

Tidak hanya di Samarinda saja aksi penolakan juga mendapat dukungan dari beberapa kota besar.
Indonesia merupakan negara terakhir yang masih menjalankan bisnis tersebut.

Beberapa kekejaman yang melatarbelakangi penolakan sirkus lumba-lumba yakni bagaimana mamalia laut ini diperlakukan sangat kejam.

Baca: Terdampar di Pantai, Pria Ini Selamatkan Lumba-lumba ke Laut

Dikutip melalui akun SavePesutMahakam, selama melakukan sirkus keliling lumba-lumba tersebut meringkuk di dalam kotak sempit yang berisikan sedikit air, busa dan mentega yang digunakan untuk menjaga kulit lumba-lumba tidak mengering.

Lumba-lumba sirkus ini setiap harinya harus tinggal di kotak sempit melakukan perjalanan ratusan kilometer berpindah dari satu kota ke kota lainnya menggunakan truk yang gelap dan pengap tanpa pernah melihat lautan lagi.

Tak hanya itu, air di kolam sirkus juga bukanlah air laut sungguhan tetapi hanyalah air buatan.

Air laut yang dipakai yakni air ledeng yang dicampurkan dengan berton-ton garam dan klorin hingga membuat mata lumba-lumba rabun.

Akibatnya hidup lumba-lumba ini lebih pendek hanya berusia 5-6 tahun, berbeda jauh dengan lumba-lumba di alam liar yang mampu hidup hingga usia 40-50 tahun di lautan bebas.

Sementara itu dari beberapa postingan menyebutkan lumba-lumba ini ditangkap dari alam liar di wilayah pantai Lovina, Bali utara.

Lumba-lumba yang telah ditangkap dipindahkan ke dalam tangki untuk dipindahkan ke sebuah hotel di Bali Utara dan disiksa selama menjalani pertunjukan sirkus.

Bahkan lebih parahnya lagi, dalam sirkus ini pihak penyelenggara mengklaim jika lumba-lumba tersebut telah diselamatkan oleh mereka.

Selain itu pihak penyelenggara sirkus lumba-lumba keliling yang dilakukan oleh PT Wersut Seguni Indonesia (WSI) dan beberapa lainnya.

Mendapatkan lumba-lumba dari hasil tangkapan di sekitar Pulau Karimun Jawa, dengan harga Rp 2-3 juta per ekornya.

Sebagai bentuk penolakan penggunaan tagar #stopsirkuslumba ramai digunakan sebagai tindakan untuk menghentikan eksploitasi terhadap lumba-lumba di Indonesia.

"Hentikan kekejaman ini. Jangan beli tiket pertunjukan lumba-lumba apapun bentuknya, sebarkan pesan dan minta pemerintah Indonesia untuk mengambil itndakan! #stopsirkuslumbasamarinda," seru akun SavePesutMahakam mengajak masyarakat ikut berpartisipasi

Kita sebagai manusia seringkali lupa bahkan acuh, hewan juga memiliki hak asasi, sama seperti manusia yang juga menginginkan hidup sejahtera. (*)

***

Baca berita unik, menarik, eksklusif dan lengkap di Harian Pagi TRIBUN KALTIM

Perbarui informasi terkini, klik  www.TribunKaltim.co

Dan bergabunglah dengan medsos:

Join BBM Channel - PIN BBM C003408F9, Like fan page Facebook TribunKaltim.co,  follow Twitter @tribunkaltim serta tonton video streaming Youtube TribunKaltim

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved