Ledakan Bom di Samarinda

Kisah Pelaku Pelempar Bom Molotov yang Bandel dan tak Mau Dibina

Kedatangan Juhanda ke Kaltim bermula saat dirinya menjadi tahanan di LP Tangerang. Dia harus mendekam di LP Tangerang karena terlibat aksi bom buku

Penulis: tribunkaltim | Editor: Amalia Husnul A
Repro/Tribunkaltim.co/Anjas Pratama
Kondisi terduga pelaku pengeboman di halaman parkir Gereja Oikumene, Minggu (13/11/2016). Foto didapatkan dari warga saat terduga pelaku tertangkap. 

Laporan wartawan Tribun Kaltim, Cristoper Desmawangga, Anjas Pratama, dan Muhammad Fachri Ramadhan

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Keberadaan Juhanda, terduga pelaku bom molotov yang meledak di halaman Gereja Okuimene, Samarinda Seberang, Kota Samarinda ternyata sudah diketahui oleh Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kaltim sejak masuk Samarinda.

Hal tersebut disampaikan Kepala FKPT Kaltim Hasyim Miradjie saat ditemui usai pembahasan pasca pengeboman halaman Gereja Oikumene di Gedung Kesbangpol Kaltim, Senin (14/11/2016) kemarin.

"Sejak tiba di Samarinda kami pantau, dan memang kami sudah monitor. Saat itu, ada informasi bahwa Juhanda sudah lepas dari penjara dan menuju serta tinggal di Kaltim. Tetapi, memang kami kecolongan hingga dia bisa berbuat seperti itu (aksi bom). Kami benar-benar tidak tahu, mengapa Juhanda bisa memperoleh bahan membuat bom," ujarnya.

Kedatangan Juhanda ke Kaltim bermula saat dirinya menjadi tahanan di LP Tangerang. Dia harus mendekam di LP Tangerang karena terlibat aksi bom buku pada 2011 lalu. Saat LP, Juhanda bertemu Agung Prasetyo, pelaku teror di Poso.

Usai masa tahanan selesai, ia direkomendasikan oleh Agung Prasetyo untuk tinggal di rumah ayahnya di Samarinda Seberang.

Baca: Vihara Budi Dharma Dilempari Bom Molotov

"Pelaku tak terdaftar di desa serta kelurahan setempat. Ini karena ia sudah dimonitor. Datangnya Juhanda dikarenakan bertemu dengan seorang teman di penjara, kemudian disarankan tinggal dengan bapak dari temannya tersebut di Samarinda. Kami memang tak bisa menangkap pelaku saat itu, karena tanpa ada alat bukti, aparat tak bisa menangkap," Kapolda Kaltim Irjen Pol Safaruddin menambahkan.

Sejak kedatangan Juhanda ke Kaltim, aparat keamanan sudah memantau gerak-geriknya.

"Itu sudah dipantau. Ada dari Babinsa, FKPT, BIN, Polda dan unsur lainnya. Meskipun diawasi, tetap kami tak bisa menangkap, karena tak ada barang bukti," kata Hasyim.

FKPT bahkan juga melakukan upaya ajakan-ajakan pembinaan, agar Juhanda kembali menjadi normal, layaknya warga biasa.

"Kami dekati terus, tetapi belum bisa. Dia bandel, dan tak mau ikuti pembinaan dari kami. Berbeda dengan delapan mantan napi pelaku bom lainnya yang sudah bisa kami bina. Delapan orang itu juga ada di Kaltim," jelasnya.

suasana pasca pengeboman
Suasana usai pengeboman di halaman gereja Oikumene, Minggu (13/11).

Lebih lanjut Kapolda Irjen Pol Safaruddin mengatakan, tim Densus 88 masih melakukan proses untuk mencari tahu apa motif aksi bom di depan Gereja Oikumene tersebut.

"Kami akan ungkap. Jaringannya seperti apa, mengapa bisa terjadi dan seterusnya. Biarkan dahulu kami lakukan proses," katanya.

Mantan Napi Bom

Pelaku pengeboman di halaman Gereja Oikumene, yakni Juhanda, sebenarnya dalam proses masuk ke dalam koperasi mantan napi pelaku bom, yang disebut Koperasi Merah Putih. Lantas, apa sebenarnya Koperasi Merah Putih 71.

Senin (14/11/2016) kemarin, Tribun berkesempatan berbincang langsung dengan Muhammad Yunus, satu dari 8 anggota mantan napi jaringan bom Bali, yang kini sudah insaf dan menjalani kehidupan layaknya warga biasa.

Baca: VIDEO – Gadis Kecil Bernama Intan Olivia, Korban Ledakan Bom Itu Akhirnya Meninggal Dunia

"Di Kaltim itu ada delapan orang tersebar di beberapa daerah. Samarinda empat orang, Tenggarong ada satu orang, Balikpapan dua orang, dan PPU ada satu orang," ucapnya.

Ia tak menampik bahwa kesemuanya pernah berperan dalam aksi terorisme, yakni jaringan bom Bali I pada 2002 lalu.

"Saya ikut dalam bom aksi terorisme 2002. Kesemuanya adalah mantan jaringan bom Bali I, dan sudah pernah menjalani hukuman. Saya tujuh tahun, dan ada pula yang beberapa tahun," tutur Yunus.

Usai menjalani hukuman, delapan mantan napi jaringan bom tersebut, terus dimonitor oleh aparat pemerintah. Caranya dengan mengumpulkan mereka dalam suatu wadah koperasi, yakni Koperasi Merah Putih 71.

"Biasanya kami kumpul tiap dua bulan sekali. Ini karena sudah ada koperasi Merah Putih 71. Tetapi, karena koperasi harus memenuhi syarat 20 orang, sementara jumlah kami hanya 8 orang, maka ikut bergabung pula beberapa anggota keluarga kami, serta perwakilan dari Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme beserta keluarga mereka. Di koperasi itu, saya bertindak sebagai Ketua, dan pak Stopo sebagai bendahara," katanya.

Baca: Rekam Jejak Pelaku Bom Oikumene: Ulil Abshar hingga Ahmad Dhani Pernah jadi Sasarannya

Di koperasi tersebut, mantan napi pelaku bom itu dibina dan dilatih untuk bisa menciptakan ekonomi agar tidak kembali lagi ke jalan kelam terdahulu.

"Kami lakukan pembinaan, bekerja sama dengan FKPT. Ada yang bergerak dalam pembinaan bidang perkebunan, LPG, perikanan, dan lainnya. Intinya bagaimana untuk meningkatkan taraf ekonomi," ujarnya.

Untuk permasalahan dana, tiap tahunnya, mereka mendapatkan bantuan dana sebesar Rp 80 juta oleh BNPT. "Tiap orang Rp 10 juta. Itu untuk lakukan usaha," katanya.

Peran dari mantan anggota napi jaringan bom tersebut, juga memiliki peran dalam mengidentifikasi apabila adanya jaringan pelaku bom yang masuk ke suatu daerah.

Terkait Juhanda, Yunus mengatakan, yang bersangkutan berbeda daripada delapan anggota mantan napi jaringan bom yang saat itu sudah tergabung dalam Koperasi Merah Putih 71.

Baca: Balita Intan Olivia Menyusul Nenek dan Bibinya yang Tewas Dibegal Belum Sebulan

"Juhanda itu lain kelompok. Saya tak kenal dan tak tahu sama sekali. Intinya dia direkrut oleh ayah dari Agung Prasetyo. Organisasi mereka lebih keras, dan ayahnya Agung Prasetyo itu juga berdasarkan informasi pihak kepolisian, sudah termasuk dalam kelompok radikal," katanya.

19 Orang Diamankan

Jajaran kepolisian bergerak cepat, menyusul terjadinya aksi teror bom di Samarinda, Minggu (13/11/2016). Sebanyak 16 orang diamankan sebagai saksi.

Senin (14/11/2016) polisi kembali memanggil 3 orang, total 19 orang diamankan jajaran korps coklat Kaltim.

"Kami amankan 1 tersangka, dan 19 saksi. Sedang dilakukan pendalaman. Mereka saat ini dimintai keterangan," kata Kapolda Kaltim Irjen Pol Safaruddin saat ditemui Tribun di lapangan SPN Balikpapan, Senin (14/11/2016).

Jenderal bintang dua tersebut belum bisa membeberkan apakah tersangka berinisial J melakukan aksi tunggal atau secara berkelompok. "Penyelidikan masih berjalan, masih berproses. Kita perlu bukti-bukti dulu," ungkapnya.

pemeriksaan saksi
Dua warga (biru dan merah) digiring dari daerah Loa Janan guna menjalani pemeriksaan saksi terkait dugaan keterlibatan bom di depan Gereja Oikuemene, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur, Minggu (13/11/2016). (tribunkaltim.co/nevrianto hp)

Saat ini J beserta 19 saksi lainnya masih menjalani pemeriksaan intensif di Samarinda oleh pihak kepolisian. "Kita lihat perkembangannya, saat ini dia (pelaku) masih di Samarinda," tegasnya.

"Kita punya waktu 7 hari mencari bukti-bukti di lapangan. Apakah tersangka bertambah atau tidak, tergantung hasil pemeriksaan dan bukti-bukti yang kita dapatkan. Hari ini kami lanjutkan olah TKP," lanjutnya.

Informasi terakhir tim khusus dari Mabes Polri direncanakan hari ini (kemarin) tiba di Kaltim membantu proses penyelidikan di lapangan. "Ada tim dari Mabes Polri turun hari ini," katanya usai memimpin upacara HUT ke 71 Brimob Polda Kaltim.

Baca: Pedih. . . Balita Intan, Korban Ledakan Bom Itu Sempat Berteriak dan Menangis Kesakitan

Teror bom yang terjadi di Samarinda menyedot perhatian banyak pihak.

Kaltim yang dikenal kondusif dari aksi teror, kini harus menelan pil pahit. Banyak pihak mengatakan fungsi intelijen kebobolan, sehingga bom tersebut akhirnya meledak dan mengakibatkan korban jiwa.

Menanggapi hal itu Irjen Pol Safaruddin menolak pihaknya dikatakan kecolongan atas terjadinya teror bom di salah satu gereja di Samarinda, Minggu (13/11/2016) lalu.

"Ya enggaklah, masalah teroris ini kan, masalah seluruh dunia. Kapan melakukan itu, kan kita tidak tahu seperti apa. Tetapi kita akan tingkatkan fungsi itu," tuturnya. (*)

*****
Baca berita unik, menarik, eksklusif dan lengkap di Harian Pagi TRIBUN KALTIM
Perbarui informasi terkini, klik  www.TribunKaltim.co
Dan bergabunglah dengan medsos:
Join BBM Channel - PIN BBM C003408F9, Like fan page Facebook TribunKaltim.co,  follow Twitter @tribunkaltim serta tonton video streaming Youtube TribunKaltim
Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved