Berita Pemkab Kutai Timur
Rantau Pulung Bakal Jadi Pusat Pengembangan Bio Industri, Integrasi Sawit dan Ternak Sapi
Bisa dikatakan desa membangun mengajak masyarakat desa untuk merencanakan, membangun, hingga menikmati hasil pembangunan di desanya sendiri.
TRIBUNKALTIM.CO, SANGATTA - Lahan pertanian di Indonesia semakin menurun, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Kondisi ini diperburuk dengan adanya ancaman perubahan iklim yang berdampak secara langsung terhadap pembangunan pertanian.
Menyikapi kondisi itu, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Kutim) mulai mengembangkan Bio Industri berbasis integrasi sawit dan ternak sapi. Program ini diluncurkan di Desa Manunggal Jaya, Kecamatan Rantau Pulung, Sabtu (12/11/2016).
“Jika satu hektar (diberi) dua ekor sapi dan untuk Kutai Timur tanaman (sawit) rakyatnya ada sekitar 20.000 hektar, jadi sapinya sebanyak 40.000 ekor. Dengan plasmanya 88.000 terintegrasi dengan 168.000 ekor sapi. (Jika berkembang baik) tidak mikir lagi kita mendatangkan sapi dari Sulawesi dan Pulau Jawa untuk lebaran haji,” sebut Bupati Kutim, Ismunandar, sambil membayangkan kemajuan program dimaksud.
Selanjutnya Ismu juga membayangkan jika Rantau Pulung dijadikan sentra untuk program ini, berarti masyarakat Kutim apabila mencari sapi tinggal datang ke Kecamatan Rantau Pulung saja. Ismu optimis program ini dapat berhasil di Rantau Pulung karena alasan cukup tersedianya lahan perkebunan kelapa sawit.
(Baca juga: Semangat Kepahlawanan, Gali Apinya Bukan Abunya )
Jika tersedia sapi sebanyak 3.000 ekor dan lahan sawit 20.000 hektar, berarti Rantau Pulung masih memiliki kesempatan untuk memelihara 37.000 ekor sapi. Sedikit dijelaskan olehnya bahwa kepemimpinan Ismu-KB memiliki visi dan misi menuju kemandirian dengan mengembangkan agribisnis serta agroindustri.
Pada program ini desa didesain untuk membangun desanya sendiri. Bisa dikatakan desa membangun mengajak masyarakat desa untuk merencanakan, membangun, hingga menikmati hasil pembangunan di desanya sendiri.
“Hari ini kita bisa melihat bagaimana 53 ekor sapi dapat menghasilkan 5-8 galon pupuk organik cair perhari. Dari kotorannya dijadikan kompos 8 karung dengan berat 25 kilogram (kg) per karung per hari,” jelasnya mencontohkan.
Artinya pula dengan biaya yang murah didukung potensi makanan ternak yang banyak yakni limbah sawit diharapkan program pertanian terintegrasi ini bisa berkembang dengan baik dan bermanfaat untuk kemajuan Kabupaten Kutim.
Camat Rantau Pulung Poniso Suryo Renggono menjelaskan, Kelompok Tani Sumber Rejeki merupakan kelompok tani teladan se-Kabupaten Kutim dan nomor tiga untuk kelompok tani teladan se-Provinsi Kaltim.
"Dengan adanya launching model pengembangan bio industri ini kelompok tani Sumber Rejeki bisa memproduksi dan bisa dijadikan tambahan penghasilan warga Kecamatan Rantau Pulung,” sebutnya.
Selain itu juga menjadi industri pupuk kompos terbaik di Kabupaten Kutim sesuai dengan visi misi Pemkab Kutim. Dia menyebut program ini merupakan bagian dari industri rumahan di Kecamatan Rantau Pulung, dengan bahan baku yang diambil dari ternak-ternak sapi, yang tersebar di kecamatan.
Kecamatan Rantau Pulung juga sudah memiliki UPT Holtikultura yang membawahi tiga kecamatan. Dari hasil pupuk kompos bio industri bisa dimanfaatkan oleh para petani organik yang tergabung di dalamnya. Potensi bio energi atau bio massa industri sapi adalah faces dan urine yang dipandang sebagai salah satu sumber energi terbarukan dan merupakan sumberdaya bahan bakar.
Dengan dikembangkannya model pertanian berbasis sapi, tentunya dapat meningkatkan nilai tambah produksi dan beberapa hasil dari usaha masing-masing, sekaligus memaksimalkan input atau outcome ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Kepala BPTP Provinsi Kaltim, Muhammad Hidayanto, menjelaskan kedepan pihaknya akan mengembangkan model pertanian bio industry. Model pertanian bio industri yang di Kecamatan Rantau Pulung basisnya adalah integrasi antara sawit dan sapi. Kabupaten Kutim menjadi penyokong utama untuk program nasional.
"Kotoran ternak bisa kita bikin pupuk kandang, kemudian urinnya bisa sebagai pupuk bio urin yang kita buat sedemikian rupa. Sehingga kedepannya bisa menjadi industri di Kecamatan Rantau Pulung," jelasnya. (advertorial/hms11)