Om Telolet Om

Tren Percakapan Telolet di Medsos Capai Klimaks 21 Desember dan Kini Cenderung Turun

Secara umum, total pembicaraan mengenai topik ini mencapai 176.984 (96.81%) buzz selama lima hari ini untuk netizen lokal.

Editor: Syaiful Syafar
Kompas.com/Syahrul Munir
Anak-anak di Ungaran, Kabupaten Semarang tengah menunggu bus malam yang lewat di Jl Diponegoro Ungaran, Kabupaten Semarang, Rabu (11/5/2016) sore. Mereka menantikan bus yang membunyikan klakson telolet untuk direkam dan diunggah ke media sosial. 

TRIBUNKALTIM.CO - Perusahaan yang bergerak di media intelligence asal Australia, Isentia, melakukan pemantauan terhadap fenomena "Om Telolet Om".

Istilah yang mulai populer sejak 19 Desember tersebut lalu dimonitor pembicaraannya di semua kanal media sosial sampai tanggal 23 Desember.

Menurut General Country Manager Isentia Jakarta, Luciana Budiman, tren percakapan mengenai topik ini sudah mencapai titik klimaksnya pada tanggal 21 Desember dan saat ini cenderung menurun.

"Berdasarkan pantauan kami, netizen lokal yang membicarakan isu ini di berbagai media sosial mencapai titik terbanyak pada tanggal tersebut. Karena netizen luar juga memperbincangkan, kami juga memantau pembicaraan dari Amerika dan Inggris dengan jumlah pergerakannya mencapai ribuan per harinya,” tuturnya melalui rilis yang diterima TribunKaltim.co, Jumat (23/12/2016).

Baca: Kisah Telolet, Fenomena Klakson Bus: Insipirasi hingga Variasi Harganya

Baca: Lupakan Dulu Telolet, 9 Meme Ucapan Hari Ibu Ini Dijamin Lebih Kocak

Baca: Guru Besar UI Nilai Fenomena Telolet Kemenangan Sesaat terhadap Budaya Global

Secara umum, total pembicaraan mengenai topik ini mencapai 176.984 (96.81%) buzz selama lima hari ini untuk netizen lokal.

Sementara untuk netizen Inggris, total buzz yang dihasilkan adalah 1968 (1.07%) dan netizen Amerika mencapai 5.766 (3.12%).

“Netizen Amerika lebih banyak daripada Inggris karena salah satu faktor penyebabnya karena Presiden Obama sempat membahas ini di akun Twitter-nya. Sebagai seorang top influencer, tentu ini sangat berpengaruh terhadap meningkatnya trafik pembicaraan.”

Luciana juga menyebutkan bahwa rata-rata pembicaraan mengenai Om Telolet Om tidak saja membahas bunyi klakson bus, melainkan juga aransemen musik, kampanye politik, pujian musisi hingga bahkan nasehat agama.

“Ini membuktikan bahwa kreatifitas orang Indonesia dalam menciptakan sesuatu yang booming dari hal-hal yang biasa ternyata diapreasiasi oleh masyarakat dunia,” pungkasnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved