Breaking News

Jalan Kaki dari Pekalongan untuk Naik Haji, ini 6 Fakta Tersembunyi Tentang Khamim Setiawan

Setelah menempuh perjalanan yang panjang dan melelahkan, ia berhasil menggapai Masjidil Haram yang menjadi puncak impiannya selama ini

Istimewa
Khamim Setiawan 

Saat dihampiri wartawan Surya, pria tua berusia 79 itu tengah mengadakan syukuran atas keberangkatannya ke Makkah.

Ia tampak letih, meski senyumnya tak pernah padam saat menyapa para tamu yang datang di kediamannya di Kapasan Samping gang 3 nomor 31.

Maksun mengaku mengumpulkan uangnya dari tiap kayuhan pedal becak miliknya.

“Saya tidak ingat berapa lama (mengumpulkan uang), yang jelas sudah lama sekali,” tuturnya tidak berhasil mengingat, Kamis (27/7/2017).

“Kalau dapat uang sedikit saya simpan, makan sudah sama anak-anak. Kebetulan dua anak saya masih tinggal di rumah. Nanti kalau uangnya sudah terkumpul Rp 500 ribu, saya tabung. Biasanya sebulan bisa Rp 500 ribu. Sudah dapat Rp 20 juta, saya buka rekening haji,” kisahnya.

Ia mengaku tak memiliki cara khusus untuk meraih impiannya itu. Namun saat masih kecil, ia ingat akan sebuah hadis yang diajarkan 'ngaji' di pesantren di Madura.

“Yang artinya Rukun iman ada enam. Nomor satu, percaya kepada Allah. Saya percaya jika Allah mengehendaki, semua pasti akan terjadi. Jadi saya ikhtiar, menabung dan berdoa,” tutur pria yang mengayuh becak sejak tahun 1996 tersebut.

Setiap hari ia mengaku selalu berdoa kepada Tuhan untuk mendapat rejeki yang halal.

Saat mendengar jika dirinya bisa naik haji tahun ini, ia semakin bersyukur dan semangat bekerja.

Petugas kebersihan Masjid naik haji

Seperti halnya Maksum, Mulyono (75) asal Tulungagung juga menampakkan wajah sumringah saat ditemui oleh wartawan Surya.

Kemudian matanya berkaca-kaca saat ditanya mengenai persiapannya untuk pergi ke tanah suci. “Saya tidak menyangka bisa berangkat (haji),” ucapnya dengan suara bergetar, karena rasa haru.

Baca: Prabowo: Kita Tidak Mau ditertawakan Sejarah, Silakan Berkuasa Hingga 10 Tahun

Mulyono yang sehari-hari bekerja sebagai petugas kebersihan di Masjid Agung Al Munawwar Tulungagung hanya memiliki pendapatan Rp 350.000 ribu tiap bulannya.

Namun, kakek lima cucu ini tetap bersemangat untuk mencari rezeki setelah dirinya didaftarkan haji oleh sang anak pada 2011 silam.

Semenjak itu, ia harus mengangsur sebesar Rp 500.000 tiap bulannya. “Begitu saya niat berangkat haji, banyak jamaah yang memberi infaq kepada saya. Hasilnya dikumpulkan untuk angsuran. Kalau ada sisa dipakai untuk keperluan,” ujar Mulyono.

Mulyono mengaku berkeinginan untuk naik haji setelah beberapa kali hadir di acara pengajian orang yang baru pulang dari ibadah haji.

Semenjak saat itu tekadnya sudah bulat untuk menunaikan rukum Islam yang ke-5 itu. Alhasil, setelah enam tahun mengangsur, Mulyono kini dapat mewujudkan impiannya. (Fachri Sakti Nugroho/Tribun Wow)

Sumber: TribunWow.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved