Begini Keadaan Udara NKRI Sejak Ada 'Sang Helder' Sukhoi . . .
Ditambahkannya, untuk menutupi blank spot, saat ini pihaknya memiliki teknologi baru, yakni sistem Solusi Decision Technology TDAS.
Penulis: Muhammad Fachri Ramadhani |
Laporan Wartawan Tribunkaltim.co, Muhammad Fachri Ramadhani
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Kosekhanudnas II merupakan wilayah strategis perlintasan kapal maupun pesawat lantaran di dalamnya terdapat Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II dan ALKI III.
"Dimana pelayaran umum kapal, temasuk kapal induk juga pesawat asing acap melalui wilayah itu. Sehingga pelanggaran-pelanggaran yang terjadi frekuensinya tinggi," beber Panglima Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional II, Marsma TNI Tedi Rizalhadi, Rabu (30/8/2017).
Kendati demikian, Tedi menyebut beberapa tahun belakangan ini nyaris tak ditemukan lagi pelanggaran.
Baca juga:
Tak Ada Gunanya Lagi Beruding, AS Bahkan Diperas Bayar, Trump Mulai Frustasi Terhadap Kim Jong Un
Mengharukan, Bocah ini RelakanTabungannya Untuk Beli Drone Demi Beli Hewan Kurban
Setelah 44 Tahun, Indonesia Bakal Kuasai 51% Saham Freeport, Tapi Kenapa Operatornya Tetap AS?
Direktur Keuangan Rumah Sakit Kena OTT KPK di Balikpapan
Enam Negara Fokus Pencarian Yingluck
Sedang Berkendara, Atlet Sebugar Iron Man Bisa Terserang Jantung, Sebaiknya Anda pun Waspada
Pengadilan India Tetapkan Taj Mahal Sebuah Makam Muslim, Bukan Kuil Sebagaimana Klaim Umat Hindu
Hal itu disebabkan karena adanya Sukhoi yang nangkring di Sulawesi Selatan.
Ibarat rumah, Sukhoi merupakan helder yang setia menjaga, kemudian tak segan melakukan intersep terhadap gangguan dan acaman di luar rumah.
"Alhamdulillaah sejak adanya sukhoi di Makasaar, itu orang yang mau melanggar tak berani. Karena sekali dia melanggar, atau masuk tak sesuai dengan aturan di jalur ALKI. Kita turunkan sukhoi itu," katanya.
"Jadi ibarat rumah, kita punya penjaga sekarang. Ada helder yang sewaktu-waktu dapat mengintersep. Dua tahun belakangan tak ada pelanggaran," sambungnya.
Ditambahkannya, untuk menutupi blank spot, saat ini pihaknya memiliki teknologi baru, yakni sistem Solusi Decision Technology TDAS.
Baca juga:
Ternyata Ini Alasan PSSI Hapuskan Regulasi soal Pemain U-23 di Liga 1
Pesona Lionel Messi Berhasil Bujuk Angel di Maria ke Barcelona, namun Jalan Masih Berliku . . .
Dilirik Klub Malaysia, Jawaban Satria Tama Mengejutkan
Tersingkir dari Juventus, Begini Nasib Kiper Keturunan Indonesia ini Sekarang
Pemain Borneo FC Ini Tak Sabar Adu Cepat dengan Winger Semen Padang
Bertolak ke Padang, Sejumlah Pilar Pesut Etam Terpaksa Absen
Setelah Manchester United, Giliran Klub Ini Dukung LGBT
Yang berfungsi untuk menggabungkan infrastruktur sistem radar militer dan sipil yang tersebar di seluruh indonesia, serta menghasilkan menjadi tampilan wilayah udara Indonesia secara terintegrasi.
"Jadi radar sipil yang ada di bandara sipil, sekarang bisa diintegrasikan dengan radar militer. Sehingga blank area bisa ditutupi," katanya.
Sistem Aplikasi berbasis decision technology ini mampu memberikan situasi sebenarnya wilayah udara nasional Indonesia. Kemudian mendeteksi terjadinya penyusupan udara oleh pesawat-pesawat asing.
"Tapi memang idealnya harus radar militer. Karena radar militer berkemampuan GCI (Ground Control Interception), jadi bisa mengarahkan pesawat. Kalau radar sipil gak bisa, dia hanya bisa mengendalikan dari sisi keselamatan penerbangan," jelasnya. (*)