Teganya, Berdalih untuk Makan Tukang Ojek Ini Rampok Uang Pengemis, Jumlahnya Wow Bikin Ngiler

Saat Heri tak berdaya, Gimin langsung membawa lari tas milik pengemis itu, dan Gimin langsung melarikan diri dengan motornya.

Polisi menunjukkan tersangka Gimin serta barang bukti uang yang dirampoknya dari seorang pengemis di Malang. 

TRIBUNKALTIM.CO, MALANG - Gimin (56) menunduk dan terdiam ketika ditanya oleh petugas Polsek Klojen mengapa dirinya tega merampok Heri Priyo (54), seorang tuna wisma yang mengidap penyakit kaki gajah.

Warga Dusun Sumber Taman, Desa Brongkal, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang itu mengedipkan matanya yang berkaca-kaca lebih cepat dari sebelumnya.

“Mengapa melakukan ini?” petugas menanyakan lagi.

Gimin masih terdiam oleh pertanyaan itu. Kain masker yang menutup bibirnya terlihat bergetar.

Ia tetap menunduk seolah takut untuk menjawab yang sebenarnya. Namun tak lama kemudian ia menjawab pertanyaan petugas.

“Untuk makan,” jawabnya singkat, seperti dilansir TribunMalang, Kamis (14/9/2017)

Gimin yang setiap hari bekerja sebagai tukang ojek itu merampok Heri Priyo di Musala Al Muqaromah Kasin, Jalan Arif Margono, Gang 6.

Heri Priyo adalah tunawisma alias gelandangan pengemis yang setiap harinya meminta uang dari belas kasihan orang.

Kanit Reskrim Polsek Klojen AKP Irwan Tjatur, mengatakan bahwa saat beraksi, Gimin awalnya berlagak sok kenal dengan Heri. Ia juga melakukan komunikasi dengan Heri, Kamis (7/9/2017) sekitar pukul 20.00 wib.

Tak lama kemudian, Gimin beraksi dengan cara mencekik dan menyodok perut Heri dengan lutut. Saat Heri tak berdaya, Gimin langsung membawa lari tas milik Heri. Ia langsung melarikan diri dengan motornya.

Heri yang tak berdaya berteriak minta tolong. Warga yang mendengar pertolongan itu berupaya menghentikan Gimin. Di saat bersamaan, ada petugas Satlantas Polres Malang Kota yang melintas.

Gimin hanya mampu lari sekitar 10 meter saja sebelum akhirnya tertangkap. Ia terjatuh dari sepeda motornya. Beruntung, petugas berhasil melindungi Gimin dari amukan masa.

Gimin lantas diamankan di Polsek Klojen beserta barang bukti sebuah tas. 

Saat diperiksa, di dalam tas itu ternyata tersimpan uang dengan jumlah cukup besar. Secara keseluruhan, jumlahnya mencapai Rp 28.821.000.

Uang sebanyak itu terdiri dari pecahan Rp 100 ribu, Rp 50 ribu, Rp 20 ribu, Rp 10 ribu, Rp 5.000 dan Rp 2.000.

“Saya tidak tahu kalau uangnya sebanyak itu. Saya tahunya dari petugas,” aku Gimin.

Lelaki yang memiliki tiga cucu itu mengaku baru kali pertama melakukan pencurian dengan kekerasan ini. Wakapolsek AKP Adenan menyebut kalau Heri juga pernah menjadi korban pencurian dengan kekerasan pada 2016 lalu.

“Betul, Heri ini tahun lalu juga jadi korban,” katanya.

Namun polisi belum bisa memastikan apakah kejadian tahun lalu itu juga dilakukan oleh orang yang sama atau bukan. Kepada petugas, Heri mengaku mengumpulkan uang sebanyak itu selama lima tahun. Uang itu rencananya digunakan untuk pengobatan kakinya.

Lima Pengemis Kaya 

Pengemis yang berpakaian compang-camping, ada yang berjalan terseok-seok karena cacat membuat orang merasa iba.

Namun sayangnya, rasa simpati itu disalahgunakan oleh orang yang sebenarnya sehat, tetapi tak mau bekerja keras sehingga lebih memilih menadahkan tangan di jalanan.

pengemis
Tiga dari limapengemis kaya itu

Pekan ini, Indonesia dihebohkan dengan terjaringnya pengemis berusia muda yang mengantongi uang mencapai Rp 300.000. Saat digeledah, ternyata ia memiliki rekening di sebuah koperasi dengan nilai saldo sekitar Rp 19 juta.

Selain pemuda tersebut, masih ada sederet pengemis lain yang ternyata jauh lebih kaya daripada buruh yang memiliki gaji sesuai UMK. Siapa saja mereka?

1. Cahyono, 26 tahun

Lelaki yang tergolong masih muda ini mengaku terpaksa mengemis untuk membantu ibunya. Ia mengaku memiliki cacat di tubuh sehingga sering kali ditolak saat melamar pekerjaan.

Warga Sumanding, Kota Banjar ini membuat Sat pol PP yang menjaringnya geleng-geleng kepala.

Bagaimana tidak, di kantong plastik kumalnya tersimpan uang sekitar Rp 300.000 dan memiliki tabungan mencapai Rp 19 juta di sebuah koperasi.

Ia mengaku bila uang tersebut merupakan hasil mengemis selama dua bulan. Terkadang, dalam sehari mampu memperoleh Rp 700.000.

2. Siswari di Semarang

Apa yang dibawa pengemis dan pengamen yang terjaring di Kota Semarang ini jauh lebih mencengangkan.

Siswari Sri Wahyuningsih (51) kedapatan memiliki uang deposito sebesar Rp 140 juta dan uang tabungan di bank senilai Rp 16 juta.

Saat dijaring, ia pun membawa uang tunai mencapai Rp 400.000, serta tiga surat BPKB kendaraan roda dua.

Bahkan, sertifikat tanah seluas 105 meter persegi pun turut dibawa. Ia memiliki tiga anak dan kesemuanya dapat mengenyam pendidikan di perguruan tinggi.

Menurut pengakuan Siswari, uang sebanyak itu berasal dari penjualan tanah.

3. Walang bin Kilon dan Sa'aran bin Satiman

Pemberitaan mengenai Walang dan Sa'aran sempat heboh beberapa tahun lalu.

Saat terjaring di perempatan Pancoran oleh petugas Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan, mereka kedapatan membawa uang Rp 25 juta.

Menurut Walang, uang itu merupakan hasilnya berjualan sapi, bukannya dari mengemis.

Walang mengatakan, dirinya berjualan sapi di kampung. Bila musim sedang bagus, ia juga menyewa tanah untuk menanam padi. Pengemis asal Subang, Jawa Barat itu membawa uangnya ke Jakarta karena takut dicuri anaknya.

Sedangkan uang hasil mengemis hanya sekitar Rp 100.000 sampai Rp 150.000 per hari.

4. Kakek badut Winnie the Pooh

Kakek Suaedi yang berusia 75 tahun mengenakan kostum badut Winnie the Pooh untuk menarik simpati orang-orang yang tak tahu identitas aslinya.

Ia juga mengaku hidup sebatang kara dan menderita stroke.

Dengan berpura-pura seperti itu, ia dapat meraup Rp 500.000 per hari.

Lelaki yang mengaku beristri tujuh ini menggunakan uang hasil meminta-minta untuk membeli rumah, membeli motor Yamaha Vixion dan motor matik.

Ia terjaring petugas saat beraksi di depan sebuah mall di daerah Sidoarjo pada Juni tahun 2015 lalu.

5. Gunakan emas hasil mengemis untuk mahar menikah

Petugas Sat Pol PP di Banda Aceh menemukan sesuatu yang unik milik pengemis yang mereka jaring. Mereka memiliki emas, paspor dan juga ringgit Malaysia.

Salah satu pengemis mengaku, emas yang ia dapat dari mengemis itu akan digunakan untuk mahar menikah.

Sedangkan yang memiliki uang ringgit mengaku akan pergi ke Malaysia, tetapi tak memiliki uang sehingga mengemis terlebih dahulu.

Tinggalkan Harta Miliaran Rupiah

 Siapa sangka Eisha, seorang perempuan yang sehari-hari dikenal warga distrik Al-Balad, Jeddah, Arab Saudi, sebagai pengemis, itu memiliki harta benda yang luar biasa. Tak pelak, Eisha dapat dikatakan sebagai salah satu contoh “pengemis kaya raya.”

Setelah lebih dari 50 tahun mengemis di jalanan kota Jeddah, Eisha akhirnya meninggal dunia dalam usia 100 tahun, di kamar mandi kediamannya. Para tetangganya mengaku sedih saat melihat ambulans datang ke kediaman Eisha dan mengangkut jasad perempuan tua itu.

Namun, para tetangga Eisha kehabisan kata-kata ketika mereka mengetahui Eisha meninggalkan warisan sebesar 3 juta riyal atau Rp9 miliar, empat buah bangunan di distrik yang sama, dan perhiasan bernilai Rp3 miliar.

Ahmad al-Saedi, yang tumbuh bersama Eisha di distrik yang sama dan menghabiskan banyak waktunya merawat perempuan itu, mengatakan, Eisha tidak memiliki keluarga selain ibu dan saudarinya, yang juga berprofesi sebagai pengemis.

"Mereka dulu menarik simpati para dermawan, terutama pada saat Idul Fitri. Eisha terus mengemis setelah ibu dan saudarinya meninggal dunia. Dia hanya seorang perempuan tua, buta, dan tidak memiliki keluarga di dunia ini," kata Saedi yang memakamkan Eisha di pemakaman Ummana Hawwa, di kawasan Al-Ammariya.

Saedi adalah satu dari sedikit orang yang mengetahui kekayaan yang dikumpulkan Eisha. Dia mengatakan berulang kali meminta Eisha untuk berhenti mengemis.

"Saya katakan dia sudah memiliki cukup banyak harta, maka berhentilah mengemis. Namun, dia menolak dan mengatakan dia harus bersiap pada masa susah," ujar Saedi.

Sebelum meninggal, pengemis kaya raya tersebut memberikan semua perhiasannya kepada Saedi dan mengatakan agar tetap menyimpan perhiasan itu hingga waktu yang tepat untuk menjualnya.

Pesan itu disampaikan Eisha 15 tahun lalu saat koin emas berharga sekitar Rp750.000 per buah. Namun, kini harga sebuah koin emas mencapai Rp3 juta.

Merasa bertanggung jawab, Saedi melaporkan hal ini ke polisi dan pengadilan setempat. Pengadilan menyatakan masalah ini akan diselesaikan sesuai dengan hukum yang berlaku.

Saedi mengatakan, sejumlah keluarga tinggal di empat bangunan milik pengemis kaya raya tersebut. Perempuan itu membiarkan mereka tinggal di gedung miliknya itu. Namun, setelah Eisha meninggal, sejumlah keluarga itu diminta pindah agar bangunan-bangunan itu bisa diserahkan kepada pemerintah.

Namun, para penghuni bangunan mengatakan, tak ada yang bisa memaksa mereka pindah karena mereka tak pernah membayar sewa kepada Eisha. Mereka mengatakan, Eisha memang meminta mereka tinggal di sana dan tak pernah meminta uang sewa. (kompas.com)/tribunnews/tribunmalang.com)

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved