Bubur Suro Makanan Khas Peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharram yang Penuh Makna
Tanggal 1 Suro (1 Muharram dalam tarikh Islam atau 1 Asyura) diperingati oleh masyarakat Jawa dengan cara khas dan dilaksanakan secara turun-temurun
Campuran itu menjadikan bubur suro sangat bergizi.
Sebagai uba rampe, bubur suro tidak hadir sendiri.
Ada lagi uba rampe lain berbentuk sirih lengkap, kembar mayang, dan sekeranjang buah-buahan.
Hadirnya sirih lengkap melambangkan asal-usul dan penghormatan atau pengenangan kita kepada orang tua dan para leluhur – khususnya yang telah mendahului kita.
Sirih lengkap – biasanya diletakkan dalam bokor kuningan atau tembaga – selalu hadir sebagai kelengkapan dalam ritual pelintasan Jawa dengan makna yang sama.
Di Tanah Melayu, kita juga melihat tradisi sekapur sirih ini untuk menyambut tamu yang datang berkunjung.
Kembar mayang yang hadir pada peringatan 1 Suro berbeda dengan kembar mayang yang kita lihat pada upacara pernikahan masyarakat Jawa.
Disebut kembar mayang karena memang terdiri atas dua vas bunga.
Masing-masing vas berisi tujuh kuntum mawar merah, tujuh kuntum mawar putih, tujuh ronce (rangkaian) melati, dan tujuh lembar daun pandan.
Kenapa harus serba tujuh?
Tujuh melambangkan jumlah hari dalam seminggu.
Maknanya, dalam hidup setiap hari, kita harus selalu punya tekad dan keberanian untuk bertindak (dilambangkan dengan mawar merah).
Tetapi, semua tindakan itu harus dilandasi dengan niat yang bersih dan benar, seperti dilambangkan oleh mawar putih.
Akhirnya, semua tindakan itu harus mampu mengharumkan dunia umat manusia, seperti dilambangkan dengan rangkaian bunga melati dan daun pandan.
Sekeranjang buah-buahan juga diisi dengan tujuh jenis buah, dan masing-masing terdiri atas tujuh butir, misalnya: tujuh jeruk, tujuh salak, tujuh rambutan, dan lain-lain.