Tahun Baru Islam
Dari Grebeg Tumpeng hingga Berbagi Jenang, Inilah Perayaan 1 Suro di Banyuwangi
Setelah didoakan, gunungan tumpeng tersebut diperebutkan oleh warga untuk 'ngalap berkah'.
TRIBUNKALTIM.CO, BANYUWANGI - Masyarakat Banyuwangi, Jawa Timur memiliki banyak cara untuk merayakan Tahun Baru Hijriah 1 Muharam yang bertepatan dengan 1 Suro dalam kalender Jawa.
Mereka menggelar tradisi yang kental dengan kearifan lokal dan sarap pesan moral di wilayahnya masing-masing. Berikut berbagai perayaan kegiatan masyarakat Banyuwangi saat merayakan 1 Suro.
1. Grebek Tumpeng Suro di Dusun Pekulo Desa Kepundungan
Walaupun dirayakan oleh warga sedusun, Grebek Suro di Dusun Pekulo, Desa Kepundungan, Kecamatan Srono berlangsung meriah Rabu (20/9/2017). Ada 20 gunungan tumpeng yang terbuat dari berbagai macam palawija dan hasil bumi yang diarak mengeliling dusun sejauh 1 kilometer.
Setelah didoakan, gunungan tumpeng tersebut diperebutkan oleh warga untuk 'ngalap berkah'.
Sedangkan nasi dan lauk pauk yang diletakkan di ancak, wadah dari pelepah dan daun pisang langsung disantap bersama-sama oleh warga dan pengunjung di pinggir jalan desa.
Selain di Dusun Pekulo, Grebek Tumpeng Suro juga dilakukan di beberapa tempat lainnya seperti di Dusun Kedawung, Desa Sraten, Kecamatan Cluring yang merayakannya dengan arak-arakan seribu tumpeng dan takir serta digelar juga di Desa Tamansari, Kecamatan Tegalsari.
2. Tradisi Sapi-sapian di Desa Kenjo Banyuwangi
Tradisi ini muncul sejak tahun 1700-an, ketika tiga orang asal Bugis membuka lahan untuk pemukiman dan pertanian.
Saat akan membajak tanah, mereka tidak memiliki alat untuk menarik bajak sehingga mereka memutuskan menggunakan tenaga mereka sendiri.
Baca: Untuk Wartawan yang Dinamis, Cocok Nih Punya Furnitur Kerja Kayak Gini
Baca: Sulit Hamil Padahal Semuanya Oke? Jangan Lakukan yang Nomor 8 Ya. . .
Baca: Rencana Makan di Luar? Berikut Daftar Restoran, Bar, dan Kafe Terbaik di Jakarta

Tradisi Sapi-sapian di Desa Kenjo Banyuwangi.
Satu orang memegang kendali bajak dan dua orang menjadi sapi untuk menarik sapi. Karena kelelahan, mereka lalu mencari binatang untuk membantu membajak sawah dan menemukan sapi liar yang kemudian membantu ketiga orang tersebut untuk mengolah lahan pertanian.
Baca: Untuk Wartawan yang Dinamis, Cocok Nih Punya Furnitur Kerja Kayak Gini
Untuk menghargai leluhur yang mereka sebut Mbah Daeng, masyarakat menggelar tradisi Sapi-sapian setiap 1 Suro selain itu juga sebagai kegiatan bersih desa.
Nama Kenjo diambil dari nama Kunjo yang dalam bahasa Using berarti tempat air.
Saat ini hampir sebagian besar masyarakat Desa Kenjo berprofesi sebagai petani.
Tradisi Sapi-sapian sendiri pada tahun 2017 diselenggarakan pada Kamis (2/9/2017).
3. Jamasan Pusaka di Dinas Pariwisata Banyuwangi