Viral di Medsos
Foto Wisudawati di Makam Orangtuanya Ini Memang Terlihat Biasa, tapi Kisah Dibaliknya Bikin Haru
EL mengungkapkan bagaimana ia yang dahulu sempat dianggap gila, namun kini mampu menjalani kehidupannya meski tanpa kedua orangtuanya.
Saat itu pamannya berjanji akan membawanya keluar ketika EL berusia 12 tahum
"Aku terus menunggu, tahun pertama hingga tahun kedua, dan paman tak kunjung membawaku ke luar dari panti asuhan," kicau @shewasokay.
Hingga akhirnya EL sudah terbiasa untuk tidak pulang ke kampung halamannya.
Padahal jarak antara rumah dan panti asuhannya itu terbilang dekat.
Meski melihat kawan-kawan sepantinya pada berlibur pulang ke rumah mereka, namun EL berusaha ikhlas menerima kondisinya dan bersyukur atas karunia Allah.
"Pemilik panti asuhan di sana kami memanggil mereka dengan sebutan Mama dan Ayah. Awalnya saya tidak biasa memanggil sebutan itu, karena saya merasa sakit dan depresi rindu akan kedua orangtua ku," ungkapnya.
Ia benar-benar hidup sebatang kara di Seremban. Keluarga ayah tirinya jarang mengunjunginya.
Mereka baru akan datang ketika EL menelpon, dan membawanya jalan-jalan.
EL menghabiskan masa ciliknya penuh dengan perjuangan keras. Ia menjadi korban bullying oleh kawan-kawan separantarannya.
"Saya punya bekas luka. Saat saya duduk di bangku SD, teman-teman selalu mengejekku. Mereka bilang aku miskin, bau dan tidak punya ayah pula," sebutnya.
Baca: Mengharukan, Kisah Ibu Dwi Hartanto yang Jual Aset Demi Biayai Kuliah Anaknya
Bahkan EL dulu sempat disebut gila usai kepergian sang ayah.
"Seminggu setelah kepergian Ayah, saya masih lupa kalau ayah sudah meninggal. Saya menunggu Ayah menjemputku setelah pulang sekolah," tulis EL.
Karena tak lagi memiliki orangtua, EL pun harus memminjamkan sepedanya pada anak-anak kampung yang nakal, lantaran tak ada sosok ayah yang akan melindunginya.
Puncaknya ia dipanggil gila ketika EL menerima hasil Ujian Akhir Sekolah Dasar.