Pilpres 2019
VIDEO - Survei SMRC Tempatkan Jokowi di Posisi Teratas Calon Presiden, Bagaimana Prabowo?
Secara kasat mata atau di atas kertas, Jokowi unggulan, sulit mencari lawan tandingnya tapi bukan berarti tidak bisa dikalahkan
TRIBUNKALTIM.CO - Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menempatkan Joko Widodo di posisi teratas.
Begitu juga Prabowo Subianto sebagai calon kuat presiden.
SMRC melakukan survei di pertengahan desember lalu.
Responden ditanya soal presiden yang akan dipilih jika pemilu diadakan saat itu.
Muncul lebih dari 20 nama yang menjadi pilihan responden.
Untuk lebih lengkap soal survei ini, tonton video berikut:
Hanya Kalah Bila Melawan Kotak Kosong
Sebelumnya, hasil survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI) juga menempatkan Jokowi teratas dan mampu dua periode.
Menurut hasil survei KedaiKOPI yang bisa dilihat di www.kedaikopi.co, Jokowi hanya kalah bila melawan kotak kosong atau pilihan jawaban selain Jokowi.
"Tapi ya itu tadi, dalam pilihan Selain Jokowi tidak hanya berisi nama tunggal melainkan banyak nama," ujar Pengamat Komunikasi Universitas Paramadina Hendri Satrio kepada Tribunnews.com.
Baca: 10 Potret Kegagalan Para Pendaki Gunung Everest yang Terpaksa Harus Meregang Nyawa
Menurut Hendri Satrio, sebelum bicara penantang mestinya kita bicara peluang dan pintu masuk calon penantang ini. Kriteria sebelum nama.
Secara teori menurut Jack Snyder, sebuah negara akan mulus melaksanakan demokrasi bila terpenuhi 3 hal utama, yaitu negara tersebut memiliki ekonomi merata, memiliki kedewasan politik dan pelaksanaan hukum yang adil.
Nah, menurut hasil survei, tiga hal ini Jokowi masih lemah.
Tahun 2016 lalu, pekerjaan rumah terbesar Jokowi masih dari sisi ekonomi.
Tapi 2017 ini pekerjaan rumahnya bertambah tentang toleransi, ini poin kedua dari teori tersebut.
Baca: Ngeri! Detik-detik Jembatan Gantung Roboh, Puluhan Orang Termasuk Bayi Jatuh ke Sungai
Untuk persoalan hukum, terus membayangi nilai Jokowi di mata pemilik suara.
Secara kasat mata atau di atas kertas, Jokowi unggulan, sulit mencari lawan tandingnya tapi bukan berarti tidak bisa dikalahkan.
Pilkada Jakarta adalah contoh konkritnya.
Lantas siapa mampu mengalahkan Jokowi?
Jangankan bicara siapa yang mampu mengalahkan Jokowi, mencari siapa yang mampu mengimbangi Jokowi saat ini saja sulit.
Nama-nama yang beredar saat ini belum cukup mampu menandingi Jokowi bila pemilihan Presiden dilakukan saat tulisan ini dibuat.
Baca: Netizen Heboh Lihat Transformasi Tubuh Wanita Ini, Dulu Kurus, Sekarang HOT Abis!
Nama Prabowo memang mentereng teratas sebagai penantang Jokowi.
Tapi bila Prabowo memaksakan diri untuk maju ke kancah Pilpres 2019, ini sama saja dengan mengizinkan Jokowi langsung lanjut dua periode.
Bila berkaca dari hasil survei kriteria capres yang mampu menandingi Jokowi harus memiliki program ekonomi yang mampu mengangkat daya beli masyarakat, mampu mengangkat nilai toleransi masyarakat dan mampu membuat semua warga negara sama posisi di mata hukum.
Nah, apakah ada tokoh yang diunggulkan maju menghadapi Jokowi memiliki kriteria tersebut? Jawabannya belum diketahui.
Bagaimana bila tidak ada yang memiliki kriteria tersebut?
Artinya kelompok lawan politik Jokowi harus menemukan sosok baru untuk didorong ke panggung politik.
Pengaruh Pilkada 2018
Pilkada 2018 menjadi sangat menarik karena akan diikuti oleh banyak provinsi yang memiliki suara besar untuk pilpres 2019.
Pilkada 2018 memang akan membuat konstelasi politik berubah tapi saya yakin tidak cukup kuat untuk menggoyang Jokowi.
Ada dua alasannya, pertama hingga saat ini Jokowi masih mendapatkan dukungan dari parpol besar sekelas PDIP, Golkar dan Demokrat.
Alasan kedua, tokoh yang tampil pada pilkada 2018 belum ada yang setenar Gubernur Jakarta, Anies Baswedan, padahal elektabilitas Anies masih berada di bawah Jokowi.
Baca: 25 Tahun Keluarga Ini Tinggal di Lemari tanpa Cahaya, tapi Jangan Kaget Lihat Isi Dalamnya
Lantas apakah Jokowi sudah pasti akan mampu dua periode? Hampir pasti iya.
Tapi Jokowi dan pendukungnya tidak boleh lengah.
Bila tiga hal tadi tidak segera dibenahi pasti rakyat, sang pemilik suara akan mencari alternatif.
Dalam sepakbola lengah saat injury time bisa menyakitkan hasilnya. (*)