Via 'Tol Udara', 800 Kg Barang per Pekan Akan Diangkut ke Long Bawan dan Long Ampung
Melihat eksisting bandara Long Bawan dan Long Ampung, sebetulnya bisa didarati pesawat berbadan besar minimal ATR-42 atau pun ATR 72.
Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Muhammad Arfan
TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG SELOR - Kalimantan Utara memastikan daerahnya dijangkau program 'Tol Udara' tahun ini.
Program yang diinisiasi Kementerian Perhubungan mengalokasikan dua rute 'tol'.
Rute tol udara tersebut ialah Tarakan-Long Bawan (Krayan, Nunukan) dan Long Ampung (Kecamatan Kayan Selatan).
Kepala Dinas Perhubungan Kalimantan Utara Taupan Majid melalui Kepala Bidang Perhubungan Udara Andi Nasuha menjelaskaskan, dua rute dicanangkan untuk diterbangi dalam waktu dekat. Saat ini sedang dalam tahap administrasi.
"Jenis pesawatnya pun belum diketahui, belum ditentukan. Karena kontraknya masih berproses di pusat," kata Andi Nasuha dikonfirmasi Tribun, Minggu (4/2/2018).
Melihat eksisting bandara Long Bawan dan Long Ampung kata Andi sebetulnya bisa didarati pesawat berbadan besar minimal ATR-42 atau pun ATR 72.
Namun kekerasan landasan pacunya yang belum belum mumpuni, kedua bandara kemungkinan besarnya hanya akan dijangkau tol udara dengan pesawat jenis Caravan.
Baca juga:
Tak Jujur pada Istri soal Harga Barang yang Dibeli, Imbas yang Diterima 2 Pria Ini Tak Terduga
Lihat Wanita Jongkok di Tepi Jalan, Bu Dokter Kaget Saat Temukan Sosok ‘Ungu’ Ini di Tempat Sampah
Muak Merawat Sang Ayah yang Sakit-sakitan, Seorang Anak Terekam Lakukan Hal Tercela Ini di RS
"Tetapi itu baru asumsi kita. Karena kalau melihat aturan tol udara, kapasitas barang yang diangkut itu maksimal 800 kilogram. Kalau Caravan maksimumnya 1,3 ton atau 1.300 kilogram," katanya.
Dipastikan barang akan masuk ke dua bandara itu setiap pekan. Artinya ada empat kali pengiriman dalam sebulan.
Namun sejauh ini belum diketahui pasti jenis barang yang akan disuplai ke dua daerah perbatasan itu.
"Soal itu juga urusan pusat dengan kabupaten/kota bersangkutan. Tentu kalau kita melihat kebutuhan masyarakat yang utama ialah pemenuhan sembako yang mudah dan murah," katanya.
Andi memperkirakan, bakal ada koordinasi antara Kementerian Perhubungan dengan aparatur desa yang diwakili oleh pemerintah kabupaten terkait barang apa yang dibutuhkan.
"Barang apa saja, dan bagaimana pengelolaannya. Apakah BUMDes yang memesan paket kebutuhan di Tarakan, lalu diangkut pakai pesawat udara. Atau kah pemerintah pusat semua yang menanggung. Itu yang belum bisa kami pastikan," katanya.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dilansir dari laman resmi Kementerian Perhubungan menjelaskan keberadaan jembatan udara (tol udara) diharapkan dapat menggerakkan ekonomi di daerah.
Sebab tidak hanya membawa barang menuju daerah yang jauh tetapi juga mengangkut kembali barang yang dihasilkan daerah tersebut ke daerah lain di pelosok Indonesia.
Jembatan udara akan terintegrasi dengan beberapa lokasi pelabuhan yang akan terkoneksi dengan program tol laut yang juga sedang dijalankan pemerintah.
“Bahwa selain Jembatan Udara tadi berkaitan dengan Tol Laut kita ingin sekali produktifitas angkutan balik dari Indonesia bagian timur ke Indonesia bagian Barat menjadi lebih baik. Adanya jembatan udara dari Kementerian Perhubungan agar bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membawa barang dari Indonesia bagian Timur ke arah Indonesia bagian Barat," kata Menteri Perhubungan. (*)