Ekspedisi Raja Ampat

Dulu Hanya Andalkan Hasil Laut, Kini Warga Raja Ampat Bisa Dapat Duit dari Hasil Ini

Meski hamil besar, Ana tetap bersemangat mencari duit halal untuk membantu kehidupan rumah tangganya.

Penulis: Syaiful Syafar | Editor: Syaiful Syafar
TRIBUNKALTIM.CO/SYAIFUL SYAFAR
Keindahan panorama alam dipotret dari puncak Pianemo, Raja Ampat, Papua Barat, Selasa (13/2/2018). 

Laporan wartawan TribunKaltim.co, Syaiful Syafar

TRIBUNKALTIM.CO, RAJA AMPAT - Ana Waine (26) tak banyak bergerak saat dijumpai di dermaga Pulau Pianemo, Raja Ampat, Papua Barat, Selasa (13/2/2018) siang.

Ia hanya duduk di bangku kayu sembari mengusap-usap perutnya yang membesar.

Wanita kelahiran Pulau Gag ini sedang mengandung anak keduanya yang berusia tujuh bulan.

Tatapannya sesekali fokus ke arah meja di depannya.

Botol-botol plastik berisi cairan bening tersusun rapi di atas meja tersebut.

Usut punya usut, cairan itu ternyata minyak kelapa yang sengaja dijual ke para turis yang berkunjung ke Pianemo.

Satu botol minyak kelapa berkapasitas 600 ml dijual seharga Rp 100.000.

Aktivitas jual beli di dermaga Pianemo, Raja Ampat, Papua Barat, Selasa (12/2/2018).
Aktivitas jual beli di dermaga Pianemo, Raja Ampat, Papua Barat, Selasa (13/2/2018). (TRIBUNKALTIM.CO/SYAIFUL SYAFAR)

Menurut Ana, minyak kelapa tersebut berkhasiat untuk mengobati berbagai penyakit.

"Ini bisa diminum langsung, bisa juga dioles," katanya.

Baca: Ekspedisi Raja Ampat - Insiden Lepas Jangkar di Tengah Laut Diganjar ‘Surga’ Alam

Baca: Ekspedisi Raja Ampat - Wow! Ada Pensil Raksasa Menjulang di Laut

Baca: Ekspedisi Raja Ampat - Berburu Sunrise Jokowi, Malah Ini yang Didapat

Baca: Ekspedisi Raja Ampat - 320 Anak Tangga Pianemo yang Bikin Lutut Lemas, Ini Eksotisme di Baliknya

Meski hamil besar, Ana tetap bersemangat mencari duit halal untuk membantu kehidupan rumah tangganya.

Minyak kelapa tersebut, kata dia, diambil langsung dari kampung-kampung terdekat, lalu diolah sendiri hingga dikemas ke dalam botol.

Adapun botol-botol kemasannya merupakan bantuan dari pemerintah.

Ana mengaku setiap hari dagangannya ada saja yang terjual. Bahkan turis-turis mancanegara biasa memborong sampai 10 botol.

"Orang bule biasa langsung minum. Kalau beli langsung rame-rame," tuturnya.

Turis asing menikmati keindahan alam di puncak Pianemo, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, Kamis (5/5/2016). Untuk melihat panorama bahari ini, wisatawan harus menaiki 320 anak tangga, sebelum akhirnya rasa capek terbayar begitu melihat keindahan Pianemo dari atas bukit.
Turis asing menikmati keindahan alam di puncak Pianemo, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, Kamis (5/5/2016). Untuk melihat panorama bahari ini, wisatawan harus menaiki 320 anak tangga, sebelum akhirnya rasa capek terbayar begitu melihat keindahan Pianemo dari atas bukit. (KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA)

Baru dua tahun terakhir Ana dan keluarganya berdagang minyak kelapa.

Ia bersyukur lantaran usaha tersebut cukup membantu ekonomi keluarga.

Kehidupan warga Raja Ampat memang banyak berubah seiring meningkatnya kunjungan wisatawan di daerah itu.

Jika dulu mereka hanya mengandalkan hasil laut sebagai mata pencaharian, kini banyak yang beralih profesi jadi pedagang.

Prospeknya pun cukup menjanjikan.

Hasil usaha tersebut kini bisa membantu biaya pendidikan anak-anak di Raja Ampat, selain juga dana bagi hasil sektor pariwisata yang diberikan pemerintah.

Tak bisa dipungkiri, geliat wisata di Raja Ampat juga berkat lancarnya telekomunikasi sejak dua tahun terakhir.

Banyak turis yang berdatangan setelah mengetahui Raja Ampat dari internet.

"Hampir setiap hari selalu ada tamu yang datang ke sini (Pianemo). Mereka masuk bayar PIN (retribusi), uangnya lalu dinikmati masyarakat sekitar sini," kata Mato, salah seorang pemandu wisata yang mendampingi rombongan media gathering Telkomsel Area Pamasuka.

Di dermaga Pianemo, selain minyak kelapa juga dijual kelapa muda, buah-buahan lain seperti mangga, pisang, kue-kue tradisional, kopi, teh, kerajinan tangan, hingga kepiting kenari.

Kepiting Kenari yang dijual di dermaga Pianemo, Raja Ampat, Papua Barat, Selasa (12/2/2018).
Kepiting Kenari yang dijual di dermaga Pianemo, Raja Ampat, Papua Barat, Selasa (13/2/2018). (TRIBUNKALTIM.CO/SYAIFUL SYAFAR)

Untuk kepiting kenari dijual Rp 100.000 sampai Rp 150.000, tergantung ukurannya.

Pengunjung bisa menjumpainya di sisi kiri tangga yang menjulang menuju puncak Painemo. 

Rp 10 Miliar Bangun Home Stay

Usaha kreatif skala rumahan kian berkembang setelah Pemerintah Kabupaten Raja Ampat menjadikan pariwisata sebagai tulang punggung perekonomian daerah.

Wakil Bupati Raja Ampat, Manuel Piter Urbinas mengatakan, di tahun ini pihaknya sudah menyiapkan beberapa program untuk mengantisipasi pelayanan akomodasi terhadap wisatawan.

Pelayanan tersebut berupa sarana transportasi, fasilitas home stay, hingga jasa pemandu wisata.

"Tahun ini kami anggarkan Rp 10 miliar untuk pembangunan home stay yang tersebar di tiap-tiap pulau. Pelan-pelan kita akan terus tingkatkan pelayanan demi kepuasan wisatawan," kata Manuel kepada TribunKaltim.co saat ditemui di dermaga kota Sorong, Rabu (14/2/2018).

Wakil Bupati Raja Ampat, Manuel Piter Urbinas
Wakil Bupati Raja Ampat, Manuel Piter Urbinas (TRIBUNKALTIM.CO/SYAIFUL SYAFAR)

Diakui Manuel, selama ini pengembangan industri pariwisata memang hanya dilakukan di empat pulau besar, yakni Pulau Waigeo, Misool, Batanta, dan Salawati. Padahal eksotisme alam laut banyak pula ditemukan di pulau-pulau kecil di sekitar Raja Ampat.

Karena itu, ke depan Pemkab Raja Ampat juga akan menggenjot pembangunan di pulau-pulau kecil yang berpenghuni.

"Bertahap kita coba bangun jalan, penyediaan listrik, dan kampung-kampung wisata," pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved