Uang Perpisahan Siswa SMPN 5 Pasir Belengkong Tercecer, Niat Baik Nur Aliya Sempat Dicurigai
Dan bukan kendaraan lain juga banyak yang lewat, tapi kenapa yang melihat hanya orangtua dan suaminya saja.
Nur Aliya juga mengontak seorang guru yang dikenalnya di Desa Pepara.
Dari guru tersebut, Nur Aliya mendapat no hp H Bakri, seorang Kepala SMP Negeri di Kecamatan Pasir Belengkong.
"Beliau (H Bakri) yang menelpon Pak Yusransyah, Kepala SMPN 5 Pasir Belengkong. Tapi Pak Yusransyah saat itu belum mengerti, coba sudah ngerti, selesai hari itu juga," kenangnya.
Pencarian di sosmed dilanjutkan suaminya, pagi hari ada yang mengaku mengenal beberapa siswa itu bersekolah di SMPN 5 Pasir Belengkong.
Dengan modal info yang minim itu, Nur Aliya dan Malihah Azizah (2), diantar Mirwan menuju SMPN 5 Pasir Belengkong yang berlokasi di Desa Laburan.
"Sekolah itu hampir setiap minggu dilewati bapak dan suami saya. Namanya mereka tahunya jualan di pasar, jadi kami sempat mutar-mutar mencari SMPN 5, nyaris kami nyasar mencarinya ke Petangis," ucapnya.
Singkat cerita, Nur Aliyah sampai ke SMPN 5 Pasir Belengkong.
Dengan didampingi suaminya, Nur Aliyah mendapat kepastian bahwa siswa yang ada dalam daftar memang bersekolah di SMPN 5 Pasir Belengkong, info berapa amplok yang tercecer dan nominalnya pun cocok dengan uang yang ditemukan orangtua dan suaminya.
Disaksikan Kepala SMPN 5 Pasir Belengkong Yusransyah, Selasa (10/4/2018l, Nur Aliyah menyerahkan uang sekitar Rp 14 juta kepada Arbainah, guru agama SMPN 5 Pasir Belengkong yang dipercaya memegang uang dana perpisahan siswa kelas 9 SMPN Pasir Belengkong.
"Kata Bu Arbainah, dia sengaja tidak ngelem amplop yang uangnya terhambur karena masih ada siswa yang belum menyetor. Pak Yusransyah sangat bersyukur, muka Bu Arbainah semula murung kembali ceria," ungkapnya.
Ditanya mengapa uang temuan tidak digunakan sendiri?
Nur Aliyah mengaku sebenarnya keluarganya perlu dana yang cukup besar untuk membayar tagihan yang menumpuk di bulan ini, tapi dengan memanfaatkan uang itu akan membuat usaha yang dijalani tidak berkah, dari pada usaha nantinya hancur lebih baik mengembalikan uang yang ditemukan.
"Setiap uang yang bukan hak kita, tidak berkah apabila digunakan. Meski suami saya hanya jualan roti, terkadang nyambi jadi buruh bangunan, saya juga jualan di pasar dan orangtua ngejar hari pasar, tapi kami tidak mau makan hak orang. Dengan berhasilnya mengembalikan uang itu, kami sudah senang," pungkasnya.
Untuk diketahui, tanggal 18 Oktober 2016 di lokasi berbeda dalam daerah yang sama, Finandar Astaman seorang PNS di lingkungan Pemkab Paser menemukan uang lembaran Rp 50.000 tercecer di jalan, setelah dihitung semua sekitar Rp 80 juta dan dikembalikan pada pemiliknya.(*)