Gempa Bumi

Gempa Lombok, Ada Perbedaan Data Jumlah Korban, Begini Penjelasan BNPB

Untuk data terkait jumlah korban ataupun kerusakan akibat gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), BNPB meminta masyarakat percaya data BNPB.

Editor: Amalia Husnul A
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Petugas gabungan melakukan evakuasi terhadap korban yang tertimbun runtuhan Masjid Jamiul Jamaah di Pemenang, Lombok Utara, NTB, Rabu (8/8/2018). Tim Sar Gabungan berhasil mengevakuasi seorang jenazah setelah dilakukan evakuasi selama hampir 24 jam. 

TRIBUNKALTIM.CO, JAKARTA - Untuk data terkait jumlah korban ataupun kerusakan akibat gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta masyarakat percaya pada data yang dirilis BNPB.

Data dampak bencana yang diakui oleh pemerintah bersumber dari BNPB dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), demikian disampaikan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho.

Oleh sebab itu, keabsahan data menjadi prioritas bagi BNPB.

Sebab, identitas yang valid dibutuhkan menyangkut santunan dukacita bagi ahli waris korban dari pemerintah.

Sutopo mengakui bahwa dampaknya terlihat pada proses penyampaian yang memang cenderung lamban.

Baca: Akhirnya, Nikita Mirzani Laporkan Dipo Latief, Ini Tuduhan dan Bukti yang Dimilikinya

Baca: Heboh Prabowo Disebut Jenderal Kardus karena Duit Sandiaga, Begini Tanggapan Gerindra

Baca: Hatta Rajasa dan Sejumlah Petinggi Demokrat Berkumpul di Kediaman SBY

"Penyampaian data korban bencana bukan soal cepat-cepatan tetapi adalah kehati-hatian untuk menjamin data tersebut benar," kata Sutopo dalam rilisnya, Rabu (8/8/2018).

"Seringkali data yang keluar dari BNPB dan BPBD lambat dibanding data lain, sebab perlu verifikasi agar valid," ujar dia.

Tanggapan Sutopo tersebut disampaikan terkait perbedaan data jumlah korban dari berbagai institusi terkait gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho saat memberikan keterangan pers terkait gempa bermagnitudo 7 Lombok. Konferensi pers digelar di kantor BNPB, Jakarta Timur, Senin (6/8/2018).
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho saat memberikan keterangan pers terkait gempa bermagnitudo 7 Lombok. Konferensi pers digelar di kantor BNPB, Jakarta Timur, Senin (6/8/2018). (KOMPAS.com/KRISTIAN ERDIANTO)

Sebelumnya, menurut Sutopo, ada informasi bahwa TNI merilis data korban meninggal dunia sebanyak 381 orang, per Rabu (8/8/2018) pukul 15.00 Wita.

Sementara itu, Gubernur Nusa Tenggara Barat TGB Muhammad Zainul Majdi dan Basarnas menyebutkan 226 orang yang meninggal dunia.

Padahal, data terakhir menurut BNPB per Rabu (8/8/2018) pukul 12.00 WIB, terdapat 131 korban meninggal dunia.

Perbedaan juga terlihat pada data jumlah korban yang mengalami luka berat. TNI menyebutkan 672 orang yang menderita luka berat.

Di sisi lain, BNPB mencatat sejumlah 1.477 yang mengalami luka berat. Terkait penderita luka ringan, TNI mendata sebanyak 361 orang.

Sementara, BNPB mengakui pihaknya belum memiliki data valid terkait kategori penderita ini karena jumlahnya yang sangat banyak.

Pengungsi yang terdata oleh TNI yaitu 270.168 orang. Lain halnya dengan BNPB yang mencatat terdapat 156.003 pengungsi.

Baca: Ketua Umum PBNU Bantah Ada Ancaman Jika Mahfud MD Terpilih sebagai Cawapres Jokowi

Baca: Zulkifli Hasan Akui Gagal Pertemukan Jokowi dan Amien Rais

Baca: VIDEO - Jokowi Ungkap Cawapresnya Berinisial M, Ketua PPP Bocorkan Kisi-kisi

Data lain yang berbeda adalah jumlah rumah yang rusak. TNI mendapati 22.721 unit yang mengalami kerusakan.

Tetapi, BNPB mencatat rumah yang rusak mencapai 42.239 unit. Sutopo menilai, perbedaan data sudah sering terjadi, apalagi saat masa tanggap darurat bencana.

Kebutuhan akan laporan penanganan yang cepat membuat setiap institusi menggunakan data yang dimiliki masing-masing.

Akibatnya, kemungkinan terjadi identitas yang dobel.

"Masing-masing lembaga diminta membawa data identitas korban meninggal dengan lebih detil, yaitu nama, usia, gender dan alamat. Data akan di-cross check satu sama lain," ucapnya.

"Seringkali satu korban tercatat lebih dari satu. Misal, instusi menyebutkan nama panggilan sehari-hari, nama lengkap, atau nama kecilnya sehingga data terhitung 3 orang," ucap Sutopo.

Solusinya, dibutuhkan koordinasi serta pertemuan untuk mencocokkan data antarinstitusi yang ikut dalam proses penanganan gempa Lombok ini.

Sampai saat ini, tim SAR gabungan masih melakukan proses evakuasi. Sutopo memprediksi jumlah korban akibat bencana tersebut masih akan bertambah. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ada Perbedaan soal Data Korban Gempa Lombok, BNPB Mengaku Hati-hati", https://nasional.kompas.com/read/2018/08/08/22360841/ada-perbedaan-soal-data-korban-gempa-lombok-bnpb-mengaku-hati-hati
Penulis : Devina Halim
Editor : Bayu Galih

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved