Gempa dan Tsunami di Sulteng

Melepas Trauma, Korban Gempa Menatap Masa Depan

Kini, para korban sedang berjuang melawan trauma dan bersiap menata kehidupan baru.

TRIBUN KALTIM / RAHMAD SUJONO
Pengungsi korban gempa disertai tsunami di Kota Palu mendiami asrama embarkasi haji, Balikpapan, Senin (8/10/2018). Sebagian masih trauma, sebagian lagi mulai bisa menerima keadaan dan mulai menatap masa depan. 

Tanpa Tujuh Pemain Andalan, Pelatih Kiper Persib Bandung: Kekuatan Kami adalah Kesatuan Tim

Curhat Alami Cedera Bahu, Nama Asli Deddy Corbuzier Justru Terungkap; Respon Netter?

Tiga Gol Tercipta di Babak Kedua, Borneo FC Perpanjang Tren Positif

Hanya bermodal pakaian di badan, bersama keluarga, mereka mantab ikut kapal pengungsian ke Balikpapan.

Harapannya sederhana, memulihkan trauma sambil memikirkan cara bertahan hidup ke depan. Urusan harta, ia sudah ikhlaskan, tak perlu lagi dipikirkan, terpenting keluarga selamat.

“Saya tawakkal saja, serahkan semua dengan yang di atas, saya sudah ikhlas,” katanya tersenyum kecil.

Sikap itu menjadi modal bagus melawan trauma. Selama di asrama haji Batakan, pikirannya lebih tenang, tak kepikiran saudara dan tetangga yang hilang dan menderita.

Banyak kesibukan ia lakukan, mulai dari mengobrol dengan banyak orang baru dan jalan-jalan di sekitar kompleks asrama. Itu, ia lakukan agar pikirannya tak kosong yang berpotensi mengulang memori tragis dalam hidupnya.

“Saya terhibur di sini, tiap pagi dibawakan nasi kuning warga dan bicara dengan banyak teman,” katanya.

Sama dengan kebanyakan pengungsi yang menghuni asrama haji Batakan Balikapapan, Usman sekeluarga bisa dikategorikan pengungsi yang belum memiliki kota tujuan lain setelah ini.

Harapannya tinggal bantuan dari sanak keluarga yang tinggal di Tenggarong, atau bantuan modal usaha, memulai kembali bisnis jual beli buah dan sayur antar pulau.

Serupa, John, warga Donggala yang kini tinggal di asrama Haji Batakan, Balikpapan, mengaku, tak ingin terlalu dalam hanyut dalam kesedihan.

Istrinya dinyatakan meninggal, sementara, anak perempuannya yang berusia dua tahun dinyatakan hilang.

Hidup sebatang kara, iapun setuju diajak mengungsi ke Balikpapan, harapanya satu, memulai hidup baru. Rencanya, sang kakak yang tinggal di Banjarmasin, bakal menjemputnya kerja bersama di perkebunan sawit di Kotabaru.

“Banyak jalan, intinya kalau soal harta dan masa lalu, jangan terlalu dipikir berat. Intinya fokus ke depan,” katanya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved