Melongok Masjid Darurat Bantuan Swiss untuk Korban Gempa di Loli Oge Donggala

Pemerintah Swiss memberikan bantuan berupa sarana masjid darurat yang bisa dimanfaatkan untuk warga Muslim bersembahyang.

instagram/ arifin muhammad hadi
Sarana ibadah bagi warga pengungsian di desa Loli Oge, Donggala, berupa sebuah tenda bantuan Pemerintah Swiss berupa masjid darurat. 

TRIBUNKALTIM.CO, PALU-- Bencana gempa Palu di Sulawesi Tengah yang terjadi pada Jumat (28/92018) menyisakan duka bagi para korban.

Tercatat ribuan rumah rusak serta ribuan nyawa melayang akibat bencana gempa Palu di Sulawesi Tengah tersebut.

Hampir satu bulan pasca terjadinya bencana gempa Palu, Sulawesi Tengah bantuan kepada para korban terus mengalir baik dari dalam maupun luar negeri.

Bantuan tersebut bermacam-macam, mulai bahan makanan, obat-obatan, pakaian, hingga bantuan yang berkaitan dengan kebutuhan rohaniah berupa masjid darurat.

Baru-baru ini, warga daerah Loli Oge, Donggala, Sulawesi Tengah mendapatkan bantuan sebuah masjid darurat.

Potret masjid darurat ini dibagikan oleh akun Instagram @soalpalu pada Rabu (17/10/2018) kemarin.

Masjid tersebut dibangun dari tenda berukuran besar berwarna putih.

masjid
Tenda putih ini diberi label sebagai Masjid Darurat, sebagai sarana ibada bagi umat Muslim korban gempa di Donggala, Sulteng.  (instagram/ arifin muhammad hadi)

Di dalamnya terhampar karpet berwarna hijau yang membuat orang-orang yang beribadah di dalamnya merasa nyaman.

Seperti masjid pada umumnya, masjid darurat ini juga dilengkapi dengan pengeras suara sederhana yang berfungsi untuk memperdengarkan suara azan.

Akun Instagram tersebut turut menggunggah foto lain yang menampakkan sejumlah orang yang sedang menjalankan ibadah solat di dalam tenda.

Dari caption yang ditulis admin akun Instagram @soalpalu, terungkap pihak di balik bantuan masjid darurat tersebut. Masjid darurat bagi korban gempa Palu tersebut ternyata berasal dari negara Swiss.

"Bantuan masjid darurat di daerah Loli Oge, tempat dibangunnya bantuan huntara (hunian sementara) dari Swiss. Lengkap dengan peralatan-peralatan. Alhamdulillah," tulis akun Instagram @soalpalu di kolom caption.

Dilansir Kompas.com, berdasarkan penuturan Kepala Divisi Penanggulangan Bencana Markas Pusat Palang Merah Indonesia (PMI), Arifin Muhammad Hadi, bantuan tersebut berasal dari Swiss Humananitarian Aid Unit.

Tak hanya memberikan bantuan berupa masjid darurat, Swiss Humananitarian Aid Unit juga memberikan bantuan berupa tenda hunian sementara, toilet darurat, dan alat pemurnian air.

masjid
Sarana ibadah berupa masjid darurat didirikan sebuah tenda bantuan pemerintah Swiss di desa Loli Oge, Donggala.  (instagram/ arifin muhammad hadi)

"PMI mendapatkan dukungan 300 tenda penampungan dari pemerintah Swiss (Unit Bantuan Kemanusiaan Swiss). Pemerintah Swiss juga mendukung emergency latrine (toilet darurat) dan water purification (alat pemurnian air)," ujar Arifin seperti dilansir Kompas.com.

Bantuan masjid darurat dari negara Swiss ini menjadi potret indahnya keberagaman yang dapat dicontoh oleh masyarakat Indonesia.

Swiss merupakan negara yang terletak di Benua Eropa bagian tengah. Sama seperti Indonesia, penduduk Swiss juga terdiri dari berbagai macam bangsa, di antaranya bangsa Portugis, Prancis, Italia, dan Jerman.

Agama yang dianut penduduknya pun beragam, meski mayoritas menganut Katolik Ortodok dan Protestan.

Bantuan masjid darurat yang diberikan negara Swiss kepada para korban gempa Palu membuktikan bahwa kemanusiaan merupakan hal yang tak memandang suku, agama, maupun ras.

Masjid darurat yang dibangun di tengah-tengah lokasi pemukiman sementara waga korban gempa Palu, dilengkapi dengan sarana pemurnian air.
Masjid darurat yang dibangun di tengah-tengah lokasi pemukiman sementara warga korban gempa d desa Loli Oge, Donggala, dilengkapi dengan sarana pemurnian air. (instagram/ arifin muhammad hadi)

Bantuan tenda dari negara Swiss untuk masjid darurat serta hunian sementara bagi para korban gempa Palu menjadi solusi bagi mereka yang saat ini telah kehilangan tempat tinggal.

Pada korban gempa Palu yang selamat masih waswas apabila harus tinggal di dalam gedung mengingat masih sering terjadinya gempa susulan.

Tak hanya itu, Indonesia saat ini juga menuju musim hujan sehingga para korban membutuhkan tempat berteduh yang nyaman.

Menurut Arifin, agar penggunaannya efisien, pembagian tenda diatur untuk satu kepala keluarga menempati satu tenda. Sementara, penggunaan tenda paling tidak digunakan selama enam bulan ke depan. (*)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved