Jalan - jalan ke Kampung Batu Majang Mahulu, Suara Air tak Pernah Berhenti Mengalir

Kampung Batu Majang, Kecamatan Long Bagun, Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu), Provinsi Kalimantan Timur memiliki potensi sumber mata air

Penulis: Budi Susilo | Editor: Januar Alamijaya
Tribun Kaltim/Budi Susilo
Suasana pemukiman penduduk di Kampung Batu Majang, Kecamatan Long Bagun Kabupaten Mahulu, Jumat (30/11/2018) pagi. 

Laporan Wartawan Tribunkaltim.co Budi Susilo

TRIBUNKALTIM.CO – Keberadaan Kampung Batu Majang, Kecamatan Long Bagun, Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu), Provinsi Kalimantan Timur memiliki potensi sumber mata air jernih yang bersumber dari perbukitan yang ada di perkampungan ini.

Saat itu pada Jumat (30/11/2018) pagi, Tribunkaltim.co berkesempatan menjajaki daratan Kampung Batu Majang. Berangkat dari Dermaga Kampung Ujoh Bilang, Kecamatan Long Bagun dengan kondisi cuaca yang cerah. 

Menuju ke lokasi Kampung Batu Majang mesti seberangi Sungai Mahakam, menggunakan perahu ketinting bermesin motor. Daya tempuh bisa sampai ke lokasi ini, paling cepat butuh waktu lima menit saja. 

Ongkos untuk seberangi ke lokasi ini dikenakan biaya Rp 50 ribu per orang, dengan syarat penumpang mesti penuh minimal tiga orang. Biaya pengeluaran uang Rp 50 ribu ini hanya untuk sekali berangkat saja. 

Baca: Batu Majang, Kampung Dekat Ibukota Mahulu Yang Belum Terjamah Internet

Setibanya di Kampung Batu Majang, disuguhkan hamparan rumput liar yang tumbuh di pinggiran Sungai Mahakam. Dermaga perkampungannya dibuat titian susur jalan yang terbuat dari kayu ulin sepanjang sembilan meter. Dermaga kampung ini diberi nama Lung Alan, Kampung Batu Majang.

Menyusuri jalan perkampungan ini sudah banyak bangunan rumah pemukiman penduduk, yang sebagian besar berbahan baku kayu. Jalan kampung sudah bagus, dilakukan semenisasi. Beberapa rumah warga Kampung Batu Majang pun memiliki taman-taman pekarangan yang tertata rapi. 

Tiada sengaja, berjalan sampai pojok kampung, di daerah RT VI, Tribunkaltim.co bertemu dengan warga setempat, Martin Ajang (29), dan menemukan lokasi bak penampungan air dari perbukitan Batu Majang. 

Kebetulan juga, tempat tinggal Ajang persis berdekatan dengan area bak penampungan air yang berbentuk kotak berukuran panjang 4 meter dan lebarnya 6 meter.  “Buat sumber air bersih warga disini,” ungkap Ajang. 

Metode pemenuhan air bersih di Kampung Batu Majang menggunakan sistem gravitasi, air yang sumbernya dari puncak bukit, dialirkan ke bawah menggunakan pipa besar yang terhubung tertampung di bak penampungan yang terbuat dari beton semen. 

“Musim kemarau tidak pernah kering. Airnya bagus. Jernih. Kami ambil langsung dari perbukitan. Disana ada semacam mata airnya. Kami tidak lagi pakai air dari Sungai Mahakam,” ungkapnya. 

Baca: Jembatan Gantung Tiong Ohang-Tiong Bu’u, Urat Nadi Kehidupan Antar Kampung di Mahulu

 Air tidak pernah habis terus mengalir. Bunyi gemericik air di kawasan bak penampungan selalu terdengar di telinga tiada henti-henti. 

Menurut Ajang, pengelolaan air bersih dari bukit ini tidak dikenakan biaya, sebab aliran air menggunakan sistem gravitasi tidak membutuhkan energi listrik untuk mendorong kebutuhan air ke rumah-rumah penduduk. 

“Buka keran dari rumah, air langsung mengalir. Tidak perlu lagi pakai mesin pompa bisa langsung mengalir,” ujar pria yang sehari-harinya sebagai petani ladang ini. 

Penggunaan sumber air bersih dari perbukitan Batu Majang sudah berlangsung puluhan tahun, sekitar tahun 2006, pemerintahan kampung membuat bak penampungan supaya bisa mudah dimanfaatkan warga Batu Majang. 

“Kami beruntung tinggal disini, dapat air langsung dari bukit. Airnya bagus. Warna airnya tidak pernah berubah, selalu jernih. Ada kemarau saja airnya tetap jernih, masih bisa mengalir banyak,” katanya. 

Dia pun sebagai warga, sangat berharap, sekitaran bak penampungan dibuat saluran air. Selama ini air yang luber tumpah ke tanah, membuat basah, jadi berkesan becek. 

“Sekelilingnya (bak penampungan air) hanya dipasangi pagar berkawat duri tidak ada fungsinya. Kan bagusnya dikasih saja drainase, air yang luber langsung bisa dialirkan ke Sungai Mahakam,” ungkapnya. 

Bakal Dijadikan Badan Usaha Kampung

Di tempat terpisah, bersua dengan Yoseph Merang, Kepala Kampung Batu Majang yang sedang berada di Balai Adat Batu Majang usai ikuti pelaksanaan peresmian Pembangunan Kampung seluruh Kecamatan Long Bagun, yang dihadiri Bupati Mahakam Ulu Bonifasius Belawan Geh. 

Kala itu, Merang ungkapkan, bak penampungan ada dua, yang satu dibuat tahun 2006 dan yang satunya lagi dibuat tahun 2017 yang pendanaannya diambil dari Dana Desa yang menelan biaya sampai sekitar Rp 323 juta. 

Spesifikasi bak penampungan yang baru, yang dicat biru tingginya tiga meter dengan panjang 4 meter dan lebar 6 meter. Sumber air di bukit tersambung dengan pipa sampai ke bak penampungan. Panjang pipa sekitar 300 meter untuk yang ke bak penampung baru dan panjang pipa sekitar 500 meter untuk sampai ke bak penampung yang lama. 

Dia menyatakan, ke depan, sumber air bersih ini akan dikembangkan menjadi Badan Usaha Milik Kampung, membuat produk pengolahan air minuma kemasan. Tahun depan di 2019, pihaknya akan mengajukan menggunakan dana desa untuk mengurus berbagai legalitas dan perizinan operasional badan usaha. 

“Kami akan rencanakan sodorkan anggaran sampai Rp 100 juta, langkah awal untuk bisa sampai ke tahapan produksi. Kan harus dapat leglitasnya dahulu, harus dapat uji kelayakannya, apa bisa buat dikonsumsi,” ujar Merang. 

Menurut dia, sekarang ini tiap kampung di Kabupaten Mahakam Ulu dituntut untuk bisa membuat satu produk. Kampung Batu Majang sangat berpotensi membuat usaha pengolahan air bersih dan minum layak konsumsi. 

“Kalau ini bisa jalan, bisa diberdayakan masyarakat disini. Ada perputaran ekonomi, bisa punya badan usaha kampung,” ungkap pria kelahiran Apo Kayan, Malinau ini. 

Dinkes Proses Uji Kelayakan Airnya

Ditempat terpisah, saat dikonfirmasi, drg Agustinus Teguh Santoso, Kepala Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Mahakam Ulu, membenarkan, jika pemerintahan Kampung Batu Majang telah mengajukan ke dinas kesehatan untuk meneliti lebih lanjut kualitas air jernih di Batu Majang. 

“Kami sudah terjunkan tim ke lapangan, tim laboratorium dinas kesehatan untuk cek melihat langsung seperti apa kondisinya. Airnya sedang kami teliti bagaimana kualitas kadarnya. Apa bisa dikonsumsi atau tidak,” katanya.

Secara kasat mata, air memang berpenampilan bersih dan jernih. Sangat berbeda jauh dengan sumber air dari Sungai Mahakam atau dari dalam tanah yang biasanya agak kekuning-kuningan. 

“Diteliti dahulu bagaimana nanti kalau sudah ada hasilnya akan diinformasikan. Masih dalam proses penelitian. Butuh beberapa hari untuk bisa melihat hasilnya seperti apa. Jika layak dan bagus maka bisa untuk dijadikan air konsumsi. Mudah-mudahan hasilnya layak,” tegasnya.  

Agustinus telah menyempatkan diri meninjau langsung kondisi bak penampungan air yang bersumber dari bukit Batu Majang. Saat dipantau, pihaknya langsung menerjunkan tim peneliti. 

Menurut dia, hal yang positif jika pihak kampung berinisiatif menjadikan sumber alamnya sebagai kekuatan ekonomi perkampungan. Pastinya tinggal tunggu uji kelayakan, jika rampung pastinya nanti akan bisa lancar ke tahapan selanjutnya, ke proses produksi dan pengemasan. 

“Daerah kita disini (Mahakam Ulu) kan belum ada air kemasan yang buatan daerah sini. Kita kalau beli produk air minum kemasan dari luar, dari Kutai Barat, Samarinda atau didatangkan dari pulau Jawa,” ungkap Agustinus.

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved