Sebut Jokowi Banci hingga Politisi yang Mengutuknya, Ini 10 Fakta Polemik Habib Bahar

Habib Bahar bin Smith atau yang lebih kerap dipanggil Habib bahar adalah seorang penceramah yang berasal dari Manado.

Instagram/habibbahar
Habib Bahar bin Smith 

Sebut Jokowi Banci hingga Politisi yang Mengutknya, Ini 10 Fakta Polemik Habib Bahar

TRIBUNKALTIM.CO - Habib Bahar bin Smith atau yang lebih kerap dipanggil Habib bahar adalah seorang penceramah yang berasal dari Manado.

Saat ini, Habib Bahar tengah dalam proses penyidikan oleh pihak kepolisian atas laporan dari Cyber Indonesia karena kasus ujaran kebencian.

Habib Bahar dilaporkan oleh Ketua Umum Cyber Indonesia, Muannas Alaidid ke Polda Metro Jaya.

 
Habib Bahar diproses oleh pihak polisi karena menyebut Presiden Jokowi adalah banci pada ceramahnya yang viral di media sosial, Rabu (28/11/2018).

Selain Cyber Indonesia, Sekjen Jokowi Mania pun ikut melaporkan Habib Bahar terkait kasus serupa.

Dalam video yang beredar di dunia maya, Habib Bahar menyebut Jokowi sebagai pengkhianat negara dan rakyat dalam sebuah ceramah.

Bahkan dirinya menyebut Jokowi sebagai banci.

Berikut Tribunnews rangkum fakta-fakta polemik ceramah Habib Bahar:

1. Pelapor Habib Bahar Bawa Politisi PSI Muhammad Guntur Romli dan Aulia Fahmi Sebagai Saksi

Ketua Umum Cyber Indonesia, pelapor Habib Bahar, Muanas Alaidid membawa dua saksi saat diperiksa oleh pihak kepolisian, Jumat (30/11/2018) lalu.

Saksi tersebut di antaranya, politisi PSI Muhammad Guntur Romli dan Aulia Fahmi.

Selain itu, Muanas juga membawa bukti video ceramah Habib Bahar bin Smith yang dianggap menghina Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Jelas bahwa kita mendesak pihak aparat supaya tidak ragu-ragu, karena sudah melampaui bataslah ceramah-ceramah seperti ini."

"Dan yang disampaikan Habib Bahar itu sudah ada di mana-mana, dan selalu melakukan sumpah serapah, caci maki begitu."

"Terkesan bukan seorang pendakwah tapi lebih ke timses pasangan calon lain menyerang Presiden Jokowi."

"Ini juga kemudian menjadi tidak sejuk," kata Muannas Alaidid, dikutip dari Tribunwow pada Minggu (2/12/2018).

2. Sikap Habib Bahar: Saya Tidak Akan Minta Maaf

Habib Bahar bin Smith hadir dalam acara Reuni Akbar 212 di Monas, Jakarta Pusat, Minggu (2/12/2018).

Setelah menghadiri Reuni Akbar 212, Bahar bin Smith menyampaikan alasan kenapa ia memojokkan Jokowi dalam sebuah pidato.

“Saya sampaikan kenapa saya berkata seperti itu karena kita lihat dalam peristiwa 4 November 2016 para ulama dan habaib diberondong gas air mata, tapi Presiden malah kabur,” ucapnya.

“Kalian yang melaporkan saya, jika hal itu akhirnya dianggap kesalahan maka saya tidak akan minta maaf, lebih baik saya busuk di dalam penjara."

"Kalau saya ditangkap berjanjilah rekan-rekan untuk tidak memadamkan api perjuangan,” kata Bahar bin Smith saat dilansir dari Tribunnews.com pada Minggu (2/12/2018).

3. Kepala Kantor Staf Kepresidenan, Mengutuk Ucapan habib Bahar

Moeldoko
Moeldoko (Tribunnews)

Kepala Kantor Staf Kepresidenan, Moeldoko menyatakan dukungannya kepada tindakan pelaporan kepada Habib Bahar bin Smith yang diduga melakukan ujaran kebencian dengan objek Presiden Joko Widodo di dalam sebuah ceramah.

“Iya dong, bahkan pelaporan itu harus dilaporkan, tutur kata dan perilaku ulama seharusnya menjadi panutan, tidak seharusnya seorang ulama berbicara seperti itu,” ucap Moeldoko ditemui di Istana Negara, Jakarta Pusat, Kamis (29/11/2018).

Moeldoko mengutuk apa yang diucapkan Habib Bahar bin Smith yaitu menyebut Presiden Jokowi seperti banci.

“Saya secara pribadi mengutuk ucapan itu, saya juga jadi tidak memiliki rasa hormat kepada beliau akibat ucapannya,” tegas Moeldoko saat dilansir dari Tribunnews.com pada Minggu (2/12/2018).

Moeldoko juga mengaku telah melihat secara langsung rekaman ceramah Habib bahar bin Smith itu.

4. Sikap Fadli Zon

Wakil Ketua DPR RI
Wakil Ketua DPR RI (Tribunnews.com)

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra,Fadli Zon juga angkat bicara terkait polemik ceramah Habib Bahar bin Smith.

Ia mengatakan pelaporan terhadap Habib Bahar bin Smith yang menyebut Presiden Joko Widodo banci kepada pihak berwenang menunjukkan, pemerintah tengah mengalami Islamofobia.

Dia menduga, pelaporan ini mengarah pada ketidakadilan.

"Kalau yang melaporkan langsung diproses, sementara yang dekat dengan pemerintah pemerintah tidak diproses. Ini kezaliman sempurna," kata Fadli di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (29/11/2018) saat dilansir dari Tribunnews.com.

Fadli menganggap pernyataan kontroversial yang disampaikan Bahar adalah bentuk kritik.

Ia menduga, ujaran tersebut mengandung metafora yang tak perlu ditanggapi serius.

Wakil Ketua DPR RI itu mengatakan setiap pendakwah memiliki cara yang berbeda dalam menyampaikam dakwahnya.

"Ada yang gayanya orator, ada yang biasa-biasa saja, ada yang mengkritik, ada yang metafor," tutur Fadli.

Fadli lantas meminta sejumlah pihak tak menyoalkan, apalagi mengarah ke upaya kriminaliasai.

5. Sikap Juru Bicara TKN Jokowi-Ma'ruf

Ace Hasan Sjadzily
Ace Hasan Sjadzily (Tribunnews.com/Eri Komar Sinaga)

Juru Bicara Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf, Ace Hasan Syadzily juga mengatakan, pernyataan Habib Bahar yang menyebut Jokowi banci sangatlah tidak pantas.

Menurut Ace Hasan, seorang habib seharusnya tidak mengeluarkan kata kata cacian atau makian.

"Nabi saja mengajarkan kita untuk bertutur kata yang lembut (qaulan layyinan) dan berkata baik (qaulan ma’rufa)."

"Bukan mencaci maki yang bernada kebencian," ujar Ace, Jumat, (30/11/2018) saat dilansir dari Tribunnews.com.

Menurutnya di Indonesia ini orang dijamin kebebasan berpendapat termasuk mengkritik presiden.

Tetapi, harus menggunakan bahasa yang baik, bukan dengan caci maki.

"Kita boleh mengkritik sama Presiden Jokowi karena itu bagian dari hak setiap warga negara."

"Tetapi menggunakan kata-kata yang tak etis dan tak sopan bukan akhlakul karimah yang diajarkan Nabi Muhammad SAW."

"Apalagi hal itu dilontarkan oleh seseorang yang mengaku keturunan Nabi, seorang Habib," katanya.

Ace mendukung adanya pelaporan terhadap Habib Bahar.

Menurutnya, Indonesia adalah negara hukum yang semuanya harus diselesaikan dengan proses hukum.

6. Sikap Ketua Komisi Dakwah MUI

Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat merangkap Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Cholil Nafis Lc PhD
Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat merangkap Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Cholil Nafis Lc PhD (Hand-out/Dokumentasi Pribadi)

Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), Cholil Nafis turut memberikan komentar terkait pelaporan Habib Bahar bin Smith ke polisi saat dilansir dari Tribunwow pada Minggu (2/12/2018) .

Cholil Nafis mengimbau semua pihak untuk lebih berhati-hati dalam menyampaikan sesuatu saat di tahun politik seperti ini.

Hal itu disampaikan Cholil Nafis saat menjadi narasumber acara Apa Kabar Indonesia Malam tvOne yang diunggah di YouTube, Kamis (29/11/2018).

"Tahun politik seperti sekarang, memang kita untuk menyampaikan sesuatu lebih berhati-hati."

"Ketika menyinggung perasaan, persoalan politik itu acapkali menjadi letupan karena akan mengurangi elektabilitas dari kelompok tertentu," ujar Cholil Nafis.

"Bahkan sekarang ini, kalau kita tidak mendukung kelompok tertentu, dianggap kelompok sebelah kita ini, jadi memang sekarang menjadi di tengah agak sulit, di tahun politik kita harus lebih berhati-hati," kata dia menambahkan.

Oleh karena itu dirinya mengimbau kepada penceramah untuk selalu mengikuti pedoman yang telah dikeluarkan oleh MUI.

7. Awal Kehidupan
Bahar bin Smith atau yang lebih dikenal dengan nama Habib Bahar lahir di Manado, Sulawesi Utara, pada 23 Juli 1985 merupakan anak pertama dari tujuh bersaudara.

Bahar berasal dari keluarga Arab Hadhrami (sekelompok penduduk nomaden yang berasal dari Hadhramaut, Yaman) golongan Alawiyyin (kelompok yang memiliki keterkaitan darah dengan Nabi Muhammad).

Pada tahun 2009, Bahar menikahi Fadlun Faisal Balghoits.

Dalam pernikahan tersebut, Bahar dikaruniai empat anak.

8. Pendiri Majelis Pembela Rasulullah
Habib Bahar bin Smith merupakan pendiri dan pemimpin Majelis Pembela Rasulullah sejak tahun 2007.

Habib Bahar memiliki kantor yang berpusat di Pondok Aren, Tangerang Selatan dan memiliki pengikut mencapai ratusan orang.

Bersama para anggota Majelis Pembela Rasulullah, Bahar kerap melakukan aksi razia dan penutupan paksa di beberapa tempat hiburan di Jakarta.

Aksinya yang paling menonjol adalah ketika dia menggerakkan sekitar 150 jemaah Majelis Pembela Rasulullah pada Ramadan tahun 2012, untuk melakukan razia di Cafe De Most Pesanggrahan, Jakarta Selatan.

9. Organ Sayap PDI-P Kritik Ceramah Habib Bahar
Dalam ceramahnya, Habib Bahar juga kerap menyebut, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) adalah sarang Partai Komunis Indonesia (PKI).

Terkait hal tersebut, organisasi sayap Islam PDIP, Pengurus Pusat Baitul Muslimin Indonesia (PP Bamusi) mengkritik pernyataan Bahar tersebut.

Bamusi menyindir, Habib Bahar kurang bacaan dan literatur, serta tuduhan yang dilontarkannya kepada PDIP tanpa tabayun tersebut telah menjadi fitnah dan merusak citra penceramah agama.

10. Dalam video ceramahnya yang beredar, Habib Bahar menyebut Jokowi Banci

Pada 28 November 2018, video ceramah Habib Bahar viral di media sosial.

Di tengah proses pilpres 2019 yang panas, Bahar berkata, Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang adalah kader PDIP, sebagai pengkhianat bangsa, negara, dan rakyat.

Ia juga menyebut Jokowi sebagai banci dalam video yang viral tersebut.

"Kalau ketemu Jokowi kamu buka celananya, jangan-jangan haid Jokowi itu, seperti banci," ucap Bahar dalam video tersebut.

Bahar dilaporkan ke kepolisian atas dugaan ujaran kebencian.

(Tribunnews.com/ Umar Agus W)

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul 10 Fakta Polemik Habib Bahar, Sebut Jokowi Banci hingga Politisi yang Mengutuk Sikapnya, 

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved