Praktik Sirkus Hewan Masih Ada, Salah Satu Alasannya Regulasi Masih Lemah

Praktik sirkus masih ada di Indonesia. Banyak penyebab hal ini berlangsung. Satu di antaranya regulasi yang tidak bertaji. Berikut ulasannya.

Editor: Budi Susilo
TRIBUN KALTIM/BUDI SUSILO
Aktivis lingkungan Kolisi Perlindungan Satwa berunjuk rasa menolak praktik sirkus lumba-lumba di Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur pada Jumat (20/1/2017) pagi. 

Alasan kedua dan ketiga sedikit banyak berhubungan, takut dan sakit. Hewan-hewan sirkus akan mengikuti perintah pelatih karena terbayang kesakitan yang diterimanya selama pelatihan.

Cambuk, angkusa (palu lancip untuk gajah), rantai, dan semua peralatan yang digunakan pelatih menyisakan trauma dan rasa sakit pada hewan-hewan ini.

Kalimantan Timur Jarang Terjadi Gempa Bakal Dapat Dua Sensor Gempa, Ini Kegunaan Alatnya

Syahrini dan Reino Barack Menikah 27 Februari? Keluarga: Doakan yang Terbaik dan Semoga Lancar

Karena alasan-alasan itulah mereka menuruti setiap perintah sang pelatih. Tidak ada pilihan lain untuk mendapatkan makan dan terbebas dari hukuman.

Peran balai konservasi Gajah dipukul dengan angkusa Gajah dipukul dengan angkusa (Marison Guciano) Berdasarkan data yang diberikan Marison, Asia for Animal Coalition pernah melayangkan surat kepada Taman Nasional Balai Konservasi Gajah Way Kambas, Lampung, 11 Februari lalu, karena ditemukan terjadi kekerasan terhadap gajah-gajah di sana.

Puluhan aktivis lingkungan dan elemen mahasiswa melakukan penolakan sirkus lumba di area parkir Transmart Kota Balikpapan, Jalan MT Haryono, Minggu (29/1/2017) pagi.
Puluhan aktivis lingkungan dan elemen mahasiswa melakukan penolakan sirkus lumba di area parkir Transmart Kota Balikpapan, Jalan MT Haryono, Minggu (29/1/2017) pagi. (tribunkaltim.co/budi susilo)

Dalam surat itu dituliskan, setelah dilakukan observasi, banyak ditemukan bekas luka pada tubuh gajah akibat dipukul menggunakan angkusa.

Luka itu diakibatkan oleh perlakuan pegawai yang bertugas di sana. Gajah-gajah juga terlihat dirantai, sehingga pergerakannya sangat terbatas.

Ia tidak bisa bersosialisasi, berjalan, dan beristirahat di tempat yang ia kehendaki. Ini bisa menyebabkan kebosanan dan stres.

Di Way Kambas, gajah dimanfaatkan untuk menjadi alat transportasi dan ditunggangi oleh manusia. Mereka menjadi satu wahana wisata tersendiri.

Padahal, gajah tidak memiliki kemampuan untuk itu. Tulang belakangnya tidak kuat menopang manusia dalam waktu berkepanjangan.

Gajah bukan kuda yang secara fisik memang bisa digunakan sebagai hewan tunggangan. "Gajah-gajah yang ada di Way Kambas, banyak yang ditangkap karena berkonflik dengan masyarakat," kata Marison.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Berbagai Alasan Sirkus Hewan Masih Ditemukan, Salah Satunya Regulasi Lemah", https://nasional.kompas.com/read/2019/02/22/17354871/berbagai-alasan-sirkus-hewan-masih-ditemukan-salah-satunya-regulasi-lemah.
Penulis : Luthfia Ayu Azanella
Editor : Bayu Galih

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved