Tribun Wiki
Mengenal Ikan Belida yang Sering Menjadi Bahan Baku Pembuatan Amplang
Amplang adalah kerupuk khas Kalimantan Timur yang berbahan dasar ikan. Oleh-oleh khas Kota Samarinda. Kerupuk Amplang yang enak.
Laporan wartawan tribunkaltim.co, Christine
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Jika Tribunners ke Kota Samarinda, jangan lupa membeli amplang sebagai oleh-oleh bagi orang-orang terkasih.
Amplang adalah kerupuk khas Kalimantan Timur yang berbahan dasar Ikan. Terdapat beberapa jenis Ikan yang biasanya menjadi bahan dasar kerupuk ini,seperti Ikan gabus dan tenggiri.
Tetapi, yang paling populer adalah Ikan Belida.
Bawa Pil Merah Muda Bentuk Instagram, Remaja di Samarinda Ini Harus Berurusan dengan Kepolisian
Laga Uji Coba Babak Pertama, Persiba Unggul 2-0 Atas Pertamina MOR VI
Catat Berikut Ini Jadwal MotoGP 2019 Bisa Nonton Live Streaming
Selain di Kaltim, ikan ini juga populer di Pelambang, sebagai bahan dasar kerupuk yang disebut kemplang. Pernah juga menjadi bahan utama pembuatan pempek, yang sekarang sudah diganti dengan ikan tenggiri.
Tentang Ikan Belida
Ikan belida merupakan jenis ikan sungai yang tergolong dalam spesies chitala lopis dan suku Notopteridae (ikan berpunggung pisau).
Ikan ini lebih populer dengan nama ikan belida, yang diambil dari nama salah satu sungai di Sumatera Selatan yang menjadi habitatnya.
Orang Banjar menyebutnya ikan pipih, yang sering juga menjadi sebutannya di Kaltim. Jenis ikan ini dapat ditemui di Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Semenanjung Malaya.
Termasuk ke dalam family Notoperidae, ikan ini ternyata masuk dalam kelompok ikan primitif atau purba.
Penyebaran ikan belida di wilayah Indonesia meliputi sungai-sungai besar beserta daerah aliran sungai, daerah banjiran dan danau.

Bentuknya unik. Pipih, dan beberapa ada yang memiliki corak berbentuk bulatan pada tubuhnya. Bentuk yang unik ini juga menjadikannya cocok dipelihara di akuarium sebagai ikan hias.
Uniknya lagi, ikan ini merupakan ikan predator. Ia memangsa ikan-ikan kecil dan krustasea atau udang-udangan.
Belida lebih aktif pada malam hari, dan mulai respon terhadap makanan pada sore hari. Hewan ini menyukai bagian gelap dari sungai, biasanya hidup di lubuk di bawah pepohonan.
Ikan belida mempunyai beberapa sebutan sesuai dengan wilayah ikan ini ditemukan.
Beberapa sebutan ikan belida adalah Pangaju (Jawa), Lopis (Jawa Barat), Belidah/Blidah (Kalimantan Barat), Pipih (Kalimantan Selatan), Belido (Palembang).
Secara umum tidak ada perbedaan yang signifikan beberapa jenis ikan belida yang ada di berbagai daerah tersebut.
Terancam Punah
Ikan belida sudah termasuk ikan yang terancam punah karena pemanfaatannya melebihi batas kemampuan reproduksinya yang menyebabkan populasinya menurun secara drastis.
Ikan belida termasuk ikan yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999. Meski dilindungi, ikan ini masih diburu karena mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.
Selain itu, kini ikan belida sudah cenderung sulit ditangkap karena rusaknya mutu sungai dan penangkapan.
Berbeda dengan ikan gabus yang kemampuan reproduksinya masih mampu mengimbangi masifnya laju penangkapannya.
Untuk bertelur, Induk ikan belida yang sudah matang akan berenang dari sungai menuju daerah rawa banjiran.
Terutama hutan rawa yang banyak ditumbuhi tanaman dengan substrat keras, seperti pohon-pohon yang sudah mati. Pohon-pohon tersebut dijadikan tempat menempelkan telur pada kedalaman sekitar 1-2 meter.
Budidaya
Karena berpotensi ekonomi dan terancam punah, ada lembaga penelitian yang berusaha menyusun teknologi budidaya ikan belida.
Seperti di Kalimantan Selatan, misalnya, Balai Budidaya Air Tawar Mandiangin telah mencoba membudidayakan, menangkarkan serta memperbanyak benih ikan belida sejak tahun 2005
Ikan air tawar, pemangsa ikan kecil dan krustasea, dewasa berukuran 1,5–7 kg, dengan ciri khas ikan berpunggung pisau: punggungnya meninggi sehingga bagian perut tampak lebar dan pipih.
Lopis dicirikan melalui sirip duburnya yang menyambung dengan sirip ekor berawal tepat di belakang sirip perut yang dihubungkan dengan sisik-sisik kecil.
Bentuk kepala dekat punggung cekung dan rahangnya semakin panjang sesuai dengan meningkatnya umur sampai jauh melampaui batas bagian belakang mata pada ikan yang sudah besar.
Diringkus Usai Konsumsi Sabu, Sandy Tumiwa: Saya Lagi Galau
Jelang Pemilu, NU Paser Imbau Masyarakat Wujudkan Pemilu Damai
Bawa Pil Merah Muda Bentuk Instagram, Remaja di Samarinda Ini Harus Berurusan dengan Kepolisian
Dalam proses pembudidayaan, telur biasanya diletakkan di batang terendam pada kedalaman hingga 1m.
Dalam rekayasa penangkaran, batang bambu atau papan dipakai sebagai tempat penempelan telur. Pemijahan dilakukan pada musim penghujan (di BBAT Agustus hingga Maret).
Dalam sekali pemijahan, seekor betina rata-rata menghasilkan 288 butir telur, meskipun dapat menghasilkan hampir dua kali lipat dari jumlah itu.
Larva ikan belida bersifat kanibal sehingga perlu perlindungan. Benih berusia 3 hari sudah mulai dapat makan udang artemia. Benih berusia satu bulan sudah dapat dideder di akuarium.
Dan satu bulan kemudian siap dideder di kolam. Ikan dengan ukuran 15 cm siap untuk pembesaran.
Hingga saat ini beberapa pihak masih berupaya agar masyarakat memahami dan menyadari arti kelestarian ikan belida. Diharapkan ke depannya, jumlah ikan ini bisa twrus bertumbuh dan tidak lagi menjadi hewan langka. ( )