Setelah Dua Kali Jatuh, Masih Amankah Terbang dengan Boeing 737 Max 8?
Tidak ada seorang penumpang pun selamat. Pesawat buatan Amerika itu hanya sempat terbang selama enam menit.
Di Amerika, pesawat itu telah diterbangkan oleh American, United dan Southwest.
Malindo Air, yang sahamnya juga dimiliki Rusdi Kirana yang juga pemilik Lion Air, ternyata menjadi maskapai penerbangan pertama di dunia yang menerima dan mengoperasikan pesawat Boeing 737 MAX 8 pada tahun 2017.
Pesawat itu berdimensi panjang 39,5 meter dengan bentang sayap 35,9 meter. Pesawat yang dapat mengangkut 180 penumpang itu lebih hemat bahan bakar dibandingkan pesawat sejenisnya. Penggunaan bahan bakar 737 MAX 8 bisa lebih hemat hingga 20 persen bila dibandingkan dengan Boeing 737NG.

Menurut Senior Vice President Asia Pacific and India Sales Boeing Commercial Airplanes Dinesh Keskar bunyi mesin Boeing 737 MAX 8 lebih senyap dibandingkan pesawat tipe sejenis. Karena itu, penumpang Boeing 737 MAX 8 dapat lebih nyaman menikmati perjalanannya.
Pendiri Lion Air Group Rusdi Kirana (Kompas, Selasa 23 Mei 2017) mengatakan, terdapat delapan Boeing 737 MAX 8 pesanan Lion Air Group yang diterima pada 2017. Sebanyak empat pesawat dipesan untuk maskapai Lion Air dan empat pesawat untuk Malindo Air.
Mengikuti jejak Lion Air, Garuda Indonesia juga mengoperasikan B737 MAX.
Sudah berlangganan? Silakan MasukKonten Premium, Independen
Cari tahu semua konten seputar Pemilu dan dapatkan harga khusus mulai dari Rp20.000 per bulan.
Jadi, amankah terbang dengan B737 MAX?
Sikap regulator
Menanggapi kejadian itu, Direktur Keselamatan dan Pengoperasian Pesawat Udara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Capt Avirianto, Minggu kemarin, mengatakan, regulator tidak akan terburu-buru melarang terbang pesawat Boeing 737 Max 8 yang dioperasikan di Indonesia.
Ditjen Perhubungan Udara terus berkoordinasi dengan Komite Nasional Keselamatan Transportasi dan Boeing mengenai kejadian ini.
Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk I Gusti Ngurah Askhara Danadiputera mengatakan, pihaknya terus melakukan prosedur inspeksi ekstra terhadap beberapa sistem yang diduga menjadi penyebab kecelakaan, seperti airspeed and altitude system, flight control system, dan stall management system.
Regulator penerbangan sipil di Amerika juga memilih untuk menunggu hasil penyelidikan. Menurut Reuters, regulator di Amerika mengaku belum mengetahui secara jelas penyebab jatuhnya penerbangan ET 302.
Sementara, Reuters mengutip pernyataan dari Ciajing dan China Business News, bahwa the Civil Aviation Administration of China (CAAC) telah memerintahkan penundaan penerbangan B737 MAX secara lisan. Meski kini, sejumlah pihak masih menunggu pernyataan resmi dari CAAC di situsnya.