Mahfud MD Ungkap Janji SBY Terhadap Dirinya yang Belum Ditunaikan, Begini Ceritanya

"Yang paling berat bagi saya ketika itu tidak jadi, bukan karena saya saya tidak jadi. Tapi, bagaiman nih anak dan istri saya

Grafis Tribunnews.com/Ananda Bayu S
Mahfud MD 

"Seperti semua dengar , yang dipilih KH Ma’ruf Amin. Saya menerima itu sebagai realitas politik. Sebelumnya Pak Pratikno katakan sepertinya ada perubahan, coba kembali ke posisi semula dulu,” terang Mahfud.

Mahfud mengklaim tidak kecewa, tetapi kaget. Dalam politik hal itu biasa. Menurutnya, kepentingan bangsa jauh lebih pentjng ketimbang nama Mahfud dan Ma’ruf.

Ia pun bertemu dengan Jokowi setelah semua kejadian itu.

Dari Jokowi sendiri ia tahu bahwa para pimpinan parpol datang menghadap pada H-1 pengumuman cawapres membawa calon masing-masing. Jokowi tidak berdaya.

“Saya bilang Bapak (Jokowi) enggak salah. Kepentingan bangsa harus berjalan,” ungkapnya membuka omongan ke Jokowi.

Batalnya Mohammad Mahfud MD sebagai bakal calon wakil presiden pendamping Jokowi pada detik-detik terakhir pengumuman cawapres, Kamis (9/8) lalu, juga sempat diwarnai 'ancaman' dari PBNU kepada Jokowi agar memilih cawapres dari NU.

Mahfud mengatakan bahwa kiai Ma'ruf Amin adalah orang yang menyuruh PBNU mengeluarkan ancaman tersebut.

"Robikin yang menyatakan [ancaman] dan yang menyuruh itu kiai Ma'ruf Amin. Bagaimana saya tahu kiai Ma'ruf Amin? Muhaimin yang bilang ke saya," ungkap Mahfud saat berbicara di acara Indonesian Lawyer Club yang disiarkan TV One, Selasa (14/8).

Pemilihan cawapres Jokowi memang sempat menuai kontroversi. Pasalnya, nama Mahfud yang pada detik terakhir pengumuman paling santer akan dipilih Jokowi, tiba-tiba tersingkir. Jokowi akhirnya memilih Ma'ruf sebagai cawapresnya.

Mahfud menceritakan kronologi di balik tersingkirnya dia pada detik terakhir jelang pengumuman nama cawapres.

Menurut Mahfud, berdasarkan cerita dari Muhaimin, pada Rabu (8/8) atau satu hari sebelum pengumuman cawapres Jokowi, ada pertemuan di Kantor PBNU antara Kiai Ma'ruf Amin, Ketua PBNU Said Aqil Siroj, dan Ketua PKB Muhaimin Iskandar.

Pertemuan digelar tak lama setelah ketiganya dipanggil Jokowi ke Istana untuk diminta masukan soal nama cawapres.

Dalam pertemuan di istana, Mahfud mengatakan bahwa Jokowi tak menyebut nama-nama untuk dipilih.

"Ketemulah tiga orang ini di PBNU dan berkesimpulan bahwa mereka bukan calonnya karena waktu dipanggil tak disebut [nama] calon," kata Mahfud.

"Lalu mereka sepertinya marah-marah membahas, kemudian kiai Ma'ruf (bilang) 'Kalau begitu kita nyatakan kita tak bertanggungjawab secara moral atas pemerintahan ini kalau bukan kader NU yang diambil [jadi cawapres]'. Ini kata Muhaimin," kata Mahfud melanjutkan.

Pada hari Rabu itu, salah satu Ketua PBNU Robikin Emhas memang sempat mengeluarkan pernyataan kepada media terkait cawapres Jokowi. Dalam pernyataannya Robikin mengatakan bahwa warga Nahdliyin merasa tak punya tanggung jawab moral jika kader NU tidak menjadi cawapres Jokowi.

Kader NU yang dimaksud Robikin tidak termasuk nama Mahfud karena pada hari yang sama Said Aqil menyatakan bahwa mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu bukan kader NU.

Kata Mahfud setelah pernyataan Robikin itu sejumlah tokoh NU membantahnya. Namun berdasarkan cerita Muhaimin kepada dirinya, Mahfud mengatakan pernyataan itu memang ada.

"Robikin bilang begitu ke pers. Ini kata Muhaimin. Didikte kalimatnya oleh kiai Ma'ruf, 'begini, loh, Robikin'," kata Mahfud.

Mahfud MD juga mengaku tersinggung dengan ucapan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Romahurmuziy.

Tersinggunya Mahfud lantaran Rommy - sapaan Romahurmuziy - perihal batalnya ia menjadi calon wakil presiden mendampingi Jokowi.

Rommy menyatakan usai pendeklarasian nama K.H Ma'ruf Amin, bahwa Mahfud lah dan bersama tim suksesnya yang terlalu percaya diri bakal diumumkan Jokowi sebagai calon wakil presiden.

"Saya sedikit tersinggung pernyataan Ketua Umum PPP Rommy. Begitu keluar dari ruangan. Itu lho Pak Mahfud maunya sendiri bikin baju sendiri. Saya agak tersinggung," kata Mahfud saat hadir di Indonesia Lawyers Club tvOne, Selasa 14 Agustus 2018.

Mahfud menyatakan, dirinya bukan menginisiasi diri agar dipilih.

Sepekan sebelum pendeklarasian, pihak istana justru menghubunginya untuk bersiap menyiapkan diri bakal dipilih.

Mereka ialah Menteri Sekretaris Negara Praktikno, Sekretaris Kabinet Pramono Anung dan Koordinator Staf Khusus Presiden Teten Masduki.

Ia mengatakan, ketiga orang itu telah menyiapkan skenario menjelang dirinya nanti diumumkan oleh Jokowi dan partai koalisi.

Bahkan Teten, kata dia, sudah mensimulasikan waktu pendaftaran antara Jokowi - Mahfud naik motor dari Gedung Joeang menuju ke kantor KPU.

"Saya juga ditelepon Pak Pramonio Anung, 'Pak Mahfud saya minta CV ini untuk nanti deklarasi namanya harus persis’," kata Mahfud mengulang ceritanya sebelum batal diumumkan menjadi calon wakil presiden.

Walaupun begitu, Mahfud pun tak menaruh dendam kepada Rommy. Ia hanya heran, pernyataan Rommy yang inkosisten. "Itu Rommy itu adik saya itu," kata Mahfud.

Selain membongkar intrik politik yang membuat dirinya gagal jadi pendamping Jokowi, Mahfud MD mengaku sudah tiga kali menolak jabatan yang ditawarkan Jokowi mulai dari Menkopolhukam, Jaksa Agung hingga komisaris utama BUMN.

Mahfud menolak lantaran merasa tidak ikut berkeringat membantu Jokowi di Pilpres 2014. Bahkan, Mahfud menjadi ketua tim pemenangan kubu lawan, Prabowo Subianto.

Tawaran menjadi Menko Polhukam diterima Mahfud tahun 2015. Ketika itu Jokowi merencanakan reshuffle jilid I.

Luhut Binsar Pandjaitan yang merupakan salah seorang kepercayaan Jokowi menyampaikan kepada Mahfud bahwa Jokowi sudah oke posisi Menko Polhukam diisi dirinya.

"Pak Mahfud, Pak Jokowi menghargai profesionalitas," kata Mahfud menirukan ucapan Luhut, menjawab alasan tak bisa masuk kabinet karena pernah bekerja keras memuluskan Prabowo jadi presiden.

Tawaran menjadi komisaris utama juga disampaikan Luhut. Tawaran ini ditolak Mahfud dengan alasan profesionalitas.

"Saya sampaikan saya ini ahli hukum, nggak ngerti (ekonomi)," kata Mahfud di acara Indonesia Lawyer Club (ILC) bertema "Kejutan Cawapres: Antara Mahar Politik Dan PHP, di Jakarta, Selasa (14/8) malam.

Soal tawaran menjadi Jaksa Agung, Mahfud menyebut disampaikan Luhut Panjaitan dan Menseneg Pratikno. Mahfud tak mengiyakan dengan alasan yang sama ketika dijanjikan menjadi Menko Polhukam.

"Saya usul Busro Muqodas dan Bambang Widjojanto (mantan pimpinan KPK)," kata dia.

Mahfud mengatakan berbagai tawaran tersebut ditolak lantaran dirinya punya etika politik. Satu-satunya tawaran yang diterima Mahfud dari Jokowi adalah aktif di Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).

Konsep badan ini sejak awal digarap Mahfud bersama Yudi Latif.[]

Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Mahfud MD Pernah Jadi Korban PHP Politik SBY Sebelum Gagal Jadi Cawapres Jokowi di Pilpres 2019, 

Sumber: Surya
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved