Pilpres 2019

Tak Terima Dicolek Twit Berbau Politik, Sujiwo Tejo Ancam Lakukan Hal Ini

Ini bukan kali pertama Sujiwo Tejo membuat peringatan di Twitter. Sebelumnya ia mengaku dipaksa untuk berpihak dalam perhelatan Pilpres

Penulis: Syaiful Syafar | Editor: Januar Alamijaya
KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO
Aktor Sujiwo Tejo berpose di sela wawancara promo film Kafir di Redaksi Kompas.com, Jakarta, Jumat (27/7/2018). 

TRIBUNKALTIM.CO - Budayawan Indonesia Sujiwo Tejo dibuat geram oleh ulah warganet.

Sujiwo Tejo bahkan mengancam akan memblock akun-akun yang mencolek dirinya dalam unggahan berbau politik.

Kekesalan ini disampaikan Sujiwo Tejo melalui akun Twitternya @sudjiwo tedjo, Minggu (31/3/2019).

Berawal dari Twit politik salah seorang warganet, yang mengunggah tautan berita online berjudul "Kapolsek Mengaku Diarahkan Kapolres Galang Dukungan ke Jokowi".

Unggahan tersebut lalu me-mention akun Sujiwo Tejo.

"Colek Presiden Njancukers mbah @sudjiwo tedjo," tulis akun tersebut.

Tak terima dicolek, Sujiwo Tejo lalu balik membalas.

"Kamu belum baca twitku soal protes tertinggi dan tersuci?

Baiklah, sekali lagi kamu ngewtit politik dan mention aku, aku block.

Ini jg sekaligus pengumuman buat siapa pun: Siapa pun, sekali lagi siapa pun, ngetwit politik dan mention aku akan aku block!," tulisnya @sudjiwo tedjo.

Ini bukan kali pertama Sujiwo Tejo membuat peringatan di Twitter.

Sebelumnya ia mengaku dipaksa untuk berpihak dalam perhelatan Pilpres 2019.

Padahal berkali-kali Sujiwo Tejo mengatakan bahwa dirinya berada di pihak netral.

Menurut Sujiwo Tejo, para pemaksa tersebut sebetulnya juga berada di posisi netral, yakni tidak memihak antara hidup dan mati.

"Aku yg netral ini dipaksa untuk berpihak.

Para pemaksa itu lupa bahwa pada dasarnya mereka sendiri netral karena tak memihak kehidupan juga tak memihak kematian.

Hidup dan mati sudah sepaket bersama semesta paket paradoks di dunia.

Bagaimana mau berpihak pd 2 kutub yg sepaket?," kicau Sujiwo Tejo, Senin (4/3/2019), dilansir TribunSolo.com.

Sujiwo Tejo juga dituding sebagai seorang yang tak punya pendirian.

Selain itu, ia juga dianggap mencari aman.

Namun Sujiwo Tejo enggan memberikan penjelasan terkait tudingan tak berdasar tersebut.

Ia acuh dengan warganet yang kerap menudingnya kubu ini dan itu.

Lebih lanjut, Sujiwo Tejo menganggap warganet yang kerap menudingnya itu hanyalah buzzer dan akun palsu belaka.

"Sak bahagiamu.

Suruh pemrogrammu baca buku2ku terutama yg temanya #Sastrajendra agar beliau punya data memadai betulku netralku krn cari aman.

Sastrajendra itu ttg paradoks semesta misalnya bhw kamu tidak bisa memilih hidup tanpa memilih mati. Alasanku spiritual," kicau Sujiwo Tejo.

Sindir para pembuat puisi jelang pilpres

Beberapa waktu lalu Sujiwo Tejo juga pernah menyebut banyak penyair yang bermunculan menjelang Pilpres 2019.

Apa yang disampaikan oleh Sujiwo Tejo ini mungkin saja benar adanya.

Mengingat beberapa kali para tokoh di negeri ini membuat puisi untuk mengungkapkan perasaan dan pandangannya terkait kondisi kebangsaan.

Sebut saja, Fadli Zon, Neno Warisman, dari kubu penantang.

Juga Romahurmuziy dan Irma Suryani dari kubu petahana.

Mereka beberapa kali membuat dan berbalas puisi.

Terlepas dari semua itu, Sujiwo Tejo menyebut momentum Pilpres 2019 memudahkan orang untuk menjadi penyair.

Namun Sujiwo Tejo memiliki penilaian yang ketat tentang puisi. Sehingga tak semua sajak yang ditulis dapat disebut sebagai puisi.

Sujiwo Tejo juga mengaku enggan untuk memberikan komentar ketika ditanya tentang puisi yang beredar di dunia maya terkait kondisi pilpres saat ini.

Baginya, yang dianggap sebagai puisi di dunia maya tersebut bukanlah puisi yang sebenarnya.

Melainkan hanya sebuah prosa, yang bagi Sujiwo Tejo, prosa memiliki tingkatan yang lebih rendah dari puisi.

"Pilpres memudahkan setiap orang utk jadi penyair.

Bikinlah kalimat yg pendek2. Susun berbaris2 vertikal.. Itu ud disebut puisi.

Padahal puisi ndak gitu.

Setiap kata dalam puisi dan konteksnya mesti bermakna macam2, yg setiap dibaca ulang maknanya beda, tergantung mood pembaca," ungkap Sujiwo Tejo dalam kicauan Twitternya, Sabtu (2/3/2019).

"Jika mawar dlm suatu kalimat hanya berarti mawar, bukan berbagai2 arti lainnya, itu prosa. Bukan puisi.

'Aku membawa mawar' itu prosa.

'Aku mawar padamu' itu puisi.

Padahal sama2 kalimat pendek.

Nah, di Pilpres, asal kalimat pendek dan baris2nya disusun vertikal disebut puisi."

"Itu knp aku hak pernah komen walau banyak dimention dimintai 'komen soal puisi bang ini, mas itu, bu ini dll'

Krn bagiku itu bukan puisi. Itu masih prosa.

Taraf yang lebih rendah dari puisi.

Pembuat prosa tak perlu genius utk memikirkan makna ganda kata dan musik (bunyi) kata," imbuh Sujiwo Tejo.

(TribunKaltim.co/Syaiful Syafar)

Like Fanpage Facebook:

Follow Instagram:

Subscribe YouTube:

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved