Sejarah Hari Ini
Sejarah Hari Ini: 1 April 2011 Nurdin Halid Lengser dari Kursi Ketua Umum PSSI, Apa Kabar Sekarang?
Sejarah Hari Ini, 1 April 2011 tepatnya 8 tahun lalu, Nurdin Halid lengser dari jabatannya sebagai Ketua Umum PSSI.
Penulis: Syaiful Syafar | Editor: Januar Alamijaya
TRIBUNKALTIM.CO - Sejarah Hari Ini, 1 April 2011 tepatnya 8 tahun lalu, Nurdin Halid lengser dari jabatannya sebagai Ketua Umum PSSI.
Keputusan itu dikeluarkan oleh induk organisasi sepak bola dunia FIFA menyusul serangkaian kekisruhan di tubuh sepak bola Indonesia.
Nurdin Halid dianggap sosok yang paling bertanggung jawab terhadap kekacauan itu.

Berikut sepak terjang Nurdin Halid di PSSI dari awal menjabat hingga lengser dirangkum dari sejumlah sumber.
Memimpin dari balik jeruji
Nurdin terpilih sebagai Ketua Umum PSSI pada Rapat Anggota PSSI di Hotel Indonesia tahun 2003.
Semasa kepemimpinannya, Nurdin Halid dikenal sebagai sosok kontroversial karena beberapa kali memimpin organisasi dari balik jeruji besi penjara.
Kontroversi yang pernah dia buat antara lain:
- Mengumumkan ide menaturalisasikan pemain asing,
- Menambah jumlah peserta Liga Indonesia tiap tahun sehingga tidak ada klub yang terdegradasi,
- Menentang penghentian pengucuran dana APBD untuk klub,
- Mengurangi sanksi Persebaya Surabaya yang sebelumnya terlibat kerusuhan pertandingan secara besar-besaran (dari larangan main di kandang selama dua tahun menjadi hanya larangan sebanyak 3 kali pertandingan kandang).
Adapun daftar kasus hukum yang menjerat Nurdin Halid, sebagai berikut:
- 16 Juli 2004, Nurdin Halid ditahan sebagai tersangka dalam kasus penyelundupan gula impor ilegal.
- Hampir setahun kemudian pada 16 Juni 2005, dia dinyatakan tidak bersalah atas tuduhan tersebut oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan dibebaskan.
- Putusan ini lalu dibatalkan Mahkamah Agung pada 13 September 2007 yang memvonis Nurdin Halid dua tahun penjara.
- Selain kasus ini, ia juga terlibat kasus pelanggaran kepabeanan impor beras dari Vietnam dan divonis penjara dua tahun 6 bulan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Utara pada 9 Agustus 2005.
- 17 Agustus 2006 Nurdin Halid dibebaskan setelah mendapatkan remisi dari pemerintah bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Indonesia.
- 13 Agustus 2007, Nurdin Halid kembali divonis dua tahun penjara akibat tindak pidana korupsi dalam pengadaan minyak goreng.
Didesak mundur
Berdasarkan standar statuta FIFA, seorang pelaku kriminal tidak boleh menjabat sebagai ketua umum sebuah asosiasi sepak bola nasional.
Karena alasan tersebut, Nurdin Halid didesak untuk mundur dari berbagai pihak.
Bahkan Jusuf Kalla (Wakil Presiden RI saat itu), Ketua KONI, dan FIFA sendiri menekan Nurdin Halid untuk mundur.
FIFA bahkan mengancam untuk menjatuhkan sanksi kepada PSSI jika tidak diselenggarakan pemilihan ulang ketua umum.

Akan tetapi Nurdin Halid bersikeras untuk tidak mundur dari jabatannya sebagai ketua PSSI, dan tetap menjalankan kepemimpinan PSSI dari balik jeruji penjara.
Agar tidak melanggar statuta PSSI, statuta mengenai ketua umum yang sebelumnya berbunyi "harus tidak pernah terlibat dalam kasus kriminal" (bahasa Inggris: "They..., must not have been previously found guilty of a criminal offense....") diubah dengan menghapuskan kata "pernah" (bahasa Inggris: "have been previously") sehingga artinya menjadi "harus tidak sedang dinyatakan bersalah atas suatu tindakan kriminal" (bahasa Inggris: "... must not found guilty of a criminal offense...").
Detik-detik lengser
Setelah masa tahanannya selesai, Nurdin Halid kembali mencalonkan diri sebagai Ketua Umum PSSI pada Kongres PSSI di Kepulauan Riau tahun 2011.
Demonstrasi pun terjadi di berbagai daerah.
Kelompok suporter mendesak Nurdin Halid mundur dari PSSI sampai-sampai Kongres di Riau ricuh.

Rentetan kegaduhan itu membuat pemerintah turun tangan.
Pemerinrtah, melalui Menpora Andi Mallarangeng kala itu tak lagi mengakui kepengurusan PSSI di bawah kepemimpinan Nurdin Halid Cs.
Pemerintah, melalui Menpora juga menghentikan pemberian dana APBN kepada PSSI.
Pun begitu dengan FIFA.
FIFA kemudian mengambil keputusan tegas melarang Nurdin Halid, Nirwan Dermawan Bakrie, George Toisutta, Arifin Panigoro, ikut serta dalam pemilihan pemimpin di PSSI.
FIFA menunjuk Agum Gumelar untuk menjadi Ketua Komite Normalisasi.

Dalam menjalankan tugasnya, Agum Gumelar dibantu oleh tujuh anggota yang merupakan perwakilan dari Pengurus Provinsi (Pengprov) PSSI.
Akhirnya, pada 9 Juli 2011, PSSI memiliki Ketua Umum PSSI baru.
Lewat sebuah Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI yang digelar di Solo, Jawa Tengah, Djohar Arifin terpilih sebagai Ketua Umum PSSI untuk periode 2011-2015, sekaligus mengakhiri rezim Nurdin Halid di PSSI.
Daftar Ketua Umum PSSI
- Soeratin Sosrosoegondo 1930 - 1940
- Artono Martosoewignyo 1941 - 1949
- Maladi 1950 - 1959
- Abdul Wahab Djojohadikoesoemo 1960 - 1964
- Maulwi Saelan 1964 - 1967
- Kosasih Poerwanegara 1967 - 1974
- Bardosono 1975 - 1977
- Ali Sadikin 1977 - 1981
- Sjarnoebi Said 1982 - 1983
- Kardono 1983 - 1991
- Azwar Anas 1991 - 1999
- Agum Gumelar 1999 - 2003
- Nurdin Halid 2003 - 2011
- Djohar Arifin Husin 2011 - 2015
- La Nyalla Mattalitti 2015 - 2016
- Edy Rahmayadi 2016 - 2019
- Joko Driyono (Plt 2019)
- Gusti Randa (Plt 2019)
Nurdin Halid sekarang
Lengser dari PSSI tak membuat nama Nurdin Halid tenggelam seketika.
Faktanya dia masih aktif di dunia politik.
Bersama Partai Golkar, Nurdin Halid sempat menjadi pengurus inti di DPP.
Lalu ia terpilih Ketua DPD I Partai Golkar Sulawesi Selatan.

Pada Pilkada Serentak 2018, Nurdin Halid maju sebagai Calon Gubernur Sulsel berpasangan dengan Abdul Aziz Qahhar Mudzakkar.
Sayangnya, lelaki kelahiran Watampone, Sulsel, 17 November 1958 itu gagal.
Berdasarkan hasil rekapitulasi KPU, pasangan Nurdin Abdullah dan Andi Sudirman menang atas pasangan Nurdin Halid-Aziz, Agus-Tanribali, dan Ichan Yasin Limpo-Cakka di Pilgub Sulsel 2018.

Kini, Nurdin Halid mengawal suksesi Pemilu 2019 untuk kemenangan Partai Golkar di daerahnya serta berjuang memenangkan pasangan capres-cawapres nomor urut 1, Jokowi-Maruf Amin.
Ketua Golkar Sulawesi Selatan Nurdin Halid optimis pasangan Capres yang di usung partai Golkar Jokowi-Maruf menang hingga 70 persen.
"Insya Allah di Sulsel kita menangkan Bapak Jokowi dengan persentase 70 persen," kata Nurdin Halid, dilansir Tribun-Timur.com, Kamis (28/2/2019).
(TribunKaltim.co/Syaiful Syafar)
Like Fanpage Facebook:
Follow Instagram:
Subscribe YouTube: